TarianSulawesi Selatan beserta gambarnya yang akan kami ulas adalah tari pa'pangngan yang umumnya dilakukan para gadis cantik memakai pakaian gelap atau hitam serta ornamen khas Toraja seperti kandaure. Pangngan Ma adalah menari ketika menerima tamu kehormatan sekaligus menyambut kata kata Tana Mo Pangngan Mali'ki, yaitu: Kisorong sorong mati
- Tari Pontanu merupakan salah satu tarian daerah Sulawesi Tengah. Tari Tradisional Sulteng ini tepatnya berasal dari Kabupaten Donggala. Tarian ini biasanya ditarikan oleh para penari wanita dan gerakan dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para wanita yang sedang menenun sarung Donggala, yaitu jenis sarung yang khas dari daerah Donggala. Tari Pontanu merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Tengah, khususnya di Kabupaten Donggala. Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, festival budaya, bahkan promosi wisata. Sejarah Tari Pontanu Tari Pontanu ini merupakan tarian yang terinspirasi dari aktivitas para penenun sarung tradisional di daerah Donggala, Sulawesi Tengah. Daerah Donggala sendiri merupakan daerah yang sejak dulu terkenal dengan produksi kain sarungnya yang khas serta memiliki motif dan warna yang indah. Dalam bahasa Kaili sarung Donggala biasa disebut dengan Buya Sabe. Kain sarung ini dahulunya masih diproduksi dengan cara tradisional, yaitu dengan cara ditenun dan proses tenun ini biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Dari sinilah Tari Pontanu dibuat, tarian ini diciptakan sebagai apresiasi terhadap para penenun sarung dan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas akan kain sarung khas Donggala ini. Makna Tari Pontanu Kata "pontanu" yang dalam bahasa setempat memiliki arti “menenun”, sehingga tarian ini juga bisa diartikan sebagai tarian penenun. Sesuai dengan namanya tersebut, Tari Pontanu ini dapat dimaknai sebagai wujud apresiasi terhadap para penenun sarung di Donggala.
Tari Lulo atau yang biasa disebut dengan Tari Molulo adalah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tarian ini merupakan tarian tradisional dari masyarakat Suku Tolaki yang dilakukan secara beramai-ramai atau masal dan dapat dilakukan oleh seluruh kalangan baik itu kaum pria maupun kaum wanita, tua maupun muda.
Tarian Sulawesi Utara – Sulawesi Utara merupakan provinsi yang memiliki suku dan etnis beragam seperti 4 suku mayoritas Suku Gorontalo, Suku Minahasa, Suku Sangihe Talaud dan juga Suku Bolaang Mangondow. Ada begitu banyak warisan budaya yang bisa diangkat dari daerah ini, namun dalam kesempatan ini akan kami jelaskan tentang beberapa tarian khas serta gambar tarian Sulawesi Utara untuk menambah wawasan anda seputar wawasan nusantara. Daftar Nama Tarian Sulawesi UtaraTari KabasaranTari KatriliTari MahambakTari TumatendenTari TatangesanTari PasasanggaramaTari MokosambeTari MaengketTari Gunde Tari Kabasaran Tari kabasaran merupakan tarian Sulawesi utara jenis tarian perang masyarakat Minahasa. Tari ini umumnya dilakukan para penari pria memakai baju perang lengkap dengan senjata seperti tombak, perisai dan juga pedang. Dari catatan sejarah, tarian daerah Sulawesi utara ini sering dilakukan prajurit Minahasa sebelum atau sepulang dari berperang. Para penarinya sendiri harus keturunan penari kabasaran sebelumnya sebab keluarga penari umumnya mempunyai senjata khusus yang akan diwariskan turun menurun. Karena sifat tari yang sakral, maka tari kabasaran tidak bisa dilakukan oleh orang sembarangan. Untuk sekarang, tari ini dikembangkan menjadi tari pada upacara adat, penyambutan dan juga acara budaya lain seperti penghormatan pada leluhur yang sudah gugur di medan perang. Nama tarian ini memiliki arti ayam jantan