LaguRukun Iman Kanak - Kanak || Lagu Anak Muslim#Laguanak Bab 11Langit KetujuhKEBODOHAN berbentuk seperti asap, uap air, kabut. Dan ia bera-cun. Ia berasal dari sebuah tempat yang namanya tak pernah dikenalmanusia. Jika ingin menemui kebodohan maka berangkatlah daritempat di mana saja di planet biru ini dengan menggunakan tabungroket atau semacamnya, meluncur ke atas secara vertikal, janganpernah sekali pun berhenti. Gapailah gumpalan awan dalam lapisan troposfer, lalu naiklahterus menuju stratosfer, menembus lapisan ozon, ionosfer, dan bu-lan-bulan di planet yang asing. Meluncurlah terus sampai ketinggiandi mana gravitasi bumi sudah tak peduli. Arungi samudra bintanggemintang dalam suhu dingin yang mampu meledakkan benda pa-dat. Lintasi hujan meteor sampai tiba di eksosfer—lapisan paling lu-ar atmosfer dengan bentangan selebar kilometer, dan teruslahmelaju menaklukkan langit Hirata Kita hanya dapat menyebutnya langit ketujuh sebagai gambaranimajiner tempat tertinggi dari yang paling tinggi. Di tempat asingitu, tempat yang tak kan pernah memiliki nama, di atas langit ketujuh, di situlah kebodohan bersemanyam. Rupanya seperti kabut ti-pis, seperti asap cangklong, melayang-layang pelan, apabila kita tanyakan sesuatu kepada orang-orang bodoh, me-reka akan menjawab dengan merancau, menyembunyikan ketidak-tahuannya dalam omongan cepat, mencari beragam alasan, ataumembelokkan arah pertanyaan. Sebagaian yang lain diam terpaku,mulutnya ternganga, ia diselubungi kabut dengan tatapan mata yangkosong dan jauh. Kedua jenis reaksi ini adalah akibat keracunanasap tebal kebodohan yang mengepul di kepala mereka. Kita tak perlu menempuh ekspedisi gila-gilaan itu. Karena selu-ruh lapisan langit dan gugusan planit itu sesungguhnya terkonstelasidi dalam kepala kita sendiri. Apa yang ada pada pikiran kita, dalamgumpalan otak seukuran genggam, dapat menjangkau ruang seluasjagat raya. Para pemimpi seperti Nicolaus Copernicus, Battista DellaPorta, dan Lippershey malah menciptakan jagat raya-nya sendiri, didalam imajinasinya, dengan sistem tata suryanya sendiri, dan Lucre-tius, juga seoerang pemimpi, menuliskan ilmu dalam puisi-puisi. Tempat di atas langit ketujuh, tempat kebodohan bersemanyam,adalah metafor dari suatu tempat di mana manusia tak bisa mem-pertanyakan zat-zat Allah. Setiap usaha mempertanyakannya hanyaakan berujung dengan kesimpulan yang mempertontonkan kemaha-tololan sang penanya sendiri. Maka semua jangkauan akal telah ber-akhir di langit ketujuh tadi. Di tempat asing tersebut, barangkaliArasy, di sana kembali metafor kagungan Tuhan bertakhta. Di ba-wah takhta-Nya tergelar Lauhul Mahfuzh, muara dari segala cabanganak-anak sungai ilmu dan kebijakan, kitab yang telah mencatat se-100Langit Ketujuhtiap lembar daun yang akan jatuh. Ia juga menyimpan rahasia kemana nasib akan membawa sepuluh siswa baru perguruan Muham-madiyah tahun ini. Karena takdir dan nasib termasuk dalam zat-Nya. Tuhan menakdirkan orang-orang tertentu untuk memiliki hatiyang terang agar dapat memberi pencerahan pada di malam yang tua dulu ketika Copernicus dan Lucretius dudukdi samping Lintang, ketika angka-angka dan huruf menjelma men-jadi kunang-kunang yang berkelap-kelip, saat itu Tuhan menyemai-kan biji zarah klecerdasan, zarah yang jatuh dari langit dan meng-hantam kening Lintang. Sejak hari perkenalan dulu aku sudah terkagum-kagum padaLintang. Anak pengumpul kerang ini pintar sekali. Matanya me-nyala-nyala memancarkan inteligensi, keingintahuan menguasai di-rinya seperti orang kesurupan. Jarinya tak pernah berhenti meng-acung tanda ia bisa menjawab. Kalau melipat dia paling cepat, kalaumembaca dia paling hebat. Ketika kami masih gagap menjumlahkanangka-angka genap ia sudah terampil mengalikan angka-angka gan-jil. Kami baru saja bisa mencongak, dia sudah pintar membagi angkadesimal, menghitung akar dan menemukan pangkat, lalu, tidak ha-nya menggunakan, tapi juga mampu menjelaskan hubungan kedua-nya dalam tabel logaritma. Kelemah-annya, aku tak yakin apakah halini bisa disebut kelemahan, adalah tulisannya yang cakar ayam takkeruan, tentu karena mekanisme motorik jemarinya tak mampu me-ngejar pikirannya yang berlari sederas kijang. “13 kali 6 kali 7 tambah 83 kurang 39!” tantang Bu Mus di de-pan kelas. 101Andrea Hirata Lalu kami tergopoh-gopoh membuka karet yang mengikatsegenggam lidi, untuk mengambil tiga belas lidi, mengelompok-kannya menjadi enam tumpukan, susah payah menjumlahkan se-mua tumpukan itu, hasilnya kembali disusun menjadi tujuh kelom-pok, dihitung satu per satu sebagai total dua tahap perkalian, ditam-bah lagi 83 lidi lalu diambil 39. Otak terlalu penuh untuk mengor-ganisasi sinyal-sinyal agar mengambil tindakan praktis mengurang-kan dulu 39 dari 83. Menyimpang sedikit dari urutan cara berpikirorang kebanyakan adalah kesalahan fatal yang akan mengacaukanilmu hitung aljabar. Rata-rata dari kami menghabiskan waktu ham-pir selama 7 menit. Efektif memang, tapi tidak efisien, repot sekali. Sementara Lintang, tidak memegang sebatang lidi pun, tidakberpikir dengan cara orang kebanyakan, hanya memjamkan mata-nya sebentar, tak lebih dari 5 detik ia bersorak. “590!” Tak sebiji pun meleset, meruntuhkan semangat kami yang se-dang belepotan memegangi potongan lidi, bahan belum selesai de-ngan operasi perkalian tahap pertama. Aku jengkel tapi itu kami baru masuk hari pertama di kelas dua SD! “Superb! Anak pesisir, superb!” puji Bu Mus. Beliau pun tergodauntuk menjangkau batas daya pikir Lintang. “18 kali 14 kali 23 tambah 11 tambah 14 kali 16 kali 7!” Kami berkecil hati, temangu-mangu menggenggami lidi, lalukurang dari tujuh detik, tanpa membuat catatan apa pun, tanpa ke-raguan, tanpa ketergesa-gesaan, bahkan tanpa berkedip, Lintang ber-kumandang. “ Ketujuh “Purnama! Lintang, bulan purnama di atas Dermaga Olivir, in-dah sekali! Itulah jawabanmu, ke mana kau bersembunyi selamaini…?” Ibu Mus bersusah payah menahan tawanya. Ia menatap Lintangseolah telah seumur hidup mencari murid seperti ini. Ia tak mung-kin tertawa lepas, agama melarang itu. Ia menggeleng-gelengkan ke-palanya. Kami terpesona dan bertanya-tanya bagaimana cara Lin-tang melakukan semua itu. Dan inilah resepnya …. “Hafalkan luar kepala semua perkalian sesama angka ganjil,itulah yang sering menyusahkan. Hilangkan angka satuan dari per-kalian dua angka puluhan karena lebih mudah mengalikan denganangka berujung nol, kerjakan sisanya kemudian, dan jangan keke-nyangan kalau makan malam, itu akan membuat telingamu tuli danotakmu tumpul!” Polos, tapi ia telah menunjukkan kualifikasi highly cognitivecomplex dengan mengembangkan sendiri teknik-teknik melokalisasikesulitan, menganalisis, dan memecahkannya. Ingat dia baru kelasdua SD dan ini adalah hari pertamanya. Selain itu ia juga telah men-demonstrasikan kualitas nalar kuantitatif level tinggi. Sekarang akumengerti, aku sering melihatnya berkonsentrasi memandangi angka-angka. Saat itu dari keningnya seolah terpancar seberkas sinar,mungkin itulah cahaya ilmu. Anak semuda itu telah mampu me-ngontemplasikan bagaimana angka-angka saling bereaksi dalam su-atu operasi matematika. Kontemplasi-kontemplasi ini rupanya me-lahirkan resep ajaib tadi. Lintang adalah pribadi yang unik. Banyak orang merasa dirinyapintar lalu bersikap seenaknya, congkak, tidak disiplin, dan tak pu-nya integritas. Tapi Lintang sebaliknya. Ia tak pernah tinggi hati, ka- 103Andrea Hiratarena ia merasa ilmu demikian luas untuk disombongkan dan meng-gali ilmu tak akan ada habis-habisnya. Meskipun rumahnya paling jauh tapi kalau datang ia palingpagi. Wajah manisnya senantiasa bersinar walaupun baju, celana,dan sandal cunghai-nya buruknya minta ampun. Namun sungguhkuasa Allah, di dalam tempurung kepalanya yang ditumbuhi rambutgimbal awut-awutan itu tersimpan cairan otak yang encer sekali. Pa-da setiap rangkaian kata yang ditulisnya secara acak-acakan tersiratkecemerlangan pemikiran yang gilang gemilang. Di balik tubuhnyayang tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus, dia memilikian absolutely beautiful mind. Ia adalah buah akal yang jernih, bibitgenius asli, yang lahir di sebuah tempat nun jauh di pinggir laut, darisebuah keluarga yang tak satu pun bisa membaca. Lebih dari itu, seperti dulu kesan pertama yang kutangkap dari-nya, ia laksana bunga meriam yang melontarkan tepung sari. Ia lucu,semarak, dan penuh vitalitas. Ia memperlihatkan bagaimana ilmubisa menjadi begitu menarik dan ia menebarkan hawa positif sehing-ga kami ingin belajar keras dan berusaha menunjukkan yang terbaik. Jika kami kesulitan, ia mengajari kami dengan sabar dan selalumembesarkan hati kami. Keunggulannya tidak menimbulkan pe-rasaan terancam bagi sekitarnya, kecemerlangannya tidak menerbit-kan iri dengki, dan kehebatannya tidak sedikit pun mengisyaratkansifat-sifat angkuh. Kami bangga dan jatuh hati padanya sebagai se-orang sahabat dan sebagai seorang murid yang cerdas luar yang miskin duafa adalah mutiara, galena, kuarsa, dan topasyang paling berharga bagi kelas kami. Lintang selalu terobsesi dengan hal-hal baru, setiap informasiadalaha sumbu ilmu yang dapat meledakkan rasa ingin tahunya ka-104Langit Ketujuhpan saja. Kejadian ini terjadi ketika kami kelas lima, pada hari ketikaia diselamatkan oleh Bodenga. “Al-Qur’an kadangkala menyebut nama tempat yang harus di-terjemahkan dengan teliti….” Demikian penjelasan Bu Mus dalamtarikh Islam, pelajaran wajib perguruan Muhammadiyah. Jangan ha-rap naik kelas kalau mendapat angka merah untuk ajaran ini. “Misalnya negeri yang terdekat yang ditaklukkan tentara Persiapada tahun ….” “620 Masehi! Persia merebut kekaisaran Heraklius yang jugaberada dalam ancaman pemberontakan Mesopotamia, Sisilia, danPalestina. Ia juga diserbu bangsa Avar, Slavia, dan Armenia ….” Lintang memotong penuh minat, kami ternganga-nganga, BuMus tersenyum senang. Beliau menyampingkan ego. Tak keberatankuliahnya dipotong. Beliau memang menciptakan atmosfer kelas se-perti ini sejak awal. Memfasilitasi kecerdasan muridnya adalah yangpaling penting bagi beliau. Tidak semua guru memiliki kualitas se-perti ini. Bu Mus menyambung, “Negeri yang terdekat itu ….” “Byzantium! Nama kuno untuk Konstantinopel, mendapat na-ma belakangan itu dari The Great Constantine. Tujuh tahun kemu-dian negeri itu merebut lagi kemerdekaannya, kemerdekaan yang di-ingatkan dalam kitab suci dan diingkari kaum musyrik Arab, me-ngapa ia disebut negeri yang terdekat Ibunda Guru? Dan mengapakitab suci ditentang?” “Sabarlah anakku, pertanyaanmu menyangkut pernjelasan tafsirsurah Ar-Ruum dan itu adalah ilmu yang telah berusia paling tidakseribu empat ratus tahun. Tafsir baru akan kita diskusikan nanti ka-lau kelas dua SMP….” 105Andrea Hirata “Tak mau Ibunda, pagi ini ketika berangkat sekolah aku hampirditerkam buaya, maka aku tak punya waktu menunggu, jelaskan disini, sekarang juga!” Kami bersorak dan untuk pertama kalinya kami mengerti mak-na adnal ardli, yaitu tempat yang dekat atau negeri yang terdekatdalam arti harfiah dan tempat paling rendah di bumi dalam kontekstafsir, tak lain dari Byzantium di kekaisaran Roma sebelah bersorak tentu bukan karena adnal ardli, apalagi Byzantiumyang merdeka, tapi karena kagum dengan sikap Lintang menantangintelektualitasnya sendiri. Kami merasa beruntung menjadi saksi ba-gaimana seseorang tumbuh dalam evolusi inteli-gensi. Dan ternyatajika hati kita tulus berada di dekat orang berilmu, kita akan disinaripancaran pencerahan, karena seperti halnya kebodohan, kepintaranpun sesungguhnya demikian mudah menjalar. Ꮨ ORANG cerdas memahami konsekuensi setiap jawaban danmenemukan bahwa di balik sebuah jawaban tersembunyi beberapapertanyaan baru. Pertanyaan baru tersebut memiliki pasangan se-jumlah jawaban yang kembali akan membawa pertanyaan baru da-lam deretan eksponensial. Sehingga mereka yang benar-benar cerdaskebanyakan rendah hati, sebab mereka gamang pada akibat darisebuah jawaban. Konsekuensikonsekuensi itu mereka temui dalamjalur-jalur seperti labirin, jalur yang jauh menjalarjalar, jalur yangtak dikenal di lokus-lokus antah berantah, tiada berujung. Merekamengarungi jalur pemikiran ini, tersesat di jauh di dalamnya, Ketujuh Godaan-godaan besar bersemayam di dalam kepala orang-orang cerdas. Di dalamnya gaduh karena penuh dengan menyerahkan tugas kepada dosen, mereka selalu merasa ti-dak puas, selalu merasa bisa berbuat lebih baik dari apa yang telahmereka presentasikan. Bahkan ketika mendapat nilai A plus terting-gi, mereka masih saja mengutuki dirinya sepanjang malam. Orang cerdas berdiri di dalam gelap, sehingga mereka bisa me-lihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lian. Mereka yang tak dipa-hami oleh lingkungannya, terperangkap dalam kegelapan itu. Sema-kin cerdas, semakin terkucil, semakin aneh mereka. Kita menyebutmereka orang-orang yang sulit. Orang-orang sulit ini tak berteman,dan mereka berteriak putus asa memohon pengertian. Ditambah se-dikit saja dengan sikap introver, maka orang-orang cerdas semacamini tak jarang berakhir di sebuah kamar dengan perabot berwarna te-duh dan musik klasik yang terdengar lamat-lamat, itulah ruang tera-pi kejiwaan. Sebagian dari mereka amat menderita. Sebaliknya, orang-orang yang tidak cerdas hidupnya lebih baha-gia. Jiwanya sehat walafiat. Isi kepalanya damai, tenteram, sekaligussepi, karena tak ada apa-apa di situ, kosong. Jika ada suara memasu-ki telinga mereka, maka suara itu akan terpantul-pantul sendirian didalam sebuah ruangan yang sempit, berdengung-dengung sebentar,lalu segera keluar kembali melalui mulut mereka. Jika menyerahkan tugas, mereka puas sekali karena telah ber-hasil memenuhi batas akhir, dan ketika mendapat nilai C, merekatak henti-hentinya bersyukur karena telah lulus. Mereka hidup di dalam terang. Sebuah senter menyiramkan si-nar tepat di atas kepala mereka dan pemikiran mereka hanya sampaipada batas lingkaran cahaya senter itu. Di luar itu adalah gelap. 107Andrea HirataMereka selalu berbicara keras-keras karena takut akan ke-gelapanyang mengepung mereka. Bagi sebagian orang, ketidaktahuan ada-lah berkah yang tak terkira. Aku pernah mengenal berbagai jenis orang cerdas. Ada oranggenius yang jika menerangkan sesuatu lebih bodoh dari orang yangpaling bodoh. Semakin keras ia berusaha menjelaskan, semakin bi-ngung kita dibuatnya. Hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yangsangat cerdas. Ada pula yang kurang cerdas, bahkan bodoh sebenar-nya, tapi kalau bicara ia terlihat paling pintar. Ada orang yang me-miliki kecerdasan sesaat, kekuatan menghafal yang fotografis, na-mun tanpa kemampuan analisis. Ada juga yang cerdas tapi berpura-pura bodoh, dan lebih banyak lagi yang bodoh tapi berpura-puracerdas. Namun, sahabatku Lintang memiliki hampir semua dimensi ke-cerdasan. Dia seperti toko serba ada kepandaian. Yang paling me-nonjol adalah kecerdasan spasialnya, sehingga ia sangat unggul da-lam geometri multidimensional. Ia dengan cepat dapat membayang-kan wajah sebuah konstruksi suatu fungsi jika digerak-gerakkan da-lam variabel derajat. Ia mampu memecahkan kasus-kasus dekompo-sisi modern yang runyam dan mengajari kami teknik menghitungluas poligon dengan cara membongkar sisi-sisinya sesuai Dalil Geo-metri Euclidian. Ingin kukatakan bahwa ini sama sekali bukan per-kara mudah. Ia sering membuat permainan dan mendesain visualisasi gunamenerjemahkan rumusan geometris pada tingkat kesulitan yang sa-ngat tinggi. Tujuannya agar gampang disimulasikan sehingga kamisekelas dapat dengan mudah memahami kerumitan Teorema Kupu-Kupu atau Teorema Morley yang menyatakan bahwa pertemuan se-gitiga yang ditarik dari trisektor segitiga bentuk apa pun akan mem-108Langit Ketujuhbentuk segitiga inti yang sama sisi. Semua itu dilengkapinya denganbukti-bukti matematis dalam jangkauan analisis yang melibatkankemampuan logika yang sangat tinggi. Ini juga sama sekali bukanurusan mudah, terutama untuk tingkat pendidikan serendah kamiserta. Dan mengingat kopra maka kuanggap apa yang dilakukanLintang sangat luar biasa. Lintang juga cerdas secara experiential yang membuatnya pia-wai menghubungkan setiap informasi dengan konteks yang lebihluas. Dalam kaitan ini, ia memiliki kapasitas metadiscourse selayak-nya orang-orang yang memang dilahirkan sebagai seorang adalah jika dalam pelajaran biologi kami baru mempelajarifungsi-fungsi otot sebagai subkomponen yang membentuk sistemmekanik parsial sepotong kaki maka Liontang telah memahami sis-tem mekanika seluruh tubuh dan ia mampu menjelaskan peran se-potong kaki itu dalam keseluruhan mekanika persendian dan otot-otot yang terintegrasi. Kecerdasannya yang lain adalah kecerdasan linguistik. Ia mudahmemahami bahasa, efektif dalam berkomunikasi, memiliki nalarverbal dan logika kualitatif. Ia juga mempunyai descriptive power,yakni suatu kemampuan menggambarkan sesuatu dan mengambilcontoh yang tepat. Pengalamanku dengan pelajaran bahasa Inggrisdi hari-hari pertama kelas 2 SMP nanti membuktikan hal itu. Saat itu aku mendapat kritikan tajam dari ayahku karena nilaibahasa Inggris yang tak kunjung membaik. Aku pun akhirnya meng-hadap pemegang kunci pintu ilmu filsafat untuk mendapat satu duaresep ajaib. Aku keluhkan kesulitanku memahami tense. “Kalau tak salah jumlahnya sampai enam belas, dan jika ia su-dah berada dalam sebuah narasi aku ekhliangan jejak dalam konteks 109Andrea Hiratatense apa aku berada? Pun ketika ingin membentuk sebuah kalimat,bingung aku menentukan tense-nya. Bahasa Inggrisku tak maju-ma-ju.” “Begini,” kata Lintang sabar menghadapi ketololanku. Ketika ituia sedang memaku sandal cunghai-nya yang menganga seperti buayalapar. Kupikir ia pasti mengira bahwa aku mengalami disorientasiwaktu dan akan menjelaskan makna tense secara membosankan. Ta-pi petuahnya sungguh tak kuduga. “Memikirkan struktur dan dimensi waktu dalam sebuah bahasaasing yang baru saja kita kenal tidak lebih dari hanya akan merepot-kan diri sendiri. Sadarkah kau bahasa apa pun di dunia ini, di manapun, mulai dari bahasa Navajo yang dipakai sebagai sandi tak terpe-cahkan di perang dunia kedua, bahsa Gaelic yang amat langka, baha-sa Melayu pesisir yang berayun-ayun, sampai bahasa Mohican yangtelah punah, semuanya adalah kumpulan kalimat, dan kalimat taklain adalah kumpulan kata-kata, paham kau sampai di sini?” Aku mengangguk, semua orang tahu itu. Lalu ia melanjutkan, “Nah, kata apa pun, pada dasarnya adalahkata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan, paham? Inibukan masalah bahasa yang sulit tapi masalah cara berpikir.” Sekarang mulai menarik. “Berangkatlah dari sana, pelajari bagaimana menggunakan katabenda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan dalam sebuah kali-mat Inggris, itu saja, Kal. Tak lebih dari itu!” Belajar kata terlebih dulu, bukan belajar bahasa, itulah inti para-digma belajar bahsa Inggris versi Lintang. Sebuah ide cemerlangyang hanya terpikirkan oleh orang-orang yang memahami prinsip-110Langit Ketujuhprinsip belajar behasa. Dengan paradigma ini aku mengalami kema-juan pesat, bukan hanya karena aku dapat mempelajari bahsa Inggrisdengan bantuan analogi bahasa Indonesia, tapi petuahnya mampumelenyapkan sugesti kesulitan belajar bahasa asing yang umum me-landa siswa-siswa daerah. Bahwa bahasa, baik lokal maupun asing,adalah permainan kata-kata, tak lebih dari itu! Setelah aku mampu membangun konstruksiku sendiri dalammemahami kalimat-kalimat Inggris, kemudian Lintang menunjuk-kan cara meningkatkan kualitas tata bahasaku dengan mengenalkanteori strktur dan aturan-aturan tense. Pendekatan ini diam-diam ka-mi sebarkan pada seluruh teman sekelas. Dan ternyata hal ini suksesbesar, sehingga dapat dikatakan Lintanglah yang telah mengakhirimasa kejahiliahan bahasa Inggris di kelas kami. Mungkin kami telah belajar bahasa Inggris dengan pendekatanyang keliru, tapi cara ini efektif. Dan cara ini diajarkan oleh sese-orang yang percaya bahwa setiap orang memiliki jalan yang berbedauntuk memahami bahasa. Aku kagum dengan daya pikir Lintang,dalam usia semuda itu ia mampu melihat elemen-elemen filosofissebuah ilmu lalu menerjemahkannya menjadi taktik-taktik praktisuntuk menguasainya. Yang lebih istimewa, orang yang mengajarikuini bahkan tak mampu membeli buku teks wajib bahasa Inggris. Lintang memasuki suatu tahap kreatif yang melibatkan intuisidan pengembangan pemikiran divergen yang orisinal. Ia menggalirasa ingin tahunya dan tak henti mencoba-coba. Indikasi kegenius-annya dapat dilihat dari kefasihannya dalam berbahasa numerik, ya-itu ia terampil memproses sebuah pernyataan matematis mulai darihipotesis sampai pada kesimpulan. Ia membuat penyangkalan ber-dasarkan teorema, bukan hanya berdasarkan pembuktian kesalahan,apalagi simulasi. Dalam usia muda dia telah memasuki area yang a- 111Andrea Hiratamat teoretis, cara berpikirnya mendobrak, mengambil risiko, takbiasa, dan menerobos. Setiap hari kami merubungnya untuk mene-mukan kejutan-kejutan pemikirannya. Baru naik ke kelas satu SMP, ketika kami masih pusing tujuhkeliling memetakan absis dan ordinat pada produk cartesius dalamtopik relasi himpunan sebagai dasar fungsi linear, Lintang telah me-ngutak-atik materi-materi untuk kelas yang jauh lebih tinggi di ting-kat lanjutan atas bahkan di tingkat awal perguruan tinggi seperti im-plikasi, biimplikasi, filosofi Pascal, binomial Newton, limit, diferen-sial, integral, teori-teori peluang, dan vektor. Ketika kami baru sajamengenal dasar-dasar binomial ia telah beranjak ke pengetahuantentang aturan multinomial dan teknik eksploitasi polinomial, iamengobrak-abrik pertidaksamaan eksponensial, mengilustrasikangrafik-grafik sinus, dan membuat pembuktian sifat matematismenggunakan fungsi-gunsgi trigonometri dan aturan ruang tiga di-mensi. Suatu waktu kami belajar sistem persamaa nlinier dan tertatih-tatih menguraiuraikan kasusnya dengan substitusi agar dapat mene-mukan nilai sebuah variabel, ia bosan dan menghambur ke depankelas, memenuhi papan tulis dengan alternatif-alternatif solusi lini-er, di antaranya dengan metode eliminasi Gaus-Jordan, metodeCrammer, metode determinan, bahkan dengan nilai Eigen. Setelahitu Lintang mulai menggarap dan tampak sangat menguasai prinsip-prinsip penyelesaian kasus nonlinier. Ia dengan amat lancar menje-laskan persamaan multivariabel, mengeksploitasi rumus kuadrat,bahkan menyelesaikan operasi persamaan menggunakan metodematriks! Padahal dasar-dasar matriks paling tidak baru dikhot-bahkan para guru pada kelas dua SMA. Yang lebih menakjubkan a-dalah semua pengetahuan itu ia pelajari sendiri dengan membaca112Langit Ketujuhbermacam-macam buku milik kepala sekolah kami jika ia mendapatgiliran tugas menyapu di ruangan beliau. Ia bersimpuh di balik pintuayun, semacam pintu koboi, menekuni angka-angka yang bicara,bahkan dalam buku-buku berbahasa Belanda. Ia memperlihatkan bakat kalkulus yang amat besar dan keahli-annya tidak hanya sebatas menghitung guna menemukan solusi, tapiia memahami filosofi operasi-operasi matematika dalam hubungan-nya dengan aplikasi seperti yang dipelajari para mahasiswa tingkatlanjut dalam subjek metodologi riset. Ia membuat hitungan yangiseng namun cerdas mengenai berapa waktu yang dapat dihematatau berapa tambahan surat yang dapat diantar per hari oleh TuanPos jika mengubah rute antarnya. Ia membuat perkiraan ketahananbenang gelas dalam adu layangan untuk berbagai ukuran nilon ber-dasarkan perkiraan kekuatan angin, ukuran layangan, dan panjangbenang. Rekomendasinya menyebabkan kami tak pernah terkalah-kan. Prediksinya tak pernah meleset dalam menghitung waktu kun-cup, bersemi, dan mati untuk bunga red hot cat tail dengan menelitikadar pupuk, suplai air, dan sinar matahari. Ia mengompilasi de-ngan cermat tabel pengamatan distribusi durasi, frekuensi dan wak-tu curah hujan lalu menghitung rata-rata, variansi, dan koefisien ko-relasi dalam rangka memperkirakan berapa kali Pak Harfan boloskarena bengek itu menunjukkan pola yang konsisten terhadap fung-si hujan dan lebih ajaib lagi Lintang mampu membuat persentasebias dugaannya. Lintang bereksperimen merumuskan metode jembatan keledai-nya sendiri untuk pelajaran-pelajaran hafalan. Biologi misalnya. Iamenciptyakan sebuah konfigurasi belajar metabolisme dengan me-rancang kelompok sistem biologis mulai dari sistem alat tubuh, per- 113Andrea Hiratanapasan, pencernaan, gerak, sampai sistem saraf dan indra, baik un-tuk manusia, vertebrata, maupun avertebrata, sehingga mudah dipa-hami. Maka jika kita tanyakan padanya bagaiaman seekor cacing me-lakukan hajat kecilnya, siap-siap saja menerima penjelasan yang ra-pi, kronologis, terperinci, dan sangat cerdas mengenai cara kerjarambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai saja, seumpamaseekor monyet sedang mencari kutu di punggung pacarnya, ia akanmembuat analogi buang hajat cacing itu pada sistem ekskresi proto-zoa dengan anatomi vakuola kontraktil yang rumit itu, bahkan jikatidak distop, ia akan dengan senang hati menjelaskan fungsi-fungsikorteks, simpai bowman, medulla, lapisan malpigi, dan dermisdalam sistem ekskresi manusia. Karena bagi Lintang, melalui desainjembatan keledainya tadi, benda-benda hafalan ini dengan mudahdapat ia kuasai, satu malam saja, sekali tepuk. Masih dalam pelajaran biologi, terjadi perdebatan sengit di an-tara kami tentang teori yang memaksakan pendapat bahwa manusiaberasal dari nenek moyang semacam lutung, kami terperangah olehargumentasi Lintang “Persoalannya adalah apakah Anda seorang religius, seorangdarwinian, atau sekadar seorang oportunis? Pilihan sesungguhnyahanya antara religius dan darwinian, sebab yang tidak memilih ada-lah oportunis! Yaitu mereka yang berubah-ubah sikapnya sesuai si-tuasi mana yang akan lebih menguntungkan mereka. Lalu pilihan ituseharusnya menentukan perilaku dalam menghargai hidup ini. JikaAnda seorang darwinian, silakan berperilaku seolah tak ada tuntutanakhirat, karenab agi Anda ktia bsuci yang memaktub bahwa manusiaberasal dari Nabi Adam adalah dusta. Tapi jika Anda seorang religi-us maka Anda tahu bahwa teori evolusi itu palsu, dan ketika Anda114Langit Ketujuhtak kunjung mempersiapkan diri untuk dihisab nanti dalam hidupsetelah mati, maka dalam hal ini anda tak lebih dari seorang sekuleroportunis yang akan dibakar di dasar neraka!” Itulah Lintang dengan pandangannya. Pikirannya memang te-lah sangat jauh meninggalkan kami. Dan dengarlah itu, bicaranya le-bih pintar dari bicara seluruh menteri penerangan yang pernah di-miliki republik ini. “Ayo yang lain, jangan hanya anak Tanjong keriting ini sajayang terus menjawab,” perintah Bu Mus. Biasanya setelah itu aku tergoda untuk menjawab, agak ragu-ra-gu, canggung, dan kurang yakin, sehingga sering sekali salah, laluLintang membetulkan jawabanku, dengan semangat konstruktif pe-nuh rasa akrab persahabatan. Lintang adalah seorang cerdas yangrendah hati dan tak pernah segan membagi ilmu. Aku belajar keras sepanjang malam, tapi tak pernah sedikit pun,sedetik pun bisa melampaui Lintang. Nilaiku sedikit lebih baik darirata-rata kelas namun jauh tertinggal dari nilainya. Aku berada dibawah bayang-bayangnya sekian lama, sudah terlalu lama duaku abadi, tak berubah sejak caturwulan pertama kelassatu SD. Abadi seperti lukisan ibu menggendong anak di bulan. Ri-val terberatku, musuh bebuyutanku adalah temanku sebangku, yangaku sayangi. Dapat dikatakan bahwa Bu Mus sering kewalahan menghadapiLintang, terutama untuk pelajaran matematika, sehingga ia seringdiminta membantu. Ketika Lintang menerangkan sebuah persoalanrumit dan membaut simbol-simbol rahasia matematika menjadi si-nar yang memberi terang bagi kami, Bu Mus memerhatikan denganseksama bukan hanya apa yang diucapkan Lintang tapi juga pende- 115Andrea Hiratakatannya dalam menjelaskan. Lalu beliau menggeleng-gelengkan ke-palanya, komat-kamit, berbicara sendiri tak jelas seperti orangmenggerendeng. Belakangan aku tahu apa yang dikomat-kamitkanbeliau.; Bu Mus mengucapkan pelan-pelan kata-kata penuh kagum,“Subhanallah….Subhanallah….” “Yang paling membuatku terpesona,” cerita Bu Mus pada ibu-ku. “Adalah kemampuannya menemukan jawaban dengan cara lain,cara yang tak pernah terpikirkan olehku,” sambungnya sambil mem-betulkan jilbab. “Lintang mampu menjawab sebuah pertanyaan matematikamelalui paling tidak tiga cara, padahal aku hanya mengajarkan satucara. Dan ia menunjukkan padaku bagaimana menemukan jawabantersebut melalui tiga cara lainnya yang tak pernah sedikit pun akuajarkan! Logikanya luar biasa, daya pikirnya meluap-luap. Aku su-dah tak bisa lagi mengatasi anak pesisir ini Ibunda Guru.” Bu Mus tampak bingung sekaligus bangga memiliki murid se-pandai itu. Sebaliknya, ibuku, seperti biasa, sangat tertarik pada hal-hal yang aneh. “Ceritakan lagi padaku kehebatannya yang lain,” pancing beliaumemanasi Bu Mus sambil memajukan posisi duduknya, mendekat-kan keminangan tempat cupu-cupu gambir dan kapur, lalu melu-dahkan sirih melalui jendela rumah panggung kami. Dan tak ada yang lebih membahagiakan seorang guru selainmendapatkan seorang murid yang pintar. Kecemerlangan Lintangmembawa gairah segar di sekolah tua kami yang mulai kehabisannapas, megap-megap melawan paradigma materialisme sistem pen-didikan zaman baru. Sekarang suasana belajar mengajar di sekolahkami menjadi berbeda karena kehadiran Lintang, hanya tinggal116Langit Ketujuhmenunggu kesempatan saja baginya untuk mengharumkan namaperguruan Muhammadiyah. Lintang dengan segala daya tarik kecer-dasannya daalah gemerincing tamborin yang nakal, bernada miring,dalam alunan stambul gaya lama. Dialah mantar dalam rima-rimagurindam1 yang itu-itu saja. Dia ikan lele yang menggeliat dalamtimbunan lumpur berku kemarau sekolah kami yang telah bosandihina. Tubuhnya yang kurus menjadi siku-siku yang mengeakkankembali tiang utama perguruan Muhammadiyah yang bahkan be-lum tentu tahun depan mendapatkan murid baru. Dewan guru tak henti-hentinya membicarakan nilai raporLintang. Angka sembilan berjejer mulai dari pelajaran aqaid aki-dah, Al-Qur’an, fikih, tarikh Islam, budi pekerti, kemuhammadi-yahan, pendidikan kewarganegaraan, ilmu bumi, dan bahasa Inggris. Untuk biologi, matematika dan semua variannya ilmu ukur,aritmatika, aljabar, dan ilmu pengetahuan alam bahkan Bu Mus be-rani bertanggung jawab untuk memberi nilai sempurna Lintang tak terbendung, kepiawaiannya mulai kondangke seantero kampung. Dan yang lebih mendebarkan, karena reputa-sinya itu, kami dipertimbangkan untuk diundang mengikuti lombakecerdasan antarsekolah yang dapat menaikkan gengsi sekolah se-tinggi rasi bintang Auriga2. Sudah demikian lama kami tak diundangdalam acara bergengsi ini karena prestasi sekolah selalu di Gurindam sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat misalnya baik-baik memilih kawan, salah-salah bisa jadi lawan.2 Auriga konstelasi berbentuk layangan di langit sebelah utara. Bintang yang terbesardalam konstelasi ini adalah Capella. Bintang-bitang di dalam Auriga kebanyakanmerupakan bintang biner, yaitu sepasang bintang yang berputar mengelilingi pusatmassa. Auriga mencapai titik tertingginya pada bulan Juni dan dapat terlihat daribelahan bumi utara dan sebelah utara belahan belahan bumi selatan. 