dimana bagi masyarakat Minahasa, ayam jantan adalah simbol keberanian atau kejantanan. Ini bisa dilihat dari wajah para penari yang menampilkan ekspresi garang dan gagah berani. Kata wasal yang disebut dengan kawasalan berarti menari seperti ayam jantan ketika sedang bertarung. Dengan berkembangnya bahasa Melayu Manado, maka kawasalan berubah menjadi kata kabasaran yang juga memiliki arti sama. Tari Katrili Tari katrili yang merupakan tarian dari Sulawesi Utara ini masuk dalam jenis tari pergaulan atau tari hiburan. Tarian akan dilakukan pria dan wanita yang menjadi perpaduan dari budaya Eropa dengan budaya Minahasa sehingga jika dilihat tampak seperti tarian modern namun sudah ada sejak dulu. Tari katrili menurut sejarah sudah ada sejak bangsa Spanyol dan Portugis datang ke Sulawesi Utara untuk membeli hasil bumi. Karena hasil yang didapat sangat banyak, maka mereka merayakannya dengan menggelar pesta meriah serta tarian berpasangan antara pria dan wanita. Mereka juga mengajak pribumi khususnya Suku Minahasa untuk ikut dalam perayaan dan semakin lama menjadi kebiasaan para masyarakat meski bangsa Spanyol dan Portugis sudah pergi sehingga tercipta tari katrili yang diambil dari bahasa Eropa Quadrille. Tari Mahambak Tari mahambak merupakan tari tradisional anak Suku Bantik yang bersifat massal dan dilakukan penari pria dan wanita. Dalam tarian tradisional Sulawesi utara ini, para penari akan melakukan gerakan yang khas diiringi dengan nyanyian adat bertema persatuan dan kerukunan masyarakat Suku Bantik. Suku Bantik menurut sejarah terpencar di beberapa daerah Sulawesi Utara seperti Molas, Malalayang, Boyong serta daerah lain. Media komunikasi yang sulit saat itu membuat pertemuan menjadi hal yang berharga dan dirayakan dengan menari tarian mahambak. Tarian mahambak memiliki arti bergembira dan bersukacita yang juga mengandung nilai persatuan dan kebersamaan. Tari Tumatenden Nama tarian Sulawesi Utara selanjutnya adalah tari tumatenden yang diangkat dari cerita rakyat Minahasa. Tarian ini bercerita tentang kisah cinta seorang petani dengan bidadari yang kemudian dikemas dalam bentuk tarian diiringi dengan musik tradisional tanpa dialog. Jika dilihat dari fungsi, tarian ini berguna sebagai hiburan atau pertunjukkan masyarakat, Gerakan dalam tarian memberi gambaran tentang kehidupan dalam cerita sehingga bisa lebih mudah dimengerti sekaligus dinikmati. Tari Tatangesan Tari tatangesan adalah tarian di Sulawesi Utara yang bercerita tentang perjuangan masyarakat desa ketika melawan bajak laut Mindanou yang datang dari perairan Filipina. Bajak laut tersebut sering mengganggu aktivitas masyarakat sehingga semangat untuk melawan para bajak laut dikobarkan dengan syair dan lagu berjudul kiting kiting. Gerakan dalam tarian ini merupakan perpaduan unsur nilai sejarah dengan tradisi kebudayaan masyarakat Minahasa yang dituang dalam 9 karakteristik gerakan berpadu dengan musik etnis khas Minahasa dengan pola komposisi dasar 3 nada. Tarian biasanya dilakukan 9 orang atau lebih oleh wanita dan pria dengan iringan alat musik seperti suling bambu, kolintang, tambur, momongan dan juga tetengkoren. Tari Pasasanggarama Ini merupakan tarian di Sulawesi utara yang lebih tepatnya berasal dari Kabupaten Talaud. Tarian tradisional ini diangkat dari cerita masyarakat Talaud untuk menggambarkan tatanan hidup sosial dulu kala sehingga terkenal dengan semboyan kebersamaan, sansiote sampate pate”. Unsur kebersamaan kemudian diekspresikan dalam gerakan dari para penari beserta musiknya. Kata pasasanggarama sendiri berarti saling memberikan tumpangan antara yang satu dengan yang lain. Ketika ditampilkan, tarian Sulawesi utara ini dilakukan 24 pasang pria