117Andrea Hirata Nilai terendah di rapor Lintang, yaitu delapan, hanya pada matapelajaran kesenian. Walaupun sudah berusaha sekuat tenaga danmengerahkan segenap daya pikir dia tak mampu mencapai angkasembilan karena tak memapu bersaing dengan seorang pria mudaberpenampilan eksentrik, bertubuh ceking, dan berwajah tampanyang duduk di pojok sana sebangku dengan Trapani. Nilai sembilanuntuk pelajaran kesenian selalu milik pria itu, namanya Mahar. ሖሗመ118Bab 12MaharBAKAT laksana Area 51 di Gurun Nevada, tempat di mana mayat-mayat alien disembunyikan misterius! Jika setiap orang tahu denganpasti apa bakatnya maka itu adalah utopia. Sayangnay utopia tak adadalam dunia nyata. Bakat tidak seperti alergi, dan ia tidak otomatistimbul seperti jerawat, tapi dalam banyak kejadian ia harus ditemu-kan. Banyak orang yang berusaha mati-matian menemukan bakat-nya dan banyak pula yang menunggu seumur hidup agar bakatnyaatau dirinya ditemukan, tapi lebih banyak lagi yang merasa dirinyaberbakat padahal tidak. Bakat menghinggapi orang tanpa main bola seperti Van Basten mungkin diam-diam dimiliki se-orang tukang taksir di kantor pegadaian di Tanjong Pandan. Seo-rang Karl Marx yang lain bisa saja sekarang sedang duduk menjagawartel di sebuah kampus di Bandung. Seorang kondektur ternyataadalah John Denver, seorang salesman ternyata berpotensi menjadiAndrea Hiratapenembak jitu, atau salah seorang tukang nasi bebek di Surabayaternyata berbakat menjadi komposer besar seperti Zuybin Mehta. Namun, mereka sendiri tak pernah mengetahui hal itu. Si tu-kang taksir terlalu sibuk melayani orang Belitong yang kehabisanuang sehingga tak punya waktu main bola, sang penjaga wartel se-panjang hari hanya duduk memandangi struk yang menjulur-julurdari printer Epson yang bunyinya merisaukan seperti lidah wanitadalam film Perempuan Berambut Api, kondektur dan salesman se-tiap hari mengukur jalan, dan lingkungan si tukang nasi bebek samasekali jauh dari sesuatu yang berhubungan dengan musik klasik. Iahanya tahu bahwa jika mendengarkan orkestra telinganya mampumelacak nada demi nada yang berdenting dari setiap instrumen danhatinya bergetar hebat. Sayangnya sepanjang hidup-nya ia tak per-nah mendapat kesempatan sekali pun memegang alat musik, dan takjuga pernah ada seorang pun yang menemukannya. Maka ketika iamati, bakat besar gilang gemilang pun ikut terkubur bersamanya. Se-perti mutiara yang tertelan kerang, tak pernah seorang pun melihatkilaunya. Karena bakat sering kali harus ditemukan, maka ada orang yangberprofesi sebagai pemandu bakat. Di Amerika orang-orang sepertiini khusus berkeliling dari satu negara bagian ke negara baigan lainuntuk mencari pemain baseball potensial. Jika—satu di antara sejutakemungkinan—orang ini tak pernah menghampiri seseorang yangsesungguhnya berbakat, maka hanya nasib yang menentukan apakahbakat seseorang tersebut pernah ditemukan atau tidak, pelajaranmoral nomor empat Ternyata nasib yang juga sangat misterius ituadalah seorang pemandu bakat! Hal ini paling tidak dibuktikan oelhForest Gump, jika ia tidak mendaftar menjadi tentara dan jika iatidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di barak pada suatu sore120Maharmaka mungkin ia tak pernah tahu kalau ia sangat berbakat bermaintenis meja. Ritchie Blackmore juga begitu, kalau orang tuanya mem-belikan papan catur untuk hadiah ulang tahun mungkin ia takpernah tahu kalau dia berbakat menjadi seorang gitaris classic rock. Dan di siang yang panas menggelegak ini, ketika pelajaran senisuara, di salah satu sudut kumuh perguran miskin Muhammadiyah,kami menjadi saksi bagaimana nasib menemukan bakat Mahar. Mu-lanya Bu Mus meminta A Kiong maju ke depan kelas untuk menya-nyikan sebuah lagu, dan seperti diduga—hal ini sudah delapan belaskali terjadi—ia akan membawakan lagu yang sama yaitu BerkibarlahBenderaku karya Ibu Sud.“…berkiballah bendelaku….”“…lambang suci gagah pelwila ….”“… bergelak-bergelak! Selentak … selentak …!” A Kiong membawakan lagu itu dengan gaya mars tanpa rasa sa-ma sekali. Ia memandang keluar jendela dan pikirannya tertuju padalabu siam yang merambati dahan-dahan rendah filicium serta buah-buahnya yang gendut-gendut bergelantungan. Ia bahkan tidak sedi-kit pun memandang ke arah kami. Ia mengkhianati penonton. Telinganya tak mendengarkan suaranya sendiri karena ia agak-nya mendengarkan suara ribut burung-burung kecil prenjak sayapgaris yang berteriak-teriak beradu kencang dengan suara kumbang-kumbang betina pantat kuning. Ia tak mengindahkan jangkauansuaranya serta atk ambil pusing dengan notasi. Kali ini ia mengkhia-nati harmoni. 121Andrea Hirata Kami juga tak memerhatikannya bernyanyi. Lintang sibuk de-ngan rumus phytagoras, Harun tertidur pulas sambil mendengkur,Samson menggambar seorang pria yang sedang mengangkat sebuahrumah dengan satu tangan kiri. Sahara asyik menyulam kruistik ka-ligrafi tulisan Arab Kulil Haqqu Walau Kana Murron artinya Kata-kan kebenaran walaupun pahit dan Trapani melipat-lipat sapu ta-ngan ibunya. Sementara itu Syahdan, aku dan Kucai sibuk mendis-kusikan rencana kami menyembunyikan sandal Pak Fahimi gurukelas empat yang galak itu di Masjid Al-Hikmah. Mahar adalahorang satu-satunya yang menyimaknya. Sedangkan Bu Mus menu-tup wajahnya dengan kedua tangan, beliau berusaha keras menahankantuk dan tawa mendengar lolongan A Kiong. Lalu giliran aku. Tak kalah membosankan, lebih membosankanmalah. Setelah dimarahi karena selalu menyanyikan lagu Potong Be-bek Angsa, kini aku membuat sedikit kemajuan dengan lagu baru In-donesia Tetap Merdeka karya C. Simanjuntak yang diaransemenDamoro IS. Ketika aku mulai menyanyi Sahara mengangkat sebentarwajahnya dari kruistiknya dan terang-terangan memandangku de-ngan jijik karena aku menyanyikan lagu cepat-tegap itu dengan nadayang berlari-lari liar sesuka hati, ke sana kemari tanpa tak peduli dengan pelecehan itu dan tetap bersemangat.“…Sorak-sorai bergembira…bergembira semua….”“…telah bebas negeri kita…Indonesia merdeka ….” Namun, aku menyanyi melompati beberapa oktaf secara drastistanpa dapat kukendalikan sehingga tak ada keselarasan nada dantempo. Aku telah mengkhianati Kali ini Bu Mus sudah tak bisa lagi menahan tawanya, beliauterpingkal-pingkal sampai berair matanya. Aku berusaha kerasmemperbaiki harmonisasi lagu itu tapi semakin keras aku berusahasemakin aneh kedengarannya. Inilah yang dimaksud dengan tidakpunya bakat. Aku susah payah menyelesaikan lagu itu dan teman-temanku sama sekali tak mengindahkan penderitaanku karena me-reka juga menderita menahan kantuk, lapar, dan haus di tengah hariyang panas ini, dan batin mereka semakin tertekan karena mende-ngar suaraku. Bu Mus menyelamatkan aku dengan buru-buru menyuruhkuberhenti bernyanyi sebelum lagu merdu itu selesai, dan sekarang be-liau menunjuk Samson. Kenyataannya semakin parah, Samson me-nyanyikan lagu yang berjudul Teguh Kukuh Berlapis Baja juga karyaC. Simanjuntak sesuai dengan citra tubuh raksasanya. Ia menyanyi-kan lagu itu dengan sangat nyaring sambil menunduk dalam danmenghentak-hentakkan kakinya dengan keras.“…Teguh kukuh berlapis baja!”“…rantai smangat mengikat padu!”“…tegak benteng Indonesia!” Tapi ia juga sama sekali tidak tahu konsep harmonisasi sehinggaia menjadikan lagu itu seperti sebuah lagu lain yang belum pernahkami kenal. Ia mengkhianati C. Simanjuntak. Maka sebelum baitpertama selesai, Bu Mus segera menyuruhnya kembali ke tempat du-duk. Samson membatu, tak percaya dengan apa yang baru saja dide-ngarnya, ia terheran-heran. “Mengapa aku dihentikan, Ibunda Guru …?” 123Andrea Hirata Inilah yang dimaksud dengan tak punya bakat dan tak tahu diri. Maka seni suara adalah mata pelajaran yang paling tidak pros-pektif di kelas kami. Oleh karena itu, ia ditempatkan di bagian akhirpaling siang. Fungsinya hanya untuk menunggu waktu Zuhur, yaitusaatnya kami pulang, atua untuk sekadar hiburan bagi Bu Mus ka-rena dengan menyuruh kami bernyanyi beliau bisa menertawakankami. Pada umumnya kami memang tak bisa menyanyi. BahkanLintang hanya bisa menampilkan dua buah lagu, yaitu PadamuNegeri dan Topi Saya Bundar. Lagu tentang topi ini adalah lagu su-per ringkas dengan bait yang dibalik-balik. Lintang menyanyikan-nya dengan tergesa-gesa sehingga seperti rapalan agar tugas itu cepatselesai. Adapun Trapani, sejak kelas satu SD tak pernah menyanyikanlagu lain selain lagu Kasih Ibu Sepanjang Jalan. Sahar menyanyikanlagu Rayuan Pulau Kelapa dengan gaya seperti seriosa yang menurutdia sangat bagus padahal sumbangnya minta ampun. Sedangkan Ku-cai—juga dari kelas satu SD—hanya menampilkan dua buah laguyang sama, kalau tidak lagu Rukun Islam ia akan menyanyikan laguRukun Iman. “Masih ada lima menit sebelum azan zuhur. Ah, masih bisa satulagu lagi,” kata Bu Mus sambil tersenyum simpul. Kami memandangbeliau dengan benci. “Ibunda, kenapa tak pulang saja!” Kami sudah mengantuk, lelah, lapar, dan haus. Siang ini panassekali. Burung-burung prenjak sayap garis1 semakin banyak dan tak1 Perenjak sayap garis Prinia familiaris; Bar-winged Prinia burung kecil pemakanserangga, berwarna kelabu, memiliki sayap pendek bergaris-garis dan ekor yang124Maharmau kalah dengan kumbang-kumbang betina pantat kuning. Ka-dang-kadang mereka hinggap di jendela kelas sambil menjerit se-jadi-jadinya, menimbulkan suara bising yang memusingkan bagiperut-perut yang keroncongan. “Nah, sekarang giliran ….” Bu Mus memandangi kami satu persatu untuk menjatuhkan pilihan secara acak … dan kali ini pandang-annya berhenti pada Mahar. “Ya, Mahar, silakan ke depan anakku, nyanyikan sebuah lagusambil kita menunggu azan zuhur.” Bu Mus terus tersenyum mengantisipasi kekonyolan apa lagiyang akan ditampilkan muridnya. Sebelumnya kami tak pernahmendengar Mahar bernyanyi, karena setiap kali tiba gilirannya, azanzuhur telanjur berkumandang sehingga ia tak pernah mendapat ke-sempatan tampil. Kami tidak peduli ketika Mahar beranjak. Ia menyandang tas-nya, sebuah karung kecampang, karena ia juga sudah bersiap-siapakan pulang. Kami sibuk sendiri-sendiri. Sahara sama sekali tak me-malingkan wajah dari kruistiknya, Lintang terus menghitung,Samson masih menggambar, dan yang lain asyik berdiskusi. Maharmelangkah ke depan dengan tenang, anggun, tak tergesa-gesa. Di depan kelas ia tak langsung menyanyikan lagu pilihannya,tapi menatap kami satu per satu. Kami terheran-heran melihattingkahnya yang ganjil, namun tatapannya penuh arti, seperti se-buah tatapan kerinduan dari seorang penyanyi pop gaek yang me-lakukan konser khusus untuk para ibu-ibu single parent, dan kaumpanjang lentik seperti murai batu. Paruhnya tipis dan agak melengkung. Habitatburung ini adalah di tempat terbuka seperti padang ilalang. 125Andrea Hirataibu ini adalah para penggemar setia yang sudah amat lama tak ber-sua dengan sang artis nostalgia. Setelah memandangi kami cukup lama, ia memalingkan wajah-nya ke arah Bu Mus sambil tersenyum kecil dan menunduk, layak-nya peserta lomba bintang radio yang memberi hormat kepada de-wan juri. Mahar merapatkan kedua tangannya di dadanya seperti se-niman India, seperti orang memohon doa. Tampak jelas jari-jarikurusnya yang berminyak seperti lilin dan ujung-ujung kukunyayang bertaburan bekas-bekas luka kecil sehingga seluruh kukunyahampir cacat. Sejak kelas dua SD Mahar bekerja sampingan sebagaipesuruh tukang parut kelapa di sebuah toko sayur milik seorangTionghoa miskin. Tangannya berminyak karena berjam-jam me-remas ampas kelapa sehingga tampak licin, sedangkan jemari dankukunya cacat karena disayat gigi-gigi mesin parut yang tajam danberputar kencang. Mesin itu mengepulkan asap hitam dan harusdihidupkan dengan tenaga orang dewasa dengan cara menariksebuah tuas berulangulang. Bunyi mesin itu juga merisaukan, suatubunyi kemelaratan, kerja keras, dan hidup tanpa pilihan. Ia mem-bantu menghidupi keluarga dengan menjadi pesuruh tukang parutkarena ayahnya telah lama sakit-sakitan. Bu Mus membalas hormat takzimnya yang santun dengan terse-nyum ganjil. “Anak muda ini pasti tak pandai melantun tapi jelas iamenghargai seni," mungkin demikian yang ada dalam hati Bu tetap saja beliau menahan tawa. Lalu Mahar mengucapkan se-macam prolog. “Aku akan membawakan sebuah lagu tentang cinta IbundaGuru, cinta yang teraniaya lebih tepatnya ...."126Mahar Tuhanku! Kami terperangah dan Bu Mus terkejut. Prolog sema-cam ini tak pernah kami lakukan, dan tema lagu pilihan Mahar sa-ngat tak biasa. Lagu kami hanya tiga macam yaitu lagu nasional,lagu kasidah, dan lagu anak-anak. Lagu apakah gerangan yang akandibawakan anak muda berwajah manis ini? Kini kami semua me-mandanginya dengan heran, Sahara melepaskan kruistiknya. Belumsempat kami mencerna ia menyambung kalem dengan gaya sepertiseorang bijak berpetuah. "Lagu ini bercerita tentang seseorang yang patah hati karena ke-kasih yang sangat ia cintai direbut oleh teman baiknya sendiri ...." Mahar tercenung syahdu, tatapan matanya kosong jauh melin-tasi jendela, jauh melintasi awan-awan berarakan, hidup memangkejam .... Bu Mus termenung ragu-ragu. Beliau menatap Mahar sambiltersenyum penuh tanda tanya. Hati kami juga penasaran. Lalu BuMus mengambil sebuah keputusan yang puitis. "Jalan ke ladang berliku-liku, jangan lewat hutan cemara, segeranyanyikan lagumu, biar kutahu engkau merana ...." Mahar tersenyum dalam duka. "Terima kasih Ibunda Guru." Mahar bersiap-siap, kami menunggu penuh keingintahuan, dankami semakin takjub ketika ia membuka tasnya dan mengeluarkansebuah alat musik ukulele! Suasana jadi hening dan kemudian perlahan-lahan Mahar me-mulai intro lagunya dengan memainkan melodi ukulele yang men-dayu-dayu, ukulele itu dipeluknya dengan sendu, matanya terpejam,dan wajahnya syahdu penuh kesedihan yang mengharu biru, pias 127Andrea Hiratamenahankan rasa. Jiwanya seolah terbang tak berada di tempat dengan interlude yang halus meluncurlah syair-syair lagu me-nakjubkan dalam tempo pelan penuh nuansa duka yang dinyanyi-kan dengan keindahan andante2 maestoso yang tak terlukiskan kata-kata"...I was dancing with my darling to the Tennesse waltz...""...when an old friend I happened to see...""...intoduced her to my love one and while they were dancing..."...my friend stole my sweetheart from me..." Seketika kami tersentak dalam pesona, itulah lagu TennesseWaltz yang sangat terkenal karya Anne Murray, dan lagu itu diba-wakan Mahar dengan teknik menyanyi seindah Patti Page yang me-lambungkan lagu lama itu. Ritme ukulele mengiringi vibrasi sem-purna suaranya disertai sebuah penghayatan yang luar biasa sehing-ga ia tampak demikian menderita karena kehilangan seorang keka-sih. Syair demi syair lagu itu merambati dinding-dinding papan tuakelas kami, hinggap di daun-daun kecil linaria3 seperti kupu-kupu2 Andante tempo musik yang agak lambat, lebih pelan daripada moderato tapi lebihcepat daripada adagio. Berasal dari bahasa Italia yang berarti “berjalan”. Jikaditambah dengan “maestoso” maka berarti tempo tersebut harus dimainkan Linaria toadflax; butter-and-eggs nama genus untuk tanaman liar yg memiliki bungabergerombol ada yg tegak, ada yg merayap di atas tanah yg umumnya berwarnamenyala kuning pucat-oranye spesies lain ada yg berwarna ungu, biru, merah, putihdan daun-daun yg kecil. Bunganya berbentuk tabung sempit yg terbelah di ujungnyasehingga membentuk bibir atas disebut hood atau kerudung/topi dan bibir bawahyg kecil dan berwarna lain. Tanaman ini disebut toadflax krn jika bunganya ditekansisinya, ia akan berbentuk seperti katak toad yg sedang membuka thistle crescent4, lalu terbang hanyut dibawa awan-awan tipismenuju ke utara. Suara Mahar terdengar pilu merasuki relung hatisetiap orang yang ada di ruangan. Intonasinya lembut membelai-belai kalbu dan Mahar memaku hati kami dalam rasa pukaumenyaksikannya menyanyi sambil menitikkan air mata. Apa punyang sedang kami kerjakan terhenti karena kami telah tersihir oleh aura seni yang terpancar dari sosok anak mudatampan yang menyanyi dari jiwanya, bukan hanya dari mulutnya,sehingga lagu itu menjadi sebuah simfoni yang agung. Kami terbawasuasana melankolis karena Mahar benar-benar mengembuskan na-pas lagu itu. Rasa kantuk, lapar, dan dahaga menjadi tak terasa. Bah-kan kumbang-kumbarrg dan kawanan burung prenjak sayap garismenjadi senyap, berhenti menjerit-jerit demi mendengar lantunan-nya. Suhu udara yang panas perlahan-lahan menjadi sejuk mengha-nyutkan. Ketika Mahar bernyanyi seluruh alam diam menyimak. Kamimerasakan sesuatu tergerak di dalam hati bukan karena Mahar ber-nyanyi dengan tempo yang tepat, teknik vokal yang baik, nada yangpas, interpretasi yang benar, atau chord ukulele yang sesuai, tapikarena ketika ia menyanyikan Tennesse Waltz kami ikut merasakankepedihan yang mendalam seperti kami sendiri telah kehilangan ke-4 Thistle crescent Vanessa cardui; painted lady; thistle butterfly; cosmopolite jenis kupu-kupu yg mungkin paling luas persebarannya dan paling banyak dijumpai di seluruhdunia. Kupu-kupu ini hidup di daerah yg terbuka dan terkena cahaya matahari –terutama taman, lapangan, dan tanah kososng. Sayapnya berwarna oranye ataumerah kecokelatan dgn bercak dan tepian hitam, sementara permukaan bawahnyabiasanya berwarna merah muda dengan corak putih dan hitam. Sayap belakangnyabiasanya memiliki corak seperti mata yg berwarna biru. Kupu-kupu ini hidup darinektar bunga thistle tanaman dengan batang dan daun berduri, dengan brakteabunga yg lancip-lancip seperti duri, biasanya berwarna ungu, aster dan red cloversejenis semanggi. 129Andrea Hiratakasih yang paling dicintai. Kemampuan menggerakkan inilah ba-rangkali yang dimaksud dengan bakat. Siang itu, ketika sedang me-nunggu azan zuhur, ternyata seorang seniman besar telah lahir disekolah gudang kopra perguruan Muhammadiyah. Mahar meng-akhiri lagunya secara fade out disertai linangan air mata.“...I lost my litle darling the night they were playing the beautifulTennesse waltz..." Dan kami serentak berdiri memberi standing applause yang sa-ngat panjang untuknya, lima menit! Bu Mus berusaha keras me-nyembunyikan air mata yang menggenang berkilauan di pelupukmata sabarnya. Tak dinyana, beberapa menit yang lalu, ketika Bu Mus menun-juk Mahar secara acak untuk menyanyi, saat itulah nasib menyapa-nya. Itulah momen nasib yang sedang bertindak selaku pemandu ba-kat. Siang ini, komidi putar Mahar mulai menggelinding dalam velo-sitas yang bereskalasi. ሖሗመ130Bab 13Jam Tangan Plastik MurahanSETELAH tampil dengan lagu memukau Tennesse Waltz kami me-nemukan Mahar sebagai lawan virtual rasionalitas Lintang. Ia adalahpenyeimbang perahu kelas kami yang cenderung oleng ke kiri kare-na tarikan otak kiri Lintang. Sebaliknya, otak sebelah kanan Maharmeluap-luap melimpah ruah. Mereka berdua membangun tonggakartistik daya tarik kelas kami sehingga tak pernah membosankan. Jika Lintang memiliki level intelektualitas yang demikian tinggimaka Mahar memperlihatkan bakat seni selevel dengan tingginyainteligensia Lintang. Mahar memiliki harnpir setiap aspek kecerdas-an seni yang tersimpan seperti persediaan amunisi kreativitas dalamlokus-lokus di kepalanya. Kapasitas estetika yang tinggi melahirkan-nya sebagai seniman serba bisa, ia seorang pelantun gurindam, su-tradara teater, penulis yang berbakat, pelukis natural, koreografer,penyanyi, pendongeng yang ulung, dan pemain sitar yang Hirata Lintang dan Mahar seperti Faraday kecil dan Warhol mungildalam satu kelas, atau laksana Thomas Alva Edison muda dan Ra-bindranath Tagore junior yang berkumpul. Keduanya penuh inovasidan kejutan-kejutan kreativitas dalam bidangnya mereka, kelas kami tak lebih dari sekumpulan kuli tambangmelarat yang mencoba belajar tulis rangkai indah di atas kertas ber-garis tiga. Dan di antara mereka berdua kami terjebak di tengah-tengahseperti orang-orang dungu yang ditantang Columbus mendirikantelur. Karena Lintang dan Mahar duduk berseberangan maka kamisering menoleh ke kiri dan ke kanan dengan cepat, persis penontonpertandingan pingpong, terkagum-kagum pada kegeniusan mereka. Jika tak ada guru, Lintang tampil ke depan, menggambar rang-kaian teknik bagaimana membuat perahu dari pelepah sagu. Perahuini digerakkan baling-baling yang disambungkan dengan motoryang diambil dari tape recorder dan ditenagai dua buah batu membuat perhitungan matematis yang canggih untuk memanipu-lasi gerak mekanik motor tape dan menjelaskan kepada kami hu-kum-hukum pokok hidrolik. Perhitungan matematikanya itu dapatmemperkirakan dengan sangat akurat laju kecepatan perahu berda-sarkan massanya. Aku terpesona melihat perahu kecil itu berputar-putar sendiri di dalam baskom. Setelah itu Mahar maju, menundukkan kepala dengan takzim didepan kami seperti seniman istana yang ingin bersenandung atasperkenan tuan raja, lalu dengan manis ia membawakan lagu Leavingon a Jet Plane dengan gitarnya dengan ketukan-ketukan bernuansahadrah. Di tangan orang yang tepat musik ternyata bisa menjadi de-mikian indah. Mahar juga membaca beberapa bait puisi parodi ten-tang orang-orang Melayu yang mendadak kaya atau tentang burung-132Jam Tangan Plastik Murahanburung putih di Pantai Tanjong Kelayang. Mahar dengan aksesori-aksesori etniknya ibarat orang yang dititipi Engelbert Humperdinksuara emas dan diwarisi Salvador Dali sikap-sikap nyentrik. Persaha-batannya dengan para seniman lokal dan seorang penyiar radio AMyang memiliki beragam koleksi musik memperkaya wawasan senidan perbendaharaan lagu Mahar. Pada kesempatan lain Lintang mempresentasikan percobaanmemunculkan arus listrik dengan mengerak-gerakkan magnet seca-ra mekanik dan menjelaskan prinsip-prinsip kerja dinamo. Maharmemperagakan cara membuat sketsa-sketsa kartun dan cara menyu-sun alur cerita bergambar. Lintang menjelaskan aplikasi geometridan aerodinamika dalam mendesain layangan, Mahar menceritakankisah yang memukau tentang bangsa-bangsa yang punah. Pernah ju-ga Lintang menyusun potongan-potongan kaca yang dibentuk ce-kung seperti parabola dan menghadapkannya ke arah matahari agarmendapatkan suhu yang sangat tinggi, rancangan energi mataharikatanya. Sebaliknya Mahar tak mau kalah, ia menggotong sebuah mejaputar dan mendemonstrasikan seni membuat gerabah yang indah,teknik-teknik melukis gerabah itu dan mewarnainya. Lintang mem-peragakan cara kerja sekstan1 dan menjelaskan beberapa perhitung-an matematika geometris dengan alat itu, Mahar membaca puisiyang ditulisnya sendiri dengan judul Doa dan dibawakan secara me-mukau dengan gaya tilawatil Qur'an, belum pernah aku melihatorang membaca puisi seperti Sekstan alat untuk mengukur sudut astronomis yang meliputi seperenam lingkaran60° untuk menentukan posisi kapal di laut. 133Andrea Hirata Kadang kala mereka berkolaborasi, misalnya Mahar mengingin-kan sebuah gitar elektrik yang gampang dibawa seperti tas biasa,sehingga tak merepotkan jika naik sepeda, maka Lintang datang de-ngan sebuah desain produk yang belum pernah ada dalam industriinstrumen musik, yaitu desain stang gitar yang dipotong lalu dipa-sangi semacam engsel sehingga terciptalah gitar yang bisa istimewa. Sudah banyak aku melihat keanehan di duniapentas—misalnya pemain biola yang ketiduran ketika sedang mang-gung, panggung yang roboh, musisi yang menghancurkan alat-alatmusik, pemain gitar yang kesetrum, seorang pria midland yang ma-kan kelelawar, atau orang-orang kampung yang meniru-niru MickJagger—tapi gitar dilipat sehingga menjadi seperti papan catur, barukali ini aku saksikan. Dan jika Mahar dan Lintang beraksi, kami ber-kumpul di tengah-tengah kelas, bertumpuk-tumpuk kegirangan, ter-buai keindahan, dan menggumamkan subhanallah berulang-ulang,atas dua macam kepintaran mengasyikkan yang dianugerahkan Ilahikepada mereka. Mahar sangat imajinatif dan tak logis—seseorang dengan bakatseni yang sangat besar. Sesuatu yang berasal dari Mahar selalu me-nerbitkan inspirasi, aneh, lucu, janggal, ganjil, dan menggoda keya-kinan. Namun, mungkin karena otak sebelah kanannya benar-benaraktif maka ia menjadi pengkhayal luar biasa. Di sisi lain ia adalahmagnet, simply irresistable! Ia penggemar berat dongeng-dongeng yang tidak masuk akaldan segala sesuatu yang berbau paranormal. Tanyalah padanya hika-yat lama dan mitologi setempat, ia hafal luar kepala, mulai dari do-ngeng naga-naga raksasa Laut Cina Selatan sampai cerita raja ber-ekor yang diyakininya pernah menjajah Tangan Plastik Murahan Ia sangat percaya bahwa alien itu benar-benar ada dan suatuketika nanti akan turun ke Belitong menyamar sebagai mantri suntikdi klinik PN Timah, penjaga sekolah, muazin di Masjid Al-Hikmah,atau wasit sepak bola. Dalam keadaan tertentu ia sangat konyol mi-salnya ia menganggap dirinya ketua persatuan paranormal interna-sional yang akan memimpin perjuangan umat manusia mengusirserbuan alien dengan kibasan daun-daun beluntas. Aku ingat kejadian ini, suatu ketika untuk nilai rapor akhir kelasenam, Bu Mus yang berpendirian progresif dan terbuka terhadapide-ide baru, membebaskan kami berekspresi. Kami diminta menye-tor sebuah masterpiece, karya yang berhak mendapat tempat terhor-mat, dipajang di ruang kepala sekolah. Maka esoknya kami memba-wa celengan bebek dari tanah liat dan asbak dari cetakan lilin. Seba-gian lainnya membawa replika rumah panggung Melayu dari bahanperdu apit-apit dan simpai dari jalinan rotan untuk mengikat sapulidi. Trapani menyetorkan peta Pulau Belitong yang dibuat dari ser-buk kayu. Syahdan membuat karya yang persis sama tapi bahannyabubur koran, jelek sekali dan busuk baunya. Harun menyetorkan tiga buah botol bekas kecap, itu saja, botolkecap! Tak lebih tak kurang. Aku sendiri hanya mampu membuattirai dari biji-biji buah berang yang dikombinasikan dengan tali ra-piah yang digulung kecil-kecil. Setiap tiga buah biji berang berartisatu ketupat kecil tali rapiah berwarna-warni. Sebuah karya norakyang sangat tidak berseni. Tapi masih mending. A Kiong membuat lampion tanpa perhi-tungan akal sehat. Ketika dinyalakan lampion itu terbakar berkobar-kobar sehingga dengan terpaksa, demi keamanan, Samson melem-parkan benda itu keluar jendela. Padahal A Kiong tak tidur barangsepicing pun membuatnya. Karena karya kami sangat tidak memu- 135Andrea Hirataaskan, kami semua mendapat nilai tak lebih dari angka 6,5. Sungguhtak sebanding dengan jerih payah yang dikeluarkan. Amat berbeda dengan Mahar. Ia datang membawa sebuah bing-kai besar yang ditutupi selembar kain hitam. Kami sangka ia mem-buat sebuah lukisan. Tapi setelah kain itu pelan-pelan dilucuti, sa-ngat mengejutkan! Di baliknya muncul semacam cetakan tenggelamdi atas batu apung. Cetakan kerangka seekor makhluk purbakalayang sangat janggal dan mengesankan sangat buas. Makhluk ini bukan acanthopholis, sauropodomorphas, kera an-thropoid, dinosaurus atau saurus-saurus semacamnya, dan bukanpula makhluk-makhluk prasejarah seperti yang telah kita kenal. Se-baliknya, Mahar membuat sebuah cetakan fosil kelelawar raksasasemacam Palaeochiropterxy tupaiodon tapi dengan bentuk yang di-modifikasi sehingga tampak ganjil dan mengerikan. Anatomi makh-luk itu tentu tak pernah teridentifikasi oleh para ahli karena ia hanyaada di kepala Mahar, di dalam imajinasi seorang seniman. Fosil di atas batu apung tipis itu dibuat begitu orisinal sehinggamengesankan seperti temuan paleontologi2 yang autentik. Ia meng-gunakan semacam lapisan karbon untuk memperkuat kesan purbapada setiap detail fosil itu. Lalu karyanya dibingkai dengan potong-an-potongan balak lapuk yang sudut-sudutnya diikat tali pohon jawiagar kesan purbanya benar-benar terasa. "Inilah seni, Bung!" khotbahnya di hadapan kami yang terkesi-ma. Gayanya seperti pesulap sehabis membuka genggaman tanganuntuk memperlihatkan burung Paleontologi ilmu tentang fosil binatang dan tumbuhan.136Jam Tangan Plastik Murahan Dan ia mendapat angka sembilan, tak ada lawannya. Angka ituadalah nilai kesenian tertinggi yang pernah dianugerahkan Bu Mussepanjang karier mengajarnya. Bahkan Lintang sekalipun tak ber-kutik. Imajinasi Mahar meloncat-loncat liar amat mengesankan. Se-sungguhnya, seperti Lintang, ia juga sangat cerdas, dan aku belumpernah menjumpai seseorang dengan kecerdasan dalam genre seper-ti ini. Ia tak pernah kehabisan ide. Kreativitasnya tak terduga, unik,tak biasa, memberontak, segar, dan menerobos. Misalnya, ia melatihkera peliharaannya sedemikian rupa sehingga mampu berperilakulayaknya seorang instruktur. Maka dalam sebuah penampilan, kera-nya itu memerintahkannya untuk melakukan sesuatu yang dalampertunjukan biasa hal itu seharusnya dilakukan sang kera. Sang keradengan gaya seorang instruktur menyuruh Mahar bernyanyi, mena-ri-nari, dan berakrobat. Mahar telah menjungkirbalikkan paradigmaseni sirkus, yang menurutku merupakan sebuah terobosan yang sa-ngat genius. Pada kesempatan lain Mahar bergabung dengan grup rebanaMasjid Al-Hikmah dan mengolaborasikan permainan sitar di da-lamnya. Jika grup ini mendapat tawaran mengisi acara di sebuah ha-jatan perkawinan, para undangan lebih senang menonton merekadaripada menyalami kedua mempelai. Mahar pula yang membentuk sekaligus menyutradarai grup tea-ter kecil SD Muhammadiyah. Penampilan favorit kami adalah ceritaperang Uhud dalam episode Siti Hindun. Dikisahkan bahwa wanitapemarah ini mengupah seorang budak untuk membunuh Hamzahsebagai balas dendam atas kematian suaminya. Setelah Hamzah matiwanita itu membelah dadanya dan memakan hati panglima besaritu. A Kiong memerankan Hamzah, dan Sahara sangat menikmati 137Andrea Hirataperannya sebagai Siti Hindun. Juga karena inisiatif Mahar, akhirnyakami membentuk sebuah grup band. Alat-alat musik kami adalahelectone yang dimainkan Sahara, standing bass yang dibetot tanpaampun oleh Samson, sebuah drum, tiga buah tabla, serta dua buahrebana yang dipinjam dari badan amil Masjid Al-Hikmah. Pemain rebana adalah aku dan A Kiong. Mahar menambahkankendang dan seruling yang dimainkan secara sekaligus oleh Trapanimelalui bantuan sebuah kawat agar seruling tersebut dapat dijang-kau mulutnya tanpa meninggalkan kendang itu. Maka pada aranse-men tertentu Trapani leluasa menggunakan tangan kanannya untukmenabuh kendang sementara jemari tangan kirinya menutup-nutupenam lubang seruling. Sebuah pemandangan spektakuler sepertisirkus musik. Setiap wanita muda dipastikan bertekuk lutut, terbiusseperti orang mabuk sehabis kebanyakan makan jengkol jika melihatTrapani yang tampan berimprovisasi. Trapani adalah salah satu dayatarik terbesar band kami. Hanya ada sedikit masalah, yaitu ia mogoktampil jika ibunya tidak ikut menonton. Insiden sempat terjadi pada awal pembentukan band ini karenaHarun bersikeras menjadi drumer padahal ia sama sekali buta nadadan tak paham konsep tempo. "Dengarkan musiknya, Bang, ikuti iramanya," kata Mahar sabar. "Drum itu tak bisa kauperlakukan semena-mena." Setelah dimarahi seperti itu biasanya Harun tersenyum kecildan memperhalus tabuhannya. Tapi itu tak berlangsung lama. Bebe-rapa saat kemudian, meskipun kami sedang membawakan iramabertempo pelan nan syahdu, misalnya lagu Semenanjung Tak Sein-dah Wajah yang syairnya bercerita tentang seorang pria Melayuduafa meratap-ratap karena ditipu kekasihnya, Harun kembali138Jam Tangan Plastik Murahanmenghantam drum itu sekuat tenaganya seperti memainkan lagurock Deep Purple yang berjudul Burn. Dan ia sendiri tak pernah tahukapan harus berhenti. Ia hanya tertawa riang dan menghantamdrum itu sejadi-jadinya. Mahar tetap sabar menghadapi Harun dan berusaha menun-tunnya pelan-pelan, namun akhirnya kesabaran Mahar habis ketikakami membawakan lagu Light My Fire milik The Doors. Di sepan-jang lagu yang inspiratif itu Harun menghajar hithat, tenor drum,simbal3, serta menginjak-injak pedal bass drum sejadi-jadinya. De-ngan stik drum ia menghajar apa saja dalam jangkauannya, persisdrumer Tarantula melakukan end fill untuk menutup lagu rockdangdut Wakuncar. "Dengar kata adikmu ini, Abangda Harun, kalau Abang berma-in drum seperti itu bisa-bisa Jim Morrison melompat dari liangkuburnya!" Diperlukan waktu berhari-hari dan permen asam jawa hampirsetengah kilo untuk membujuk Harun agar mau melepaskan jabatansebagai drumer dan menerima promosi jabatan baru sebagai tukangpikul drum itu ke mana pun kami tampil. Mahar adalah penata musik setiap lagu yang kami bawakan danracun pada setiap aransemennya menyengat ketika ia memainkanmelodi dengan sitarnya. Ia berimprovisasi, berdiri di tengah pertun-jukan, dan dengan wajah demikian syahdu ia mengekspresikan seti-ap denting senar sitar yang bercerita tentang daun-daun pohon bin-tang yang melayang jatuh di permukaan Sungai Lenggang yang te-nang lalu hanyut sampai jauh ke muara, tentang angin selatan yang3 Simbal alat musik berupa dua piringan kuningan yang diadu. 