dan wanita yang diiringi alat musik tradisional seperti tambur, gitar dan keroncong. Tari Mokosambe Tarian asal Sulawesi Utara ini berasal dari Bolaang Mengondow yang diciptakan Hazard Simanon dan sumbe cerita rakyat Bapak Bernard Ginupit. Tarian ini diangkat dari kisah 7 putri atau bidadari yang turun dari khayangan untuk mandi di lereng Gunung Kamasaan di Kec. Sang Tombolang Bolaang Mongondow. Salah satu sayap dari putri tersebut direbut putra Raja bernama Mokosambe sehingga putri bernama Bua Poyandi tidak bisa kembali ke khayangan. Putri kemudian dipersunting Mokosambe dan ada juga penghuni goa yang ternyata memiliki niat sama untuk mempersunting putri bungsu dan akhirnya kisah tersebut dijadikan sebuah tari bernama tari mokosambe. Tari Maengket Tarian maengket Sulawesi Utara lebih tepatnya berasal dari Manado dimana maengket berarti engket yakni mengangkat tumit kaki naik turun. Dengan tambahan ma di depan kata engket, maka bisa diartikan sebagai menari dengan naik dan turun. Ini menjadi tarian tradisi masyarakat Minahasa yang masih ada hingga sekarang dan sudah dikenal sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian. Dulu tari ini dilakukan ketika panen sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Tari maengket terdiri dari 3 babak yakni Maowey Kamberu, Marambak dan juga Lalayaan. Maowey kamberu merupakan tarian yang dilakukan untuk ucapan syukur atas panen berlimpah. Sedangkan marambak merupakan tarian yang memperlihatkan semangat bergotong royong sekaligus menjadi lambang muda mudi Minahasa yang sedang mencari pasangan. Tari Gunde Tari gunde merupakan tarian Sulawesi utara lebih tepatnya dari daerah Sangihe yang biasa ditarikan oleh para wanita dengan gerakan khas serta musik tradisional. Dalam bahasa setempat, gunde memiliki arti pelan atau lambat yang terlihat dari gerakan lemah gemulai dalam tarian ini sebagai lambang kesucian dan kelembutan seorang wanita. Untuk masyarakat Sangihe, tarian ini menjadi tarian yang sakral dan memiliki filosofi tersendiri untuk mereka. Dulu tarian ini digunakan untuk penyembahan pada Genggona Langi yakni sang pencipta alam yang juga menjadi tarian istana karena sering dipertunjukkan di lingkungan istana. Para penari akan melewati proses seleksi sehingga hanya penari terbaik yang bis menarikan tarian daerah Sulawesi Utara ini dan harus masih gadis. Para penari nantinya akan memakai busana adat yang disebut dengan Laku Tepu terdiri dari baju panjang dan kain sarung khas Sangihe. Untuk rambut akan digelung dan dihiasi dengan mahkota kecil. Sementara untuk aksesoris menggunakan anting, gelang, kalung dan kain selempang serta membawa sapu tangan selama melakukan gerakan tarian.
Berikutkita bahas tarian tradisional daerah Sulawesi Selatan satu persatu. Daftar Isi 1. Tari Pakkuru Sumange 2. Tari Kipas Pakarena 3. Tari Pattennung 4. Tari Ma'Gellu 5. Tari Pa'Pangngan 6. Tari Gandrang Bulo 7. Tari Bosara 8. Tari Tradisional Pajoge 9. Tari Ma'randing 10. Tari Manimbong 11. Tari Ma'badong 1. Tari Pakkuru Sumange Tarian adat dari daerah Sulawesi Selatan sangat menarik untuk dibahas pada kesempatan kali ini. Pembahasan agar lebih lengkap maka kami hadirkan informasi terkait lainnya, seperti gambar dan penjelasannya yang ditemukan dari berbagai sumber. Tari yang ada di wilayah propinsi Sulawesi Selatan banyak mengandung pesan yang disampaikan secara tersirat mengenai realitas masyarakat setempat, baik kehidupan pribadi maupun sosial masyarakat. Sulawesi Selatan yang beribukotakan Kendari ini mempunyai kesenian tari tradisional yang bisa dibilang lengkap. Hanya saja volume pertunjukkannya ada yang mengalami penurunan intensitas. Tidak tahu apa penyebabnya, apakah karena invasi