139Andrea Hiratameniup punggung Gunung Selumar, berbelok dalam kesenyapanHutan Jangkang, lalu menyelinap diam-diam ke perkampungan. Ah,indahnya, pria muda ini memiliki konsep yang jelas bagaimanaseharusnya sebuah sitar berbunyi. Mahar adalah arranger berbakat dengan musikalitas yang piawai memilih lagu dan mengadaptasikan karakter lagu tersebutke dalam instrumen-instrumen kami yang sederhana. Misalnya padalagu Owner of a Lonely Heart karya group rock Yess. Mahar meng-awali komposisinya dengan intro permainan solo tabla yang meng-hentak bertalu-talu dalam tempo tinggi. Ia mengajari Syahdan me-nyelipkan-nyelipkan warna tabuhan Afrika dan padang pasir padafondasi tabuhan gaya suku Sawang. Sangat eksotis. Gebrakan solo Syahdan seumpama garam bagi mereka yang da-rah tinggi berbahaya, beracun, dan memicu adrenalin. Syahdanmengudara sendirian dengan letupan-letupan yang menggairahkansampai beberapa bar. Lalu Syahdan menurunkan sedikit tempo ba-hana tabla-nya dan pada momen itu, kami—para pemain rebanadan dua pemain tabla lainnya-pelan-pelan masuk secara eleganmendampingi suara tabla Syahdan yang surut, namun tak lama ke-mudian kembali bereskalasi menjadi tempo yang semakin cepat,semakin garang, semakin ganas memuncak. Kami menghantam ta-buh-tabuhan ini sekuat tenaga dengan tempo secepat-cepatnya be-serta semangat Spartan, para penonton menahan napas karena ber-ada dalam tekanan puncak ekstase, lalu tepat pada puncak kehe-bohan, suara alat-alat perkusi ini secara mendadak kami hentikan,tiga detik yang diam, lengang, sunyi, dan senyap. Ketika penontonmulai melepaskan kembali napas panjangnya dengan penuh kenya-manan perlahan-lahan hadirlah dentingan sitar Mahar menyambutperasaan damai itu. Mahar melantunkan dawai sitar sendirian dalam140Jam Tangan Plastik Murahannada-nada minor nan syahdu bergelombang seperti buluh nada ini demikian indah hingga terdengar laksana aliransungai-sungai di bawah taman surga. Dada terasa lapang sepertimemandang laut lepas landai tak bertepi di sebuah sore yang jingga. Pada bagian ini biasanya penonton menghambur ke bibirpanggung. Lalu Mahar meningkahi sitar dengan intonasi naik turundalam jangkauan hampir empat oktaf. Dengan gaya India klasik,Mahar berimprovisasi. Ia memainkan sitar dengan sepenuh jiwa se-olah esok ia telah punya janji pasti dengan malaikat maut. Matanyaterpejam mengikuti alur skala minor yang menyentuh langsung ba-gian terindah dari alam bawah sadar manusia yang mampu menik-mati sari pati manisnya musik. Jemarinya yang kurus panjang meng-aduk-aduk senar sitar dengan teknik yang memukau. Ia menyerah-kan segenap jiwa raganya, terbang dalam daya bius melodi musik. Suara sitar itu menyayat-nyayat, berderai-derai seperti hati yangsepi, meraung-raung seperti jiwa yang tersesat karena khianat cinta,merintih seperti arwah yang tak diterima bumi. Rendah, tinggi, pe-lan, kencang, berbisik laksana awan, marah laksana topan, meme-kakkan laksana ledakan gunung berapi, lalu diam tenang laksana da-nau di tengah rimba raya. Semakin lama semakin keras dan semakincepat, kembali memuncak, semakin lama semakin tinggi dan padatitik nadirnya Trapani serta-merta menyambut dengan sorak me-lengking melalui tiupan seruling, panjang, satu not, menjerit-jeritnyaring pada tingkat nada tertinggi yang dapat dicapai serulingbambu tradisonal itu. Mereka berdua bertanding, berlomba-lomba meninggikan nadadan mengeraskan suara instrumen masing-masing. Mereka sepertiseteru lama yang menanggungkan dendam membara, seruling clansitar saling menggertak, menghardik, dan membentak galak... na- 141Andrea Hiratamun dengan harmoni yang terpelihara rapi. Tiba-tiba, amat me-ngejutkan, sama sekali tak terduga, secara mendadak mereka break!Tiga detik diam. Setelah itu serta-merta datang menyerbu, menyalakgalak, menghambur masuk bertalu-talu seluruh suara alat musikdrum, standing bass, seluruh tabla, sitar, seruling, seluruh rebana,dan electone sekeras-kerasnya. Tepat pada puncak bahana seluruhalat musik secara mendadak kami break lagi, satu detik diam, napaspenonton tertahan, lalu pada detik kedua Mahar meloncat sepertitupai, merebut mikrofon dan langsung menjerit-jerit menyanyikanlagu Owner of a Lonely Heart dalam nada tinggi yang penonton histeris dalam sensasi, kemudian tubuh merekaterpatah-patah mengikuti hentakan-hentakan staccato yang dinamissepanjang lagu itu. Inilah musik, kawan. Musik yang dibawakan dengan sepenuhkalbu. Mahar menekankan konsep akustik dalam komposisi ini,misalnya dengan mengambil gaya piano grand pada electone dengantambahan sedikit efek sustain. Keseluruhan komposisi dan konsepini ternyata menghasilkan interpretasi yang unik terhadap laguOwner of a Lonely Heart. Kami yakin sedikit banyak kami telah ber-hasil menangkap semangat lagu itu, termasuk esensi pesannya, yaituhati yang sepi lebih baik dari hati yang patah, seperti dimaksudkanorang-orang hebat dalam grup Yess. Maka tak ayal lagu rock modern tersebut adalah master piecepenampilan kami selain sebuah lagu Melayu berjudul Patah Kemudikarya Ibu Hajah Dahlia Kasim. Mahar juga adalah seorang seniman idealis. Pernah sebuah par-pol ingin memanfaatkan grup kami yang mulai kondang untuk me-142Jam Tangan Plastik Murahannarik massa melalui iming-iming uang dan berbagai mainan anak-anak, Mahar menolak mentah-mentah. "Orang-orang itu sudah terkenal dengan tabiatnya mengham-burkan janji yang tak'kan ditepatinya," demikian Mahar berorasi ditengah-tengah kami yang duduk melingkar di bawah filicium. Jari-nya menunjuk-nunjuk langit seperti seorang koordinator demon-strasi. "Kita tidak akan pernah menjadi bagian dari segerombolan pe-nipu! Sekolah kita adalah sekolah Islam bermartabat, kita tidak akanmenjual kehormatan kita demi sebuah jam tangan plastik murahan!" Mahar demikian berapi-api dan kami bersorak-sorai mendu-kung pendiriannya. Dan mungkin karena kecewa kepada para pe-mimpin bangsa maka Mahar memberi sebuah nama yang sangatmemberi inspirasi untuk band kami, yaitu Republik Dangdut. Mahar adalah Jules Verne kami. Ia penuh ide gila yang tak ter-pikirkan orang lain, walaupun tak jarang idenya itu absurd dan satu contohnya adalah ketika ketua RT punya masalah dengantelevisinya. TV hitam putih satu-satunya hanya ada di rumah beliaudan tidak bisa dikeluarkan dari kamarnya yang sempit karena kabelantenanya sangat pendek dan ia kesulitan mendapatkan kabel untukmemperpanjangnya. Kabel itu ter-sambung pada antena di puncakpohon randu. Keadaan mendesak sebab malam itu ada pertandinganfinal badminton All England antara Svend Pri melawan Iie banyak penonton akan hadir, tapi ruangan TV sangat sore Pak Ketua RT tak enak hati karena banyak handai taulanyang akan bertamu tapi tak 'kan semua mendapat kesempatanmenonton pertandingan seru itu. 143Andrea Hirata Ketika beliau berkeluh kesah pada kepala sekolah kami, makaMahar yang sudah kondang akal dan taktiknya segera dipanggil dania muncul dengan ide ajaib ini "Gambar TV itu bisa dipantul-pantulkan melalui kaca, Ayah-anda Guru," kata Mahar berbinar-binar dengan ekspresi lugunya. Pak Harfan melonjak girang seperti akan meneriakkan"eureka4!" Maka digotonglah dua buah lemari pakaian berkaca besarke rumah ketua. Lemari pertama diletakkan di ruang tamu denganposisi frontal terhadap layar TV dan ruangan itu paling tidak me-nampung 17 orang. Sedangkan lemari kedua ditempatkan di beran-da. Lemari kaca kedua diposisikan sedemikian rupa sehingga dapatmenangkap gambar TV dari lemari kaca pertama. Ada sekitar 20orang menonton TV melalui lemari kaca di beranda. Tak ada satu pun penonton yang tak kebagian melihat aksi IieSumirat. Penonton merasa puas dan benar-benar menonton dari la-yar kaca dalam arti sesungguhnya. Meskipun Svend Pri yang kidal dilayar TV menjadi normal di kaca yang pertama dan kembali menjadikidal pada layar lemari kaca kedua. Menurutku inilah ide paling re-volusioner, paling lucu, dan paling hebat yang pernah terjadi padadunia penyiaran. Aku rasa yang dapat menandingi ide kreatif ini ha-nya penemuan remote control beberapa waktu kemudian. Kepada majelis penonton TV yang terhormat Pak Harfan ber-ulang kali menyampaikan bahwa semua itu adalah ide Mahar, dan4 Eureka istilah yang digunakan untuk mengekspresikan keberhasilan dalammenemukan sesuatu atau memecahkan suatu masalah. Dari kata Yunani “heurcka”yang secara harfiah berarti “aku telah menemukan-nya, konon diucapkan olehArchimedes saat ia berhasil menemukan hukum berat jenis Tangan Plastik Murahanbahwa Mahar itu adalah muridnya. Murid yang dibanggakannya ha-bis-habisan. Sayangnya, seperti banyak dialami seniman hebat lainnya, me-reka jarang sekali mendapat perhatian dan penghargaan yang me-madai. Gaya hidup dan pemikiran mereka yang mengawang-awangsering kali disalahartikan. Misalnya Mahar, kami sering mengang-gapnya manusia aneh, pembual, dan tukang khayal yang tidak dapatmembedakan antara realitas dan lamunan. Keadaan ini diperparah lagi dengan ketidakmampuan kamimengapresiasi karya-karya seninya. Sehingga beberapa karya hebat-nya malah mendapat cemoohan. Kenyataannya adalah kami tidakmampu menjangkau daya imajinasi dan pesan-pesan abstrak yang iasampaikan melalui karya-karya tersebut. Kami selalu membesar-be-sarkan kekurangannya ketika sebuah pertunjukan gagal total, tapi ji-ka berhasil kami jarang ingin memujinya. Mungkin karena masihkecil, maka kami sering tidak adil padanya. ሖሗመ 145Bab 14Laskar Pelangi dan Orang-Orang SawangPAPILIO blumei1, kupu-kupu tropis yang menawan berwarna hitambergaris biru-hijau itu mengunjungi pucuk filicium. Kehadiran me-reka semakin cantik karena kehadiran kupu-kupu kuning berbintikmetalik yang disebut pure clouded yellow. Mereka dan lidah atap si-rap cokelat yang rapuh menyajikan komposisi warna kontras di atassekolah Muhammadiyah. Dua jenis bidadari taman itu melayang-la-yang tanpa bobot bersukacita. Tak lama kemudian, seperti tumpahdari langit, ikut bergabung kupu-kupu lain, danube clouded yellow. Hanya para ahli yang dapat membedakan pure clouded yellowdengan danube clouded yellow, berturut-turut nama latin mereka1 Papilio blumei kupu-kupu dari jenis swallowtail dicirikan dengan “ekor” di ujungbawah sayapnya yang berukuran vukup besar sekitar 12 cm lebar dan `0 cmpanjang. Sayapnya yang berwarna hitam begitu kontras dengan strip biru-hijausehingga memberinya tampilan yang sangat eksotis. Konon ditemukan di TamanNasional Bantimurung di Maros, Sulawesi Selatan, dan diberi nama berdasarkannama panggilannya. Belu, dan bulan penemuannya, Hirataadalah Colias crocea2 dan Colias myrmidone3. Di mata awam kecan-tikan mereka sama absolut, dan hanya dapat dibayangkan melaluikeindahan namanya. Keduanya adalah si kuning berawan yangmemesona laksana Danau Danube yang melintasi Eropa sejuk, ele-gan, dan misterius. Berbeda dengan tabiat unggas yang cenderungagresif dan eksibisionis, makhluk-makhluk bisu berumur pendek inibahkan tak tahu kalau dirinya cantik. Meskipun jumlahnya ratusan,tapi kepak sayapnya senyap dan mulut mungil indahnya diam dalamkerupawanan yang melebihi taman lotus. Melihat mereka rasanyaaku ingin menulis puisi. Saat ratusan pasang danube clouded yellow berpatroli meling-kari lingkaran daun-daun filicium, maka mereka menjelma menjadipasir kuning di Dermaga Olivir. Sayapsayap yang menyala itu adalahfatamorgana pantulan cahaya matahari, berkilauan di atas butiran-butiran ilmenit yang terangkat abrasi. Sebuah daya tarik Belitongyang lain, pesona pantai dan kekayaan material tambang yangmenggoda. Kupu-kupu clouded yellow dan Papilio blumei saling berceng-krama dengan harmonis seperti sebuah reuni besar bidadari peng-huni berbagai surga dari agama yang berbeda-beda. Jika diperhati-kan dengan saksama, setiap gerakan mereka, sekecil apa pun, seolahdigerakkan oleh semacam mesin, keserasian. Mereka adalah orkestrawarna dengan insting sebagai konduktornya. Dan agaknya dulu me-mang telah diatur jauh-jauh hari sebelum mereka bermetamorfosis,2 Colias crocea Pure clouded yellow kupu-kupu dengan warna dasar kuning-jingga,dengan tepian luar sayap berwarna gelap bersetrip kuning di atas pembuluhdarahnya. Habitat kupu-kupu ini adalah di stepa, lembah, dan lereng yang Colias myrmidone Danube clouded yellow mirip dnegan C. Crocea, juga memilikitepian berwarna gelap, namun tanpa pembuluh-pembuluh kuning. Habitatnya didaerah stepa dan hutan-stepa dengan pepohonan yang renggang, biasanya Pelangi dan Orang-Orang Sawangtelah tercatat di Lauhul Mahfuzh saat mereka masih meringkuk ber-bedak-bedak tebal dalam gulungan-gulungan daun pisang, bahwasore ini mereka akan menari-nari di pucuk-pucuk fil-cium, bersendagurau, untuk memberiku pelajaran tentang keagungan Tuhan. Kupu-kupu ini sering melakukan reuni setelah hujan sore ini, pemandangan seperti butiranbutiran cat berwar-na-warni yang dihamburkan dari langit itu serentak bubar dan har-moni ekosistem hancur berantakan karena serbuan sepuluh sosokHomo sapiens. Makhluk brutal ini memanjati dahan-dahan filicium,bersorak-sorai, dan bergelantungan mengklaim dahannya masing-masing. Kawanan itu dipimpin oleh setan kecil bernama Kucai. Ber-ada pada posisi puncak rantai makanan seolah melegitimasi kecen-derungan Homo sapiens untuk merusak tatanan alam. Kucai mengangkangi dahan tertinggi, sedangkan Sahara, satu-satunya betina dalam kawanan itu, bersilang kaki di atas dahan ter-rendah. Pengaturan semacam itu tentu bukan karena budaya patri-arki begitu kental dalam komunitas Melayu, tapi semata-mata kare-na pakaian Sahara tidak memungkinkan ia berada di atas kami. Iaadalah muslimah yang menjaga aurat rapat-rapat. Kepentingan kami tak kalah mendesak dibanding keperluan ka-um unggas, fungi, dan makhluk lainnya terhadap filicium karenadari dahan-dahannya kami dapat dengan leluasa memandang pela-ngi. Kami sangat menyukai pelangi. Bagi kami pelangi adalah lukis-an alam, sketsa Tuhan yang mengandung daya tarik mencengang-kan. Tak tahu siapa di antara kami yang pertama kali memulai hobiini, tapi jika musim hujan tiba kami tak sabar menunggu kehadiran 149