budaya asing atau memang lemahnya kesadaran generasi sekarang. Untuk pelestarian tari, maka dibutuhkan strategi yang tepat sasaran. Pemerintah dan masyarakat umum harus menjalin kerjasama yang baik demi eksistensi kebudayaan nusantara ini. Tarian Sulawesi Selatan datang dari daerah 15 kabupaten dan 2 kota, salah satunya kota Kendari. Ada isu pemekaran di daerah Sulawesi Tenggara menjadi dua propinsi. Namun sampai saat ini belum juga terealisasi. Mengulas kesenian tari yang ada di daerah – daerah, maka akan lebih baik jika melakukan perbandingan studi komparatif antara satu daerah dengan daerah yang lain. Karenanya, kami sudah menulis beberapa waktu yang lalu tentang tarian adat Sulawesi Barat, tarian adat Sulawesi Tengah dan tarian adat Sulawesi Utara serta tarian adat Sulawesi Selatan. Hal ini berguna untuk Anda yang ingin secara lengkap mengetahui kebudayaan tari yang ada di pulau Sulawesi. Beberapa Tarian Adat Daerah Sulawesi Tenggara Yang Pernah Ada 1. Tari Adat Dinggu 2. Tari Adat Mowindahako 3. Tari Adat Umoara 4. Tari Adat Malulo 5. Tari Adat Galangi 6. Tari Adat Lariangi 7. Tari Adat Lumense 8. Tari Adat Moida-ida 9. Tari Adat Balumpa 10. Tari Adat Mangaru 11. Tari Adat Lulo Akankah Tarian Adat Daerah Sulawesi Selatan Tetap Ada? Gallery 11+ Tarian Adat Daerah Sulawesi Tenggara, Video dan Gambar Serta PenjelasanRelated posts Beberapa Tarian Adat Daerah Sulawesi Tenggara Yang Pernah Ada Data berikut ini merupakan hasil rangkuman dari sumber – sumber yang kami dapatkan. Selamat menyimak! 1. Tari Adat Dinggu Tari Adat Dinggu Youtube Tari adat Dinggu adalah tarian rakyat yang menggambarkan sifat kegotongroyongan masyarakat Tolaki ketika musim panen padi. Pada umumnya, tarian ini ditampilkan oleh penari laki-laki dan wanita dengan memakai busana petani pada zaman dahulu. Merujuk pada sejarah, seni tari ini berawal dari kebiasaan masyarakat Tolaki yang melakukan panen padi dengan cara bergotong-royong. Usai proses panen padi selesai dan terkumpul semua, maka dilaksanakan sebuah acara Modinggu, yaitu bersama-sama menumbuk padi hasil panen. Proses ini melibatkan kaum pemuda dan pemudi yang ada. 2. Tari Adat Mowindahako Tari adat Mowindahako dilaksanakan hanya bagi bangsawan atau anakia, tidak semua lapisan masyarakat dapat melaksanakannya. Syarat pelaksanaannya apabila suatu pinangan mereka sudah diterima. Sebagai wujud rasa senang digelarlah tarian Mowindahako. Tarian ini persis dengan kegiatan pada saat upacara adat perkawinan. Seperti memakai kalo, siwole dan menirukan model percakapan antara juru bicara laki-laki dan perempuan. 3. Tari Adat Umoara Tari Adat Umoara Youtube Tari adat Umoara ialah salah satu tarian tradisional Sulawesi Tenggara yang identik dengan kepahlawanan. Ya, tari ini berupa tari perang yang ditarikan untuk menyambut tamu agung pada saat perkawinan para bangsawan dan mengantar jenazah bangsawan. Selain itu, ketika raja dilantik, maka tarian ini juga hadir dalam pertunjukkan. Pesan yang disampaikan dari tarian ini adalah ketangkasan, kewaspadaan dalam menyerang musuh, dan membela diri dalam pertempuran. 4. Tari Adat Malulo Tari Adat Malulo Telukbone Tarian adat Malulo pada mulanya merupakan tarian sakral dan penuh dalam perkembangannya Malulo saat ini menjadi tarian pergaulan atau tarian rakyat. Pertunjukkannya pun dilakukan dengan cara spontan pada setiap acara baik itu acara pesta ataupun acara-acara yang dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah – swasta atau organisasi. Tari Malulo sangat digemari oleh suku bangsa Tolaki yang ditarikan pada waktu-waktu tertentu dengan jenis tarian Malulo tertentu pula. Momen yang sering dipakai untuk pertunjukkan tarian ialah saat usai panen atau bila terjangkit suatu wabah penyakit menular. Malulo Ore-Ore adalah salah satu jenis tarian yang diiringi bunyi-bunyian yang disebut Ore-Ore yang dibuat dari bambu. Sejatinya tarian ini ditarikan saat menjelang musim panen guna menghormati dewi panen berdasarkan keyakinan masyarakat setempat. 5. Tari Adat Galangi Tari Adat Galangi zonasultra Tari adat Galangi merupakan tarian yang asalnya dari kepulauan Buton Raya provinsi Sulawesi Tenggara. Tari ini khas dengan Tari Perang dalam Kerajaan/ Kesultanan Galangi menggambarkan pasukan melawan musuh dengan memakai senjata perang yang bernama Gala. Selain itu, dalam suasana damai tari ini juga digelar, hanya saja fungsinya sebagai kelengkapan kebesaran, keagungan serta kemulian Sultan. Tari ini dimainkan untuk mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu Kesultanan. Jumlah penari pada tarian Galangi ini terdiri dari sebelas kelompok, pada tiap – tiap kelompok terdiri dari tujuh orang. Di zaman dahulu kelompok tersebut bertugas guna mempertahankan Kerajaan/ Kesultanan bila ada serangan dari luar. Sedang dalam keadaan aman, masing-masing kelompok mempunyai tugas yang berbeda-beda. 6. Tari Adat Lariangi Tari Adat Lariangi Kompas Tari adat Lariangi adalah tarian yang digelar dan fungsinya sebagai tari pembukaan suatu acara pesta pertemuan sebagai penghormatan terhadap tamu yang hadir. Tamu yang datang adalah dari kerajaan didaerah lain. Jumlah penarinya pun tidak banyak, beda dengan tarian lain. Pada tari Lariangi ini ditarikan oleh para penari wanita dan satu laki-laki. Ada syarat yang berat untuk jadi penarinya, yaitu haruslah para gadis keturunan bangsawan. 7. Tari Adat Lumense Tari Adat Lumense Kemdikbud Asal Tarian adat Lumense dari daerah kecamatan Kabaena, kabupaten Bombana. Peujaan terhadap sang dewa adalah makna dari tari ini. Tarian ini dipertontonkan pada upacara penyambutan tamu pesta-pesta rakyat di Kabupaten Bombana. Kata Lumense sendiri berasal dari kata Lume dalam bahasa daerah yang berarti “terbang” dan mense yang berarti “tinggi”, sehingga dapat disimpulkan Lumense mempunyai arti Terbang Tinggi. Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan pada ritual pe-olia, yaitu ritual penyembahan roh halus yang disebut kowonuano dengan cara menyajikan beraneka jenis makanan. Ritual ini bertujuan agar Kowonuoano berkenan mengusir bencana dan marabahaya. Tarian ini sering ditampilkan pada masa pemerintahan kesultanan Buton. 8. Tari Adat Moida-ida Tari adat Moida-ida ini saat pertunjukkanya diiringi dengan nyanyian dan alat musik tradisional. Para penari yang ditugaskan kemudian berkelompok dan berkumpul membentuk lingkaran. Masing – masing dari mereka saling berpegangan pada seutas tali sehingga membentuk cincin. Unik bukan? 9. Tari Adat Balumpa Tari Adat Balumpa Google Image Tari adat Balumpa merupakan tarian rakyat Buton dan Wakatobi Binongko, Sulawesi Tenggara untuk mengucapkan selamat datang kepada tamu agung. Tari ini merupakan tarian yang menggambarkan kegembiraan masyarakat nelayan Buton dan Wakatobi Binongko dalam menghadapi terjangan ombak dilaut demi menghidupi keluarga. Pada umumnya, tarian ini dimainkan oleh enam sampai delapan penari laki-laki dan perempuan secara berpasangan. Namun tarian ini juga dapat dilakukan oleh penari pasangan perempuan saja. Pada pertunjukkannya, penari Balumpa memakai busana adat Wakatobi dengan iringan musik gambus dan gendang serta iringan suara dendang biduan Balumpa. 