RESENSILAGU Laskar Pelangi Anggota Kelompok KELOMPOK 1 1. ADELA YESIKA PELITA HATI 2. AGATHA NADIA NURDIANA 3. AGUSTINUS CHARLOS DAPUTRA MASTO 4. ANGELICO MARVIOLLA DERVAN 5. BERGITA GRESTI JUITA AMUL 6. MARIA SERLIANA KOSTIN isi latar belakang lagu Lagu Laskar Pelangi merupakan
Inilah lirik lagu Laskar Pelangi.’ Lagu yang juga menjadi soundtrack film berjudul sama yang bernada riang dan untuk semua umur milik Nidji. Pada pertengahan dekade 2000an. Band beraliran Pop Alternatif, Nidji, tak memungkiri merupakan salah satu band yang ngetop banget. Pokoknya semua rilisan lagu-lagunya kala itu, sukses bersaing dengan lagu top milik kelompok lainnya kala itu. Termasuk, salah satunya disini adalah Laskar Pelangi’ yang merupakan soundtrack utama dari film berjudul sama yang dirilis pada tahun 2008. Pokoknya, sama hal-nya seperti filmnya. Sekali lagi, soundtrack-nya ini, booming banget kala itu. Namun, selain karena faktor kengetopan Nidji kala itu dan juga komposisi musiknya yang sangat riang lagi catchy. Faktor lain yang membuat soundtrack film arahan Riri Riza Kuldesak, Gie ini begitu asyik adalah liriknya yang memiliki makna yang mendalam. Spesifiknya, seperti yang terlansir dari Interpretasi Lirik. Makna lirik Laskar Pelangi’ pada dasarnya menceritakan tentang kegigihan seseorang dalam meraih mimpi. Pokoknya, terlepas dalam usaha pencapaian mimpinya ia memiliki banyak halangan. Ia tetaplah gigih alias pantang menyerah. Pokoknya walau kita belum berhasil mencapai mimpi atau keinginan kita. Lagu ini mengingatkan untuk tetap optimis dan semangat. Karena siapa tahu saja mimpi tersebut ke depannya akhirnya menjadi kenyataan. Nah setelah menyimak seluruh keterangan tersebut. Yuk langsung saja kita nyanyiin lagi lagunya melalui lirik lagu Laskar Pelangi’ berikut ini. Lirik Lagu Laskar Pelangi Mimpi adalah kunciUntuk kita menaklukkan duniaBerlarilah tanpa lelahSampai engkau meraihnya Pre-Chorus Laskar pelangiTakkan terikat waktuBebaskan mimpimu di angkasaWarnai bintang di jiwa Chorus Menarilah dan terus tertawaWalau dunia tak seindah surgaBersyukurlah pada Yang KuasaCinta kita di dunia Selamanya Cinta kepada hidupMemberikan senyuman abadiWalau hidup kadang tak adilTapi cinta lengkapi kita Ho-oh-oh Oh-oh, o, o, ho-oh Pre-Chorus 2 Laskar pelangiTakkan terikat waktuJangan berhenti mewarnaiJutaan mimpi di bumi, oh *balik ke pre-chorus* *balik ke chorus* Outro SelamanyaLaskar pelangiTakkan terikat waktu, uh, oh
LaguRukun Iman Laskar Pelangi Juli 25, 2020 Anda dapat mencari lagu rukun iman laskar pelangi atau lagu favorit Anda dari basis data MP3 kami, YouTube, Facebook dan lebih dari 5000+ situs MP3 online, lalu unduh musik berkualitas terbaik secara gratis.

Andrea Hiratalemari kaca kecil yang sudah tidak ada lagi kacanya, tungku dan alat-alat dapur, tumpukan cucian, dan enam ekor kucing yang dipasangikelintingan sehinga rumah itu bersuara gemerincing sepanjang hari. Di luar bangunan sempit memanjang tadi ada semacampelataran yang digunakan oleh empat orang tua untuk menjalinpukat. Bagian ini hanya ditutupi beberapa keping papan yangdisandarkan saja pada dahan-dahan kapuk yang menjulur-julur,bahkan untuk memaku papan-papan itu pun keluarga ini tak punyauang. Empat orang tua itu adalah bapak dan ibu dari bapak dan ibuLintang. Semuanya sudah sepuh dan kulit mereka keriput sehinggadapat dikumpulkan dan digenggam. Jika tidak sedang menjalinpukat, keempat orang itu duduk menekuri sebuah tampah me-munguti kutu-kutu dan ulat-ulat lentik di antara bulir-bulir beraskelas tiga yang mampu mereka beli, berjam-jam lamanya karenademikian banyak kutu dan ulat pada beras buruk itu. Selain empat orang itu ikut pula dalam keluarga ini dua orangadik laki-laki ayah Lintang, yaitu seorang pria muday ang kerjanyahanya melamun saja sepanjang hari karena agak terganggu jiwanyadan seorang bujang lapuk yang tak dapat bekerja keras karenamenderita burut akibat persoalan kandung kemih. Maka ditambahlima adik perempuan Lintang, Lintang sendiri, dan kedua orang-tuanya, seluruhnya berjumlah empat belas orang. Mereka hidupbersama, berdesak-desakan di dalam rumah sempit memanjang itu. Empat orangtua yang sudah sepuh, dua adik laki-laki yang takdapat diharapkan, semua ini membuat keempat belas itu kelang-sungan hidupnya dipanggul sendiri oleh ayah Lintang. Setiap haribeliau menunggu tetangganya yang memiliki perahu atau juraganpukat harimau memintanya untuk membantu mereka di laut. Beliautidak mendapatkan persentasi dari berapa pun hasil tangkapan, tapi94Bodengamemperoleh upah atas kekuatan fisiknya. Beliau adalah orang yangmencari nafkah dengan menjual tenaga. Tambahan penghasilan se-sekali beliau dapat dari Lintang yang sudah bisa menjadi kuli kopradan anak-anak perempuannya yang mengumpulkan kerang saatangin teduh musim selatan4. Lintang hanya dapat belajar setelah agak larut karena rumahnyagaduh, sulit menemukan tempat kosong, dan karena harus berebutlampu minyak. Namun sekali ia memegang buku, terbanglah ia me-ninggalkan gubuk doyong berdinding kulit itu. Belajar adalah hibur-an yang membuatnya lupa pada seluruh penat dan kesulitan baginya adalah obat dan sumur kehidupan yang airnya selalumemberi kekuatan baru agar ia mampu mengayuh sepeda menan-tang angin setiap hari. Jika berhdapan dengan buku ia akan terisapoleh setiap kalimat ilmu yang dibacanya, ia tergoda oleh sayap-sayapkata yang diucapkan oleh para cerdik cendekia, ia melirik maksudtersembunyi dari sebuah rumus, sesuatu yang mungkin tak kasatmata bagi orang lain. Lalu pada suatu ketika, saat hari sudah jauh malam, di bawahtemaram sinar lampu minyak, ditemani deburan ombak pasang, de-ngan wajah mungil dan matanya yang berbinar-biran, jari-jari kurusLintang membentang lembar demi lembar buku lusuh stensilan ber-judul Astronomi dan Ilmu Ukur. Dalam sekejap ia tenggelam dila-mun kata-kata ajaib pembangkangan Galileo Galilei terhadap kos-mologi Aristoteles, ia dimabuk rasa takjub pada gagasan gila paraastronom zaman kuno yang terobsesi ingin mengukur berapa jarak4 Musim selatan sebutan orang Melayu untuk sekitar bulan April-Mei, di saat tiupanangin lebih tenang. Berlawanan dengan musim barat yang dingin dan berangin disaat nama bulan berakhiran dengan suku kata “-ber”. 95Andrea Hiratabumi ke Andromeda5 dan nebula-nebula Triangulum6. Lintang me-nahan napas ketika membaca bahwa gravitasi dapat membelokkancahaya saat mempelajari tentang analisis spektral yang dikembang-kan untuk studi bintang gemintang, dan juga saat tahu mengenaiteori Edwin Hubble yang menyatakan bahwa alam hidup mengem-bang semakin membesar. Lintang terkesima pada bintang yang matijutaan tahun silam dan ia terkagum-kagum pada pengembaraanbenda-benda langit di sudut-sudut gelap kosmos yang mungkin ha-nya pernah dikunjungi oleh pemikiran-pemikiran Nicolaus Coper-nicus dan Isaac Newton. Ketika sampai pada Bab Ilmu Ukur ia tersenyum riang karenanalarnya demikian ringan mengikuti logika matematis pada simulasiruang berbagai dimensi. Ia dengan cepat segera menguasai dekom-posisi tetrahedral yang rumit luar biasa, aksioma arah, dan teoremaPhytagorean. Semua materi ini sangat jauh melampaui tingkat usiadan pendidikannya. Ia merenungkan ilmu yang amat menarik ini. Iamelamun dalam lingkar temaram lampu minyak. Dan tepat ketikaitu, dalam kesepian malam yang mencekam, lamunannya sirna kare-na ia terkejut menyaksikan keanehan di atas lembar-lembar buramyang dibacanya. Ia terheran-heran menyaksikan angka-angka tuayang samar di lembaran itu seakan bergerak-gerak hidup, mengge-liat, berkelap-kelip, lalu menjelma menjadi kunang-kunang yang ra-mai beterbangan memasuki pori-pori kepalanya. Ia tak sadar bahwasaat itu arwah para pendiri geometri sedang tersenyum padanya dan5 Andromeda nama untuk konstilasi terbesar di belahan bumi utara yang terletakpersis di selatan dari konstilasi Cassiopeia dandi utara konstilasi Perseus. Tidak adabintang di Andromeda melainkan tempat beradanya Galaksi Andromeda, yaitu salahsatu anggota dari kelompok yang sama dengan Galaksi Bimasakti Milky Way Triangulum konstilasi kecil di belahan bumi selatan yang berada di dekat Aries serta Lucretius sedang duduk di sisi kiri dan sebuah rumah panggung sempiot, di sebuah keluarga Melayu pe-dalaman yang sangat miskin, nun jauh di pinggir laut, seorang geni-us alami telah lahir. Esoknya di sekolah Lintang heran melihat kami yang kebi-ngungan dengan persoalan jurusan tiga angka. “Apa, sih yang dipusingkan orang-orang kampung ini denganarah angin itu?” Demikian suara dari dalam hatinya. Seperti juga kebodohan yang sering tak disadari, beberapa orangjuga tak menyadari bahwa dirinya telah terpilih, telah ditakdirkanTuhan untuk ditunangkan dengan ilmu. ሖሗመ 97Bab 11Langit KetujuhKEBODOHAN berbentuk seperti asap, uap air, kabut. Dan ia bera-cun. Ia berasal dari sebuah tempat yang namanya tak pernah dikenalmanusia. Jika ingin menemui kebodohan maka berangkatlah daritempat di mana saja di planet biru ini dengan menggunakan tabungroket atau semacamnya, meluncur ke atas secara vertikal, janganpernah sekali pun berhenti. Gapailah gumpalan awan dalam lapisan troposfer, lalu naiklahterus menuju stratosfer, menembus lapisan ozon, ionosfer, dan bu-lan-bulan di planet yang asing. Meluncurlah terus sampai ketinggiandi mana gravitasi bumi sudah tak peduli. Arungi samudra bintanggemintang dalam suhu dingin yang mampu meledakkan benda pa-dat. Lintasi hujan meteor sampai tiba di eksosfer—lapisan paling lu-ar atmosfer dengan bentangan selebar kilometer, dan teruslahmelaju menaklukkan langit Hirata Kita hanya dapat menyebutnya langit ketujuh sebagai gambaranimajiner tempat tertinggi dari yang paling tinggi. Di tempat asingitu, tempat yang tak kan pernah memiliki nama, di atas langit ketujuh, di situlah kebodohan bersemanyam. Rupanya seperti kabut ti-pis, seperti asap cangklong, melayang-layang pelan, apabila kita tanyakan sesuatu kepada orang-orang bodoh, me-reka akan menjawab dengan merancau, menyembunyikan ketidak-tahuannya dalam omongan cepat, mencari beragam alasan, ataumembelokkan arah pertanyaan. Sebagaian yang lain diam terpaku,mulutnya ternganga, ia diselubungi kabut dengan tatapan mata yangkosong dan jauh. Kedua jenis reaksi ini adalah akibat keracunanasap tebal kebodohan yang mengepul di kepala mereka. Kita tak perlu menempuh ekspedisi gila-gilaan itu. Karena selu-ruh lapisan langit dan gugusan planit itu sesungguhnya terkonstelasidi dalam kepala kita sendiri. Apa yang ada pada pikiran kita, dalamgumpalan otak seukuran genggam, dapat menjangkau ruang seluasjagat raya. Para pemimpi seperti Nicolaus Copernicus, Battista DellaPorta, dan Lippershey malah menciptakan jagat raya-nya sendiri, didalam imajinasinya, dengan sistem tata suryanya sendiri, dan Lucre-tius, juga seoerang pemimpi, menuliskan ilmu dalam puisi-puisi. Tempat di atas langit ketujuh, tempat kebodohan bersemanyam,adalah metafor dari suatu tempat di mana manusia tak bisa mem-pertanyakan zat-zat Allah. Setiap usaha mempertanyakannya hanyaakan berujung dengan kesimpulan yang mempertontonkan kemaha-tololan sang penanya sendiri. Maka semua jangkauan akal telah ber-akhir di langit ketujuh tadi. Di tempat asing tersebut, barangkaliArasy, di sana kembali metafor kagungan Tuhan bertakhta. Di ba-wah takhta-Nya tergelar Lauhul Mahfuzh, muara dari segala cabanganak-anak sungai ilmu dan kebijakan, kitab yang telah mencatat se-100Langit Ketujuhtiap lembar daun yang akan jatuh. Ia juga menyimpan rahasia kemana nasib akan membawa sepuluh siswa baru perguruan Muham-madiyah tahun ini. Karena takdir dan nasib termasuk dalam zat-Nya. Tuhan menakdirkan orang-orang tertentu untuk memiliki hatiyang terang agar dapat memberi pencerahan pada di malam yang tua dulu ketika Copernicus dan Lucretius dudukdi samping Lintang, ketika angka-angka dan huruf menjelma men-jadi kunang-kunang yang berkelap-kelip, saat itu Tuhan menyemai-kan biji zarah klecerdasan, zarah yang jatuh dari langit dan meng-hantam kening Lintang. Sejak hari perkenalan dulu aku sudah terkagum-kagum padaLintang. Anak pengumpul kerang ini pintar sekali. Matanya me-nyala-nyala memancarkan inteligensi, keingintahuan menguasai di-rinya seperti orang kesurupan. Jarinya tak pernah berhenti meng-acung tanda ia bisa menjawab. Kalau melipat dia paling cepat, kalaumembaca dia paling hebat. Ketika kami masih gagap menjumlahkanangka-angka genap ia sudah terampil mengalikan angka-angka gan-jil. Kami baru saja bisa mencongak, dia sudah pintar membagi angkadesimal, menghitung akar dan menemukan pangkat, lalu, tidak ha-nya menggunakan, tapi juga mampu menjelaskan hubungan kedua-nya dalam tabel logaritma. Kelemah-annya, aku tak yakin apakah halini bisa disebut kelemahan, adalah tulisannya yang cakar ayam takkeruan, tentu karena mekanisme motorik jemarinya tak mampu me-ngejar pikirannya yang berlari sederas kijang. “13 kali 6 kali 7 tambah 83 kurang 39!” tantang Bu Mus di de-pan kelas. 101Andrea Hirata Lalu kami tergopoh-gopoh membuka karet yang mengikatsegenggam lidi, untuk mengambil tiga belas lidi, mengelompok-kannya menjadi enam tumpukan, susah payah menjumlahkan se-mua tumpukan itu, hasilnya kembali disusun menjadi tujuh kelom-pok, dihitung satu per satu sebagai total dua tahap perkalian, ditam-bah lagi 83 lidi lalu diambil 39. Otak terlalu penuh untuk mengor-ganisasi sinyal-sinyal agar mengambil tindakan praktis mengurang-kan dulu 39 dari 83. Menyimpang sedikit dari urutan cara berpikirorang kebanyakan adalah kesalahan fatal yang akan mengacaukanilmu hitung aljabar. Rata-rata dari kami menghabiskan waktu ham-pir selama 7 menit. Efektif memang, tapi tidak efisien, repot sekali. Sementara Lintang, tidak memegang sebatang lidi pun, tidakberpikir dengan cara orang kebanyakan, hanya memjamkan mata-nya sebentar, tak lebih dari 5 detik ia bersorak. “590!” Tak sebiji pun meleset, meruntuhkan semangat kami yang se-dang belepotan memegangi potongan lidi, bahan belum selesai de-ngan operasi perkalian tahap pertama. Aku jengkel tapi itu kami baru masuk hari pertama di kelas dua SD! “Superb! Anak pesisir, superb!” puji Bu Mus. Beliau pun tergodauntuk menjangkau batas daya pikir Lintang. “18 kali 14 kali 23 tambah 11 tambah 14 kali 16 kali 7!” Kami berkecil hati, temangu-mangu menggenggami lidi, lalukurang dari tujuh detik, tanpa membuat catatan apa pun, tanpa ke-raguan, tanpa ketergesa-gesaan, bahkan tanpa berkedip, Lintang ber-kumandang. “ Ketujuh “Purnama! Lintang, bulan purnama di atas Dermaga Olivir, in-dah sekali! Itulah jawabanmu, ke mana kau bersembunyi selamaini…?” Ibu Mus bersusah payah menahan tawanya. Ia menatap Lintangseolah telah seumur hidup mencari murid seperti ini. Ia tak mung-kin tertawa lepas, agama melarang itu. Ia menggeleng-gelengkan ke-palanya. Kami terpesona dan bertanya-tanya bagaimana cara Lin-tang melakukan semua itu. Dan inilah resepnya …. “Hafalkan luar kepala semua perkalian sesama angka ganjil,itulah yang sering menyusahkan. Hilangkan angka satuan dari per-kalian dua angka puluhan karena lebih mudah mengalikan denganangka berujung nol, kerjakan sisanya kemudian, dan jangan keke-nyangan kalau makan malam, itu akan membuat telingamu tuli danotakmu tumpul!” Polos, tapi ia telah menunjukkan kualifikasi highly cognitivecomplex dengan mengembangkan sendiri teknik-teknik melokalisasikesulitan, menganalisis, dan memecahkannya. Ingat dia baru kelasdua SD dan ini adalah hari pertamanya. Selain itu ia juga telah men-demonstrasikan kualitas nalar kuantitatif level tinggi. Sekarang akumengerti, aku sering melihatnya berkonsentrasi memandangi angka-angka. Saat itu dari keningnya seolah terpancar seberkas sinar,mungkin itulah cahaya ilmu. Anak semuda itu telah mampu me-ngontemplasikan bagaimana angka-angka saling bereaksi dalam su-atu operasi matematika. Kontemplasi-kontemplasi ini rupanya me-lahirkan resep ajaib tadi. Lintang adalah pribadi yang unik. Banyak orang merasa dirinyapintar lalu bersikap seenaknya, congkak, tidak disiplin, dan tak pu-nya integritas. Tapi Lintang sebaliknya. Ia tak pernah tinggi hati, ka- 103Andrea Hiratarena ia merasa ilmu demikian luas untuk disombongkan dan meng-gali ilmu tak akan ada habis-habisnya. Meskipun rumahnya paling jauh tapi kalau datang ia palingpagi. Wajah manisnya senantiasa bersinar walaupun baju, celana,dan sandal cunghai-nya buruknya minta ampun. Namun sungguhkuasa Allah, di dalam tempurung kepalanya yang ditumbuhi rambutgimbal awut-awutan itu tersimpan cairan otak yang encer sekali. Pa-da setiap rangkaian kata yang ditulisnya secara acak-acakan tersiratkecemerlangan pemikiran yang gilang gemilang. Di balik tubuhnyayang tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus, dia memilikian absolutely beautiful mind. Ia adalah buah akal yang jernih, bibitgenius asli, yang lahir di sebuah tempat nun jauh di pinggir laut, darisebuah keluarga yang tak satu pun bisa membaca. Lebih dari itu, seperti dulu kesan pertama yang kutangkap dari-nya, ia laksana bunga meriam yang melontarkan tepung sari. Ia lucu,semarak, dan penuh vitalitas. Ia memperlihatkan bagaimana ilmubisa menjadi begitu menarik dan ia menebarkan hawa positif sehing-ga kami ingin belajar keras dan berusaha menunjukkan yang terbaik. Jika kami kesulitan, ia mengajari kami dengan sabar dan selalumembesarkan hati kami. Keunggulannya tidak menimbulkan pe-rasaan terancam bagi sekitarnya, kecemerlangannya tidak menerbit-kan iri dengki, dan kehebatannya tidak sedikit pun mengisyaratkansifat-sifat angkuh. Kami bangga dan jatuh hati padanya sebagai se-orang sahabat dan sebagai seorang murid yang cerdas luar yang miskin duafa adalah mutiara, galena, kuarsa, dan topasyang paling berharga bagi kelas kami. Lintang selalu terobsesi dengan hal-hal baru, setiap informasiadalaha sumbu ilmu yang dapat meledakkan rasa ingin tahunya ka-104Langit Ketujuhpan saja. Kejadian ini terjadi ketika kami kelas lima, pada hari ketikaia diselamatkan oleh Bodenga. “Al-Qur’an kadangkala menyebut nama tempat yang harus di-terjemahkan dengan teliti….” Demikian penjelasan Bu Mus dalamtarikh Islam, pelajaran wajib perguruan Muhammadiyah. Jangan ha-rap naik kelas kalau mendapat angka merah untuk ajaran ini. “Misalnya negeri yang terdekat yang ditaklukkan tentara Persiapada tahun ….” “620 Masehi! Persia merebut kekaisaran Heraklius yang jugaberada dalam ancaman pemberontakan Mesopotamia, Sisilia, danPalestina. Ia juga diserbu bangsa Avar, Slavia, dan Armenia ….” Lintang memotong penuh minat, kami ternganga-nganga, BuMus tersenyum senang. Beliau menyampingkan ego. Tak keberatankuliahnya dipotong. Beliau memang menciptakan atmosfer kelas se-perti ini sejak awal. Memfasilitasi kecerdasan muridnya adalah yangpaling penting bagi beliau. Tidak semua guru memiliki kualitas se-perti ini. Bu Mus menyambung, “Negeri yang terdekat itu ….” “Byzantium! Nama kuno untuk Konstantinopel, mendapat na-ma belakangan itu dari The Great Constantine. Tujuh tahun kemu-dian negeri itu merebut lagi kemerdekaannya, kemerdekaan yang di-ingatkan dalam kitab suci dan diingkari kaum musyrik Arab, me-ngapa ia disebut negeri yang terdekat Ibunda Guru? Dan mengapakitab suci ditentang?” “Sabarlah anakku, pertanyaanmu menyangkut pernjelasan tafsirsurah Ar-Ruum dan itu adalah ilmu yang telah berusia paling tidakseribu empat ratus tahun. Tafsir baru akan kita diskusikan nanti ka-lau kelas dua SMP….” 105Andrea Hirata “Tak mau Ibunda, pagi ini ketika berangkat sekolah aku hampirditerkam buaya, maka aku tak punya waktu menunggu, jelaskan disini, sekarang juga!” Kami bersorak dan untuk pertama kalinya kami mengerti mak-na adnal ardli, yaitu tempat yang dekat atau negeri yang terdekatdalam arti harfiah dan tempat paling rendah di bumi dalam kontekstafsir, tak lain dari Byzantium di kekaisaran Roma sebelah bersorak tentu bukan karena adnal ardli, apalagi Byzantiumyang merdeka, tapi karena kagum dengan sikap Lintang menantangintelektualitasnya sendiri. Kami merasa beruntung menjadi saksi ba-gaimana seseorang tumbuh dalam evolusi inteli-gensi. Dan ternyatajika hati kita tulus berada di dekat orang berilmu, kita akan disinaripancaran pencerahan, karena seperti halnya kebodohan, kepintaranpun sesungguhnya demikian mudah menjalar. Ꮨ ORANG cerdas memahami konsekuensi setiap jawaban danmenemukan bahwa di balik sebuah jawaban tersembunyi beberapapertanyaan baru. Pertanyaan baru tersebut memiliki pasangan se-jumlah jawaban yang kembali akan membawa pertanyaan baru da-lam deretan eksponensial. Sehingga mereka yang benar-benar cerdaskebanyakan rendah hati, sebab mereka gamang pada akibat darisebuah jawaban. Konsekuensikonsekuensi itu mereka temui dalamjalur-jalur seperti labirin, jalur yang jauh menjalarjalar, jalur yangtak dikenal di lokus-lokus antah berantah, tiada berujung. Merekamengarungi jalur pemikiran ini, tersesat di jauh di dalamnya, Ketujuh Godaan-godaan besar bersemayam di dalam kepala orang-orang cerdas. Di dalamnya gaduh karena penuh dengan menyerahkan tugas kepada dosen, mereka selalu merasa ti-dak puas, selalu merasa bisa berbuat lebih baik dari apa yang telahmereka presentasikan. Bahkan ketika mendapat nilai A plus terting-gi, mereka masih saja mengutuki dirinya sepanjang malam. Orang cerdas berdiri di dalam gelap, sehingga mereka bisa me-lihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lian. Mereka yang tak dipa-hami oleh lingkungannya, terperangkap dalam kegelapan itu. Sema-kin cerdas, semakin terkucil, semakin aneh mereka. Kita menyebutmereka orang-orang yang sulit. Orang-orang sulit ini tak berteman,dan mereka berteriak putus asa memohon pengertian. Ditambah se-dikit saja dengan sikap introver, maka orang-orang cerdas semacamini tak jarang berakhir di sebuah kamar dengan perabot berwarna te-duh dan musik klasik yang terdengar lamat-lamat, itulah ruang tera-pi kejiwaan. Sebagian dari mereka amat menderita. Sebaliknya, orang-orang yang tidak cerdas hidupnya lebih baha-gia. Jiwanya sehat walafiat. Isi kepalanya damai, tenteram, sekaligussepi, karena tak ada apa-apa di situ, kosong. Jika ada suara memasu-ki telinga mereka, maka suara itu akan terpantul-pantul sendirian didalam sebuah ruangan yang sempit, berdengung-dengung sebentar,lalu segera keluar kembali melalui mulut mereka. Jika menyerahkan tugas, mereka puas sekali karena telah ber-hasil memenuhi batas akhir, dan ketika mendapat nilai C, merekatak henti-hentinya bersyukur karena telah lulus. Mereka hidup di dalam terang. Sebuah senter menyiramkan si-nar tepat di atas kepala mereka dan pemikiran mereka hanya sampaipada batas lingkaran cahaya senter itu. Di luar itu adalah gelap. 107Andrea HirataMereka selalu berbicara keras-keras karena takut akan ke-gelapanyang mengepung mereka. Bagi sebagian orang, ketidaktahuan ada-lah berkah yang tak terkira. Aku pernah mengenal berbagai jenis orang cerdas. Ada oranggenius yang jika menerangkan sesuatu lebih bodoh dari orang yangpaling bodoh. Semakin keras ia berusaha menjelaskan, semakin bi-ngung kita dibuatnya. Hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yangsangat cerdas. Ada pula yang kurang cerdas, bahkan bodoh sebenar-nya, tapi kalau bicara ia terlihat paling pintar. Ada orang yang me-miliki kecerdasan sesaat, kekuatan menghafal yang fotografis, na-mun tanpa kemampuan analisis. Ada juga yang cerdas tapi berpura-pura bodoh, dan lebih banyak lagi yang bodoh tapi berpura-puracerdas. Namun, sahabatku Lintang memiliki hampir semua dimensi ke-cerdasan. Dia seperti toko serba ada kepandaian. Yang paling me-nonjol adalah kecerdasan spasialnya, sehingga ia sangat unggul da-lam geometri multidimensional. Ia dengan cepat dapat membayang-kan wajah sebuah konstruksi suatu fungsi jika digerak-gerakkan da-lam variabel derajat. Ia mampu memecahkan kasus-kasus dekompo-sisi modern yang runyam dan mengajari kami teknik menghitungluas poligon dengan cara membongkar sisi-sisinya sesuai Dalil Geo-metri Euclidian. Ingin kukatakan bahwa ini sama sekali bukan per-kara mudah. Ia sering membuat permainan dan mendesain visualisasi gunamenerjemahkan rumusan geometris pada tingkat kesulitan yang sa-ngat tinggi. Tujuannya agar gampang disimulasikan sehingga kamisekelas dapat dengan mudah memahami kerumitan Teorema Kupu-Kupu atau Teorema Morley yang menyatakan bahwa pertemuan se-gitiga yang ditarik dari trisektor segitiga bentuk apa pun akan mem-108Langit Ketujuhbentuk segitiga inti yang sama sisi. Semua itu dilengkapinya denganbukti-bukti matematis dalam jangkauan analisis yang melibatkankemampuan logika yang sangat tinggi. Ini juga sama sekali bukanurusan mudah, terutama untuk tingkat pendidikan serendah kamiserta. Dan mengingat kopra maka kuanggap apa yang dilakukanLintang sangat luar biasa. Lintang juga cerdas secara experiential yang membuatnya pia-wai menghubungkan setiap informasi dengan konteks yang lebihluas. Dalam kaitan ini, ia memiliki kapasitas metadiscourse selayak-nya orang-orang yang memang dilahirkan sebagai seorang adalah jika dalam pelajaran biologi kami baru mempelajarifungsi-fungsi otot sebagai subkomponen yang membentuk sistemmekanik parsial sepotong kaki maka Liontang telah memahami sis-tem mekanika seluruh tubuh dan ia mampu menjelaskan peran se-potong kaki itu dalam keseluruhan mekanika persendian dan otot-otot yang terintegrasi. Kecerdasannya yang lain adalah kecerdasan linguistik. Ia mudahmemahami bahasa, efektif dalam berkomunikasi, memiliki nalarverbal dan logika kualitatif. Ia juga mempunyai descriptive power,yakni suatu kemampuan menggambarkan sesuatu dan mengambilcontoh yang tepat. Pengalamanku dengan pelajaran bahasa Inggrisdi hari-hari pertama kelas 2 SMP nanti membuktikan hal itu. Saat itu aku mendapat kritikan tajam dari ayahku karena nilaibahasa Inggris yang tak kunjung membaik. Aku pun akhirnya meng-hadap pemegang kunci pintu ilmu filsafat untuk mendapat satu duaresep ajaib. Aku keluhkan kesulitanku memahami tense. “Kalau tak salah jumlahnya sampai enam belas, dan jika ia su-dah berada dalam sebuah narasi aku ekhliangan jejak dalam konteks 109Andrea Hiratatense apa aku berada? Pun ketika ingin membentuk sebuah kalimat,bingung aku menentukan tense-nya. Bahasa Inggrisku tak maju-ma-ju.” “Begini,” kata Lintang sabar menghadapi ketololanku. Ketika ituia sedang memaku sandal cunghai-nya yang menganga seperti buayalapar. Kupikir ia pasti mengira bahwa aku mengalami disorientasiwaktu dan akan menjelaskan makna tense secara membosankan. Ta-pi petuahnya sungguh tak kuduga. “Memikirkan struktur dan dimensi waktu dalam sebuah bahasaasing yang baru saja kita kenal tidak lebih dari hanya akan merepot-kan diri sendiri. Sadarkah kau bahasa apa pun di dunia ini, di manapun, mulai dari bahasa Navajo yang dipakai sebagai sandi tak terpe-cahkan di perang dunia kedua, bahsa Gaelic yang amat langka, baha-sa Melayu pesisir yang berayun-ayun, sampai bahasa Mohican yangtelah punah, semuanya adalah kumpulan kalimat, dan kalimat taklain adalah kumpulan kata-kata, paham kau sampai di sini?” Aku mengangguk, semua orang tahu itu. Lalu ia melanjutkan, “Nah, kata apa pun, pada dasarnya adalahkata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan, paham? Inibukan masalah bahasa yang sulit tapi masalah cara berpikir.” Sekarang mulai menarik. “Berangkatlah dari sana, pelajari bagaimana menggunakan katabenda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan dalam sebuah kali-mat Inggris, itu saja, Kal. Tak lebih dari itu!” Belajar kata terlebih dulu, bukan belajar bahasa, itulah inti para-digma belajar bahsa Inggris versi Lintang. Sebuah ide cemerlangyang hanya terpikirkan oleh orang-orang yang memahami prinsip-110Langit Ketujuhprinsip belajar behasa. Dengan paradigma ini aku mengalami kema-juan pesat, bukan hanya karena aku dapat mempelajari bahsa Inggrisdengan bantuan analogi bahasa Indonesia, tapi petuahnya mampumelenyapkan sugesti kesulitan belajar bahasa asing yang umum me-landa siswa-siswa daerah. Bahwa bahasa, baik lokal maupun asing,adalah permainan kata-kata, tak lebih dari itu! Setelah aku mampu membangun konstruksiku sendiri dalammemahami kalimat-kalimat Inggris, kemudian Lintang menunjuk-kan cara meningkatkan kualitas tata bahasaku dengan mengenalkanteori strktur dan aturan-aturan tense. Pendekatan ini diam-diam ka-mi sebarkan pada seluruh teman sekelas. Dan ternyata hal ini suksesbesar, sehingga dapat dikatakan Lintanglah yang telah mengakhirimasa kejahiliahan bahasa Inggris di kelas kami. Mungkin kami telah belajar bahasa Inggris dengan pendekatanyang keliru, tapi cara ini efektif. Dan cara ini diajarkan oleh sese-orang yang percaya bahwa setiap orang memiliki jalan yang berbedauntuk memahami bahasa. Aku kagum dengan daya pikir Lintang,dalam usia semuda itu ia mampu melihat elemen-elemen filosofissebuah ilmu lalu menerjemahkannya menjadi taktik-taktik praktisuntuk menguasainya. Yang lebih istimewa, orang yang mengajarikuini bahkan tak mampu membeli buku teks wajib bahasa Inggris. Lintang memasuki suatu tahap kreatif yang melibatkan intuisidan pengembangan pemikiran divergen yang orisinal. Ia menggalirasa ingin tahunya dan tak henti mencoba-coba. Indikasi kegenius-annya dapat dilihat dari kefasihannya dalam berbahasa numerik, ya-itu ia terampil memproses sebuah pernyataan matematis mulai darihipotesis sampai pada kesimpulan. Ia membuat penyangkalan ber-dasarkan teorema, bukan hanya berdasarkan pembuktian kesalahan,apalagi simulasi. Dalam usia muda dia telah memasuki area yang a- 111Andrea Hiratamat teoretis, cara berpikirnya mendobrak, mengambil risiko, takbiasa, dan menerobos. Setiap hari kami merubungnya untuk mene-mukan kejutan-kejutan pemikirannya. Baru naik ke kelas satu SMP, ketika kami masih pusing tujuhkeliling memetakan absis dan ordinat pada produk cartesius dalamtopik relasi himpunan sebagai dasar fungsi linear, Lintang telah me-ngutak-atik materi-materi untuk kelas yang jauh lebih tinggi di ting-kat lanjutan atas bahkan di tingkat awal perguruan tinggi seperti im-plikasi, biimplikasi, filosofi Pascal, binomial Newton, limit, diferen-sial, integral, teori-teori peluang, dan vektor. Ketika kami baru sajamengenal dasar-dasar binomial ia telah beranjak ke pengetahuantentang aturan multinomial dan teknik eksploitasi polinomial, iamengobrak-abrik pertidaksamaan