10. Tari Adat Mangaru Tari adat Mangaru ialah tari tradisional yang asalnya dari Desa Konde Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Tarian ini menggambarkan keberanian laki-laki pada zaman dahulu saat berlaga di medan peperangan, yaitu bercerita tentang dua orang laki-laki yang sedang dalam medan peperangan. Para penari memperagakan gerakan-gerakan yang memperlihatkan kepada para penonton bagaimana kedua laki-laki yang saling beradu kekuatan dengan memakai sebilah keris yang dipegang. Agar lebih semarak, tari Mangaru diiringi oleh alat musik tradisional yaitu kansi-kansi, Mbololo gong dan dua buah gendang yang terbuat dari kulit binatang. Alat musik tradisional dimainkan oleh orang yang memang mahir dalam memainkannya berjumlah empat orang. Irama musik pengiring tari ini berbeda dengan musik pengiring tari yang lain walaupaun alat yang digunakan sama. Pada umumnya, Tari Mangaru dipertunjukan pada berbagai upacara dan acara-acara yang melibatkan banyak orang. Tarian ini memang sudah jadi budaya bagi masyarakat desa Konde sehingga sering dilaksanakan saat pesta panen tiba. Selain itu, fungsi tari ini yaitu untuk mengumpulkan warga kampung di satu tempat guna menjalin silaturahmi. 11. Tari Adat Lulo Tari Adat Lulo adalah tari yang berasal dari Tokotua, kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Tari Lulo ini digelar dalam rangka ritual adat karena melimpahnya rezeki yang didapat melalui hasill panen. Sebuah tari yang menyimbolkan tentang rasa syukur. Umur tari ini sudah lama, yaitu sejak zaman pemerintahan kerjaan kesultanan Buton, dimana beras sebagai hasil pertanian Tokotua untuk memperkuat pilar perekonomian Kesultanan Buton. Jumlah penari yang ditugaskan terdiri dari 12 orang yang dibagi dalam 2 kelompok. Delapan penari putra memegang alu Penumbuk Padi dan empat orang penari perempuan memegang nyiru sebagai alat penapis gabah, ditambah sapu tangan yang menggambarkan proses penapisan gabah. Ada pun kostum yang dipakai pada tari tersebut merupakan ciri khas Kabaena. Warna dominan pada pakaian adalah dasar hitam dan wama kekuning-kuningan serta kemerah-kemerahan. Saat pertunjukkan, banyak alat musik tradisional yang mengiringinya guna menghidupkan suasana. Salah satu alat musik yang dipakai adalah Kendang. Baca juga Tari Adat Maluku Akankah Tarian Adat Daerah Sulawesi Selatan Tetap Ada? Pertanyaan ini harus kita sampaikan, mengapa? Karena sudah banyak budaya asli Indonesia yang tinggal sejarah. Padahal kita sebagai generasi yang mendapat warisan sejarah tinggal melestarikan saja, itu pun tidak bisa. Belum lagi ada tradisi Inondesia yang di klaim oleh negara tentangga dan kita tidak mampu menangkalnya. Sangat disayangkan. Untuk bertahannya eksistensi tarian Sulawesi Tenggara, maka mau tidak mau harus melibatkan pemerintah untuk pro aktif dalam kebijakannya. Persulit budaya asing masuk ke Indonesia atau proses imunitas dilakukan dengan cara yang efektif. Kita yakin pemerintah sudah tahu apa yang akan dilakukan. Hanya saja pemerintah mau atau tidak. Ini yang jadi persoalan. Masyarakat harus mengawal kinerja pemerintah. Semoga saja anak cucu kita di masa depan masih bisa mengenal dan menikmati apa saja budaya Indonesia. Bukan sebaliknya. Akhirnya kami meyakini para pembaca sudah mengenal tentang tarian adat daerah Sulawesi Tenggara. Jika mau menambahkan atau memberikan koreksi kepada kami, dengan senang hati kami menyambutkan. Saran, kritik atau masukan dapat disampaikan pada kolom komentar dibawah. Terima kasih sudah mampir. Gallery 11+ Tarian Adat Daerah Sulawesi Tenggara, Video dan Gambar Serta Penjelasan
1 Dengan mengamati gambar peserta didik mampu menyebutkan tarian di daerah Sulawesi 2. Melalui kegiatan diskusi peserta didik mampu membedakan setiap tarian daerah Sulawesi A. PENDAHULUAN ( alokasi waktu : 2 menit) 1. Memulai pembelajaran dengan memberikan salam dan menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa ( Orientasi ) 2.
Tarian Sulawesi Tengah – Dibandingkan beberapa provinsi lain pulau Sulawesi, sulawesi tengah adalah provinsi yang memiliki wilayah paling luas. Wilayah tersebut dihuni oleh berbagai macam suku bangsa yang heterogen sehingga memunculkan berbagai kebudayaan yang berbeda. Salah satu kekayaan budaya di Sulawesi Tengah adalah dengan tari-tarian tradisional yang akan dijelaskan di bawah ini. Tarian Sulawesi Tengah 1. Tari Dero atau Tari Tarian Adat Tari Tari Tari Tari Tari Tari Tari Posisani. Tarian Sulawesi Tengah 1. Tari Dero atau Madero. Tari Dero atau Modero adalah tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Poso. Tari ini menjadi salah satu tradisi masyarakat di Suku Pamona yang masih dilestarikan hingga saat ini. masyarakat Suku Pamona menganggap bahwa tari Dero adalah sebuah tarian yang melambangkan suka cita dan kebahagiaan. Masyarakat setempat tarian ini adalah bentuk rasa syukur atas hasil panen yang didapatkan. Tari Dero mulai dikenal oleh masyarakat suku Pamona sejak mereka mengenal istilah bercocok tanam sebagai mata pencaharian mereka. bentuk tarian ini cukup sederhana yang pada umumnya dilakukan di lapangan yang luas. Hal tersebut karena jumlah peserta tarian yang banyak dan tidak dibatasi sehingga memerlukan tempat yang luas. Menariknya para penari akan mengajak para penonton untuk ikut menari sehingga siapapun dapat ikut bernari tanpa membutuhkan kemampuan khusus. Dalam teknis pelaksanaannya, penari akan membuat lingkaran sambil berpegangan tangan antara penari yang satu dengan yang lainnya. Setelah itu, para penari akan kompak menghentakkan kaki dengan pola dua kali ke kiri dan dua kali ke kanan. Gerakan yang dilakukan ini sesuai dengan irama atau nada pantun yang saling sahut-sahutan. Selain itu, tarian ini juga diiringi oleh alat musik tradisional yang dimainkan oleh para pemuda dan orang tua. 2. Tari Pamonte. Tari Pamonte adalah sebuah tarian yang menggambarkan kebiasaan para gadis suku Kaili saat menyambut musim panen tiba. Tarian ini akan ditampilkan oleh penari wanita dengan mengenakan pakaian petani pada umumnya. Sejarah mengatakan bahwa masyarakat setempat mulai mengenal tarian tersebut sejak tahun 1957. Tari tradisional Pamonte ini terinspirasi dari aktivitas gadis-gadis suku Kaili saat menyambut masa panen. Sejak zaman dahulu, mayoritas penduduk di suku Kaili berprofesi sebagai petani. Oleh karenanya mereka akan menyambut musim panen padi dengan suka cita. Dengan melihat kebiasaan tersebut maka Hasan M Bahasyua terinspirasi untuk menciptakan karya seni dengan nama Tari Pamonte. Lihat juga Tarian Sulawesi Tenggara 3. Tarian Adat Pontanu. Tari Pontanu merupakan tari tradisional yang berasal dari Donggala, Sulawesi Tengah. Pada umumnya, tarian ini diperankan oleh para wanita dengan gerakan yang menggambarkan aktivitas menenun Sarung Donggala. Pontanu diambil dari bahasa setempat yang berarti menenun. Oleh karenanya, sesuai dengan nama tarian tersebut tari ini dimaknai sebagai wujud apresiasi terhadap penenun sarung di daerah Donggala. Selain itu, tarian ini juga berfungsi untuk memperkenalkan kain sarung yang menjadi khas daerah Donggala kepada masyarakat. 4. Tari Raigo. Tarian Sulawesi Tengah selanjutnya adalah tari Raigo yang berasal dari suku bangsa Rugawi. Tari ini menggambarkan ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapatkan. hal ini juga melatarbelakangi gerakan tari serta ungkapan pemujaan terhadap Tuhan. Sayangnya, Suku Kulawi tidak dapat mengenal tulisan sehingga mengalami kendala dalam mewariskan budaya tersebut. Pewarisan budaya tari ini hanya dapat dilakukan secara lisan dan meniru tingkah laku yang hanya mengandalkan ingatan. Dengan begitu, tidak semua lapisan masyarakat mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tentang tari Raigo. Tarian ini bukan hanya dalam bentuk hiburan saja, tetapi juga melaksanakan upacara adat di wilayah Kulawi atau Lembah bada. Dalam tarian tersebut terdapat lantunan syair yang mengiringi tarian yang sarat akan pesan moral. Tari Raigo ini juga menjadi bagian dari ungkapan budaya yang dilatarbelakangi religi dan emosi serta upacara adat yang ada di Indonesia. 5. Tari Balia. Tarian Sulawesi tengah dan penjelasannya tentang tari Balia adalah tarian tradisional yang sangat berkaitan dengan kepercayaan animisme. Tarian ini merupakan sebuah pemujaan terhadap benda keramat khususnya yang langsung berhubungan dengan pengobatan tradisional. Pengobatan yang dimaksud adalah pengobatan yang dilakukan kepada seseorang yang terkena pengaruh roh jahat. Kata balia yang dimaksudkan dalam tarian ini adalah tantang dia, dimana kata Bali sendiri memiliki arti tantang. Sedangkan kata ia bermakna dia sehingga arti secara khusus adalah melawan setan yang sudah menimbulkan penyakit dalam tubuh manusia. Balia juga dipandang sebagai prajurit kesehatan yang mampu memberantas atau menyembuhkan berbagai jenis penyakit . Dengan diiringi oleh irama pukulan musik tradisional, setan-setan yang mengganggu akan datang. 6. Tari Dopalak. Tari Dopalak adalah tarian tradisional Sulawesi Tengah yang umumnya ditarikan oleh 7 orang wanita. Salah satu dari penari tersebut akan berperan sebagai panglima atau biasa disebut dengan kepala penari. Sedangkan penari lainnya disebut dengan dayang-dayang. Dalam pentasnya tarian ini diiringi dengan alat musik kakula dan waktunya sekitar 7 menit. 7. Tari Jepeng. Tarian ini memiliki ajaran agama Islam yang sangat kental. Tarian ini dimainkan oleh para kaum dewasa secara berpasangan dalam acara khitanan, syukuran dan lain sebagainya. namun seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini sudah dikreasikan dengan budaya modern sehingga dapat dilakukan oleh kaum pria dan wanita. Untuk lebih jelasnya, anda bisa melihat tarian Sulawesi beserta gambarnya. Lihat juga Pakaian Adat Sulawesi Selatan 8. Tari Pepoinaya. Tari ini berfungsi sebagai ucapan syukur atas berbagai berkah dan karunia yang telah diberikan oleh sang pencipta. Tari ini bukan hanya menjadi ungkapan bahagia atas hasil panen yang mereka dapatkan tetapi juga untuk berbagai keberkahan dalam kehidupan mereka. namun sebenarnya tarian ini adalah sebuah pengembangan dari upacara adat masyarakat kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 9. Tari Anitu. Di daerah Donggala, tarian ini menjadi salah satu tarian paling khas di daerah tersebut. kata anitu dalam kesenian tari ini artinya adalah halus. Dalam pertunjukannya, tarian ini dimainkan oleh 6 orang wanita dengan formasi membentuk 2 deretan ke belakang. Kemudian formasi selanjutnya adalah 3 dibagian kiri dan 3 lagi dibagian kanan sehingga membentuk satu deretan berjajar. Untuk gerakan tangannya adalah gerakan membuka dan menutup telapak tangan seperti sedang menumbuk kemudian mengayunkan kedua tangan dan memegang ujung selendang. 10. Tari Posisani. Tarian di Sulawesi tengah yang terakhir adalah tari Posisani yaitu tarian pergaulan yang menggambarkan kegembiraan pada saat pesta. Posisani berarti perkenalan sehingga mereka akan bergembira sambil bernyanyi dan bernari. Uniknya, para gadis akan bernari dengan menggunakan kerincing kemudian berkenalan antara yang satu dengan yang lainnya. Pakaian yang dipakai dalam pertunjukan ini adalah menggunakan blus lengan panjang atau dalam bahasa setempat adalah baju Pasus berwarna merah jambu. Pada bagian lengan tangan, baju ini diaplikasikan dengan menggunakan kain berwarna biru dan bersulamkan benang emas dan menjadi pengganti dari gelang emas. Lihat juga Senjata Tradisional Sulawesi Utara Tarian Sulawesi Tengah menyimpan berbagai ciri khas tersendiri dan menggambarkan asal dari masing-masing daerah. Tugas kita sebagai generasi muda adalah mempertahankan dan melestarikan beraneka ragam budaya yang menjadi kekayaan negara tercinta kita, Indonesia. Vo1a.
  • plm4bty7k0.pages.dev/167
  • plm4bty7k0.pages.dev/287
  • plm4bty7k0.pages.dev/464
  • plm4bty7k0.pages.dev/825
  • plm4bty7k0.pages.dev/99
  • plm4bty7k0.pages.dev/87
  • plm4bty7k0.pages.dev/857
  • plm4bty7k0.pages.dev/59
  • plm4bty7k0.pages.dev/738
  • plm4bty7k0.pages.dev/367
  • plm4bty7k0.pages.dev/278
  • plm4bty7k0.pages.dev/973
  • plm4bty7k0.pages.dev/207
  • plm4bty7k0.pages.dev/187
  • plm4bty7k0.pages.dev/168
  • gambar tari dari sulawesi