eksponensial, mengilustrasikangrafik-grafik sinus, dan membuat pembuktian sifat matematismenggunakan fungsi-gunsgi trigonometri dan aturan ruang tiga di-mensi. Suatu waktu kami belajar sistem persamaa nlinier dan tertatih-tatih menguraiuraikan kasusnya dengan substitusi agar dapat mene-mukan nilai sebuah variabel, ia bosan dan menghambur ke depankelas, memenuhi papan tulis dengan alternatif-alternatif solusi lini-er, di antaranya dengan metode eliminasi Gaus-Jordan, metodeCrammer, metode determinan, bahkan dengan nilai Eigen. Setelahitu Lintang mulai menggarap dan tampak sangat menguasai prinsip-prinsip penyelesaian kasus nonlinier. Ia dengan amat lancar menje-laskan persamaan multivariabel, mengeksploitasi rumus kuadrat,bahkan menyelesaikan operasi persamaan menggunakan metodematriks! Padahal dasar-dasar matriks paling tidak baru dikhot-bahkan para guru pada kelas dua SMA. Yang lebih menakjubkan a-dalah semua pengetahuan itu ia pelajari sendiri dengan membaca112Langit Ketujuhbermacam-macam buku milik kepala sekolah kami jika ia mendapatgiliran tugas menyapu di ruangan beliau. Ia bersimpuh di balik pintuayun, semacam pintu koboi, menekuni angka-angka yang bicara,bahkan dalam buku-buku berbahasa Belanda. Ia memperlihatkan bakat kalkulus yang amat besar dan keahli-annya tidak hanya sebatas menghitung guna menemukan solusi, tapiia memahami filosofi operasi-operasi matematika dalam hubungan-nya dengan aplikasi seperti yang dipelajari para mahasiswa tingkatlanjut dalam subjek metodologi riset. Ia membuat hitungan yangiseng namun cerdas mengenai berapa waktu yang dapat dihematatau berapa tambahan surat yang dapat diantar per hari oleh TuanPos jika mengubah rute antarnya. Ia membuat perkiraan ketahananbenang gelas dalam adu layangan untuk berbagai ukuran nilon ber-dasarkan perkiraan kekuatan angin, ukuran layangan, dan panjangbenang. Rekomendasinya menyebabkan kami tak pernah terkalah-kan. Prediksinya tak pernah meleset dalam menghitung waktu kun-cup, bersemi, dan mati untuk bunga red hot cat tail dengan menelitikadar pupuk, suplai air, dan sinar matahari. Ia mengompilasi de-ngan cermat tabel pengamatan distribusi durasi, frekuensi dan wak-tu curah hujan lalu menghitung rata-rata, variansi, dan koefisien ko-relasi dalam rangka memperkirakan berapa kali Pak Harfan boloskarena bengek itu menunjukkan pola yang konsisten terhadap fung-si hujan dan lebih ajaib lagi Lintang mampu membuat persentasebias dugaannya. Lintang bereksperimen merumuskan metode jembatan keledai-nya sendiri untuk pelajaran-pelajaran hafalan. Biologi misalnya. Iamenciptyakan sebuah konfigurasi belajar metabolisme dengan me-rancang kelompok sistem biologis mulai dari sistem alat tubuh, per- 113Andrea Hiratanapasan, pencernaan, gerak, sampai sistem saraf dan indra, baik un-tuk manusia, vertebrata, maupun avertebrata, sehingga mudah dipa-hami. Maka jika kita tanyakan padanya bagaiaman seekor cacing me-lakukan hajat kecilnya, siap-siap saja menerima penjelasan yang ra-pi, kronologis, terperinci, dan sangat cerdas mengenai cara kerjarambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai saja, seumpamaseekor monyet sedang mencari kutu di punggung pacarnya, ia akanmembuat analogi buang hajat cacing itu pada sistem ekskresi proto-zoa dengan anatomi vakuola kontraktil yang rumit itu, bahkan jikatidak distop, ia akan dengan senang hati menjelaskan fungsi-fungsikorteks, simpai bowman, medulla, lapisan malpigi, dan dermisdalam sistem ekskresi manusia. Karena bagi Lintang, melalui desainjembatan keledainya tadi, benda-benda hafalan ini dengan mudahdapat ia kuasai, satu malam saja, sekali tepuk. Masih dalam pelajaran biologi, terjadi perdebatan sengit di an-tara kami tentang teori yang memaksakan pendapat bahwa manusiaberasal dari nenek moyang semacam lutung, kami terperangah olehargumentasi Lintang “Persoalannya adalah apakah Anda seorang religius, seorangdarwinian, atau sekadar seorang oportunis? Pilihan sesungguhnyahanya antara religius dan darwinian, sebab yang tidak memilih ada-lah oportunis! Yaitu mereka yang berubah-ubah sikapnya sesuai si-tuasi mana yang akan lebih menguntungkan mereka. Lalu pilihan ituseharusnya menentukan perilaku dalam menghargai hidup ini. JikaAnda seorang darwinian, silakan berperilaku seolah tak ada tuntutanakhirat, karenab agi Anda ktia bsuci yang memaktub bahwa manusiaberasal dari Nabi Adam adalah dusta. Tapi jika Anda seorang religi-us maka Anda tahu bahwa teori evolusi itu palsu, dan ketika Anda114Langit Ketujuhtak kunjung mempersiapkan diri untuk dihisab nanti dalam hidupsetelah mati, maka dalam hal ini anda tak lebih dari seorang sekuleroportunis yang akan dibakar di dasar neraka!” Itulah Lintang dengan pandangannya. Pikirannya memang te-lah sangat jauh meninggalkan kami. Dan dengarlah itu, bicaranya le-bih pintar dari bicara seluruh menteri penerangan yang pernah di-miliki republik ini. “Ayo yang lain, jangan hanya anak Tanjong keriting ini sajayang terus menjawab,” perintah Bu Mus. Biasanya setelah itu aku tergoda untuk menjawab, agak ragu-ra-gu, canggung, dan kurang yakin, sehingga sering sekali salah, laluLintang membetulkan jawabanku, dengan semangat konstruktif pe-nuh rasa akrab persahabatan. Lintang adalah seorang cerdas yangrendah hati dan tak pernah segan membagi ilmu. Aku belajar keras sepanjang malam, tapi tak pernah sedikit pun,sedetik pun bisa melampaui Lintang. Nilaiku sedikit lebih baik darirata-rata kelas namun jauh tertinggal dari nilainya. Aku berada dibawah bayang-bayangnya sekian lama, sudah terlalu lama duaku abadi, tak berubah sejak caturwulan pertama kelassatu SD. Abadi seperti lukisan ibu menggendong anak di bulan. Ri-val terberatku, musuh bebuyutanku adalah temanku sebangku, yangaku sayangi. Dapat dikatakan bahwa Bu Mus sering kewalahan menghadapiLintang, terutama untuk pelajaran matematika, sehingga ia seringdiminta membantu. Ketika Lintang menerangkan sebuah persoalanrumit dan membaut simbol-simbol rahasia matematika menjadi si-nar yang memberi terang bagi kami, Bu Mus memerhatikan denganseksama bukan hanya apa yang diucapkan Lintang tapi juga pende- 115Andrea Hiratakatannya dalam menjelaskan. Lalu beliau menggeleng-gelengkan ke-palanya, komat-kamit, berbicara sendiri tak jelas seperti orangmenggerendeng. Belakangan aku tahu apa yang dikomat-kamitkanbeliau.; Bu Mus mengucapkan pelan-pelan kata-kata penuh kagum,“Subhanallah….Subhanallah….” “Yang paling membuatku terpesona,” cerita Bu Mus pada ibu-ku. “Adalah kemampuannya menemukan jawaban dengan cara lain,cara yang tak pernah terpikirkan olehku,” sambungnya sambil mem-betulkan jilbab. “Lintang mampu menjawab sebuah pertanyaan matematikamelalui paling tidak tiga cara, padahal aku hanya mengajarkan satucara. Dan ia menunjukkan padaku bagaimana menemukan jawabantersebut melalui tiga cara lainnya yang tak pernah sedikit pun akuajarkan! Logikanya luar biasa, daya pikirnya meluap-luap. Aku su-dah tak bisa lagi mengatasi anak pesisir ini Ibunda Guru.” Bu Mus tampak bingung sekaligus bangga memiliki murid se-pandai itu. Sebaliknya, ibuku, seperti biasa, sangat tertarik pada hal-hal yang aneh. “Ceritakan lagi padaku kehebatannya yang lain,” pancing beliaumemanasi Bu Mus sambil memajukan posisi duduknya, mendekat-kan keminangan tempat cupu-cupu gambir dan kapur, lalu melu-dahkan sirih melalui jendela rumah panggung kami. Dan tak ada yang lebih membahagiakan seorang guru selainmendapatkan seorang murid yang pintar. Kecemerlangan Lintangmembawa gairah segar di sekolah tua kami yang mulai kehabisannapas, megap-megap melawan paradigma materialisme sistem pen-didikan zaman baru. Sekarang suasana belajar mengajar di sekolahkami menjadi berbeda karena kehadiran Lintang, hanya tinggal116Langit Ketujuhmenunggu kesempatan saja baginya untuk mengharumkan namaperguruan Muhammadiyah. Lintang dengan segala daya tarik kecer-dasannya daalah gemerincing tamborin yang nakal, bernada miring,dalam alunan stambul gaya lama. Dialah mantar dalam rima-rimagurindam1 yang itu-itu saja. Dia ikan lele yang menggeliat dalamtimbunan lumpur berku kemarau sekolah kami yang telah bosandihina. Tubuhnya yang kurus menjadi siku-siku yang mengeakkankembali tiang utama perguruan Muhammadiyah yang bahkan be-lum tentu tahun depan mendapatkan murid baru. Dewan guru tak henti-hentinya membicarakan nilai raporLintang. Angka sembilan berjejer mulai dari pelajaran aqaid aki-dah, Al-Qur’an, fikih, tarikh Islam, budi pekerti, kemuhammadi-yahan, pendidikan kewarganegaraan, ilmu bumi, dan bahasa Inggris. Untuk biologi, matematika dan semua variannya ilmu ukur,aritmatika, aljabar, dan ilmu pengetahuan alam bahkan Bu Mus be-rani bertanggung jawab untuk memberi nilai sempurna Lintang tak terbendung, kepiawaiannya mulai kondangke seantero kampung. Dan yang lebih mendebarkan, karena reputa-sinya itu, kami dipertimbangkan untuk diundang mengikuti lombakecerdasan antarsekolah yang dapat menaikkan gengsi sekolah se-tinggi rasi bintang Auriga2. Sudah demikian lama kami tak diundangdalam acara bergengsi ini karena prestasi sekolah selalu di Gurindam sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat misalnya baik-baik memilih kawan, salah-salah bisa jadi lawan.2 Auriga konstelasi berbentuk layangan di langit sebelah utara. Bintang yang terbesardalam konstelasi ini adalah Capella. Bintang-bitang di dalam Auriga kebanyakanmerupakan bintang biner, yaitu sepasang bintang yang berputar mengelilingi pusatmassa. Auriga mencapai titik tertingginya pada bulan Juni dan dapat terlihat daribelahan bumi utara dan sebelah utara belahan belahan bumi selatan. 117Andrea Hirata Nilai terendah di rapor Lintang, yaitu delapan, hanya pada matapelajaran kesenian. Walaupun sudah berusaha sekuat tenaga danmengerahkan segenap daya pikir dia tak mampu mencapai angkasembilan karena tak memapu bersaing dengan seorang pria mudaberpenampilan eksentrik, bertubuh ceking, dan berwajah tampanyang duduk di pojok sana sebangku dengan Trapani. Nilai sembilanuntuk pelajaran kesenian selalu milik pria itu, namanya Mahar. ሖሗመ118Bab 12MaharBAKAT laksana Area 51 di Gurun Nevada, tempat di mana mayat-mayat alien disembunyikan misterius! Jika setiap orang tahu denganpasti apa bakatnya maka itu adalah utopia. Sayangnay utopia tak adadalam dunia nyata. Bakat tidak seperti alergi, dan ia tidak otomatistimbul seperti jerawat, tapi dalam banyak kejadian ia harus ditemu-kan. Banyak orang yang berusaha mati-matian menemukan bakat-nya dan banyak pula yang menunggu seumur hidup agar bakatnyaatau dirinya ditemukan, tapi lebih banyak lagi yang merasa dirinyaberbakat padahal tidak. Bakat menghinggapi orang tanpa main bola seperti Van Basten mungkin diam-diam dimiliki se-orang tukang taksir di kantor pegadaian di Tanjong Pandan. Seo-rang Karl Marx yang lain bisa saja sekarang sedang duduk menjagawartel di sebuah kampus di Bandung. Seorang kondektur ternyataadalah John Denver, seorang salesman ternyata berpotensi menjadiAndrea Hiratapenembak jitu, atau salah seorang tukang nasi bebek di Surabayaternyata berbakat menjadi komposer besar seperti Zuybin Mehta. Namun, mereka sendiri tak pernah mengetahui hal itu. Si tu-kang taksir terlalu sibuk melayani orang Belitong yang kehabisanuang sehingga tak punya waktu main bola, sang penjaga wartel se-panjang hari hanya duduk memandangi struk yang menjulur-julurdari printer Epson yang bunyinya merisaukan seperti lidah wanitadalam film Perempuan Berambut Api, kondektur dan salesman se-tiap hari mengukur jalan, dan lingkungan si tukang nasi bebek samasekali jauh dari sesuatu yang berhubungan dengan musik klasik. Iahanya tahu bahwa jika mendengarkan orkestra telinganya mampumelacak nada demi nada yang berdenting dari setiap instrumen danhatinya bergetar hebat. Sayangnya sepanjang hidup-nya ia tak per-nah mendapat kesempatan sekali pun memegang alat musik, dan takjuga pernah ada seorang pun yang menemukannya. Maka ketika iamati, bakat besar gilang gemilang pun ikut terkubur bersamanya. Se-perti mutiara yang tertelan kerang, tak pernah seorang pun melihatkilaunya. Karena bakat sering kali harus ditemukan, maka ada orang yangberprofesi sebagai pemandu bakat. Di Amerika orang-orang sepertiini khusus berkeliling dari satu negara bagian ke negara baigan lainuntuk mencari pemain baseball potensial. Jika—satu di antara sejutakemungkinan—orang ini tak pernah menghampiri seseorang yangsesungguhnya berbakat, maka hanya nasib yang menentukan apakahbakat seseorang tersebut pernah ditemukan atau tidak, pelajaranmoral nomor empat Ternyata nasib yang juga sangat misterius ituadalah seorang pemandu bakat! Hal ini paling tidak dibuktikan oelhForest Gump, jika ia tidak mendaftar menjadi tentara dan jika iatidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di barak pada suatu sore120Maharmaka mungkin ia tak pernah tahu kalau ia sangat berbakat bermaintenis meja. Ritchie Blackmore juga begitu, kalau orang tuanya mem-belikan papan catur untuk hadiah ulang tahun mungkin ia takpernah tahu kalau dia berbakat menjadi seorang gitaris classic rock. Dan di siang yang panas menggelegak ini, ketika pelajaran senisuara, di salah satu sudut kumuh perguran miskin Muhammadiyah,kami menjadi saksi bagaimana nasib menemukan bakat Mahar. Mu-lanya Bu Mus meminta A Kiong maju ke depan kelas untuk menya-nyikan sebuah lagu, dan seperti diduga—hal ini sudah delapan belaskali terjadi—ia akan membawakan lagu yang sama yaitu BerkibarlahBenderaku karya Ibu Sud.“…berkiballah bendelaku….”“…lambang suci gagah pelwila ….”“… bergelak-bergelak! Selentak … selentak …!” A Kiong membawakan lagu itu dengan gaya mars tanpa rasa sa-ma sekali. Ia memandang keluar jendela dan pikirannya tertuju padalabu siam yang merambati dahan-dahan rendah filicium serta buah-buahnya yang gendut-gendut bergelantungan. Ia bahkan tidak sedi-kit pun memandang ke arah kami. Ia mengkhianati penonton. Telinganya tak mendengarkan suaranya sendiri karena ia agak-nya mendengarkan suara ribut burung-burung kecil prenjak sayapgaris yang berteriak-teriak beradu kencang dengan suara kumbang-kumbang betina pantat kuning. Ia tak mengindahkan jangkauansuaranya serta atk ambil pusing dengan notasi. Kali ini ia mengkhia-nati harmoni. 121Andrea Hirata Kami juga tak memerhatikannya bernyanyi. Lintang sibuk de-ngan rumus phytagoras, Harun tertidur pulas sambil mendengkur,Samson menggambar seorang pria yang sedang mengangkat sebuahrumah dengan satu tangan kiri. Sahara asyik menyulam kruistik ka-ligrafi tulisan Arab Kulil Haqqu Walau Kana Murron artinya Kata-kan kebenaran walaupun pahit dan Trapani melipat-lipat sapu ta-ngan ibunya. Sementara itu Syahdan, aku dan Kucai sibuk mendis-kusikan rencana kami menyembunyikan sandal Pak Fahimi gurukelas empat yang galak itu di Masjid Al-Hikmah. Mahar adalahorang satu-satunya yang menyimaknya. Sedangkan Bu Mus menu-tup wajahnya dengan kedua tangan, beliau berusaha keras menahankantuk dan tawa mendengar lolongan A Kiong. Lalu giliran aku. Tak kalah membosankan, lebih membosankanmalah. Setelah dimarahi karena selalu menyanyikan lagu Potong Be-bek Angsa, kini aku membuat sedikit kemajuan dengan lagu baru In-donesia Tetap Merdeka karya C. Simanjuntak yang diaransemenDamoro IS. Ketika aku mulai menyanyi Sahara mengangkat sebentarwajahnya dari kruistiknya dan terang-terangan memandangku de-ngan jijik karena aku menyanyikan lagu cepat-tegap itu dengan nadayang berlari-lari liar sesuka hati, ke sana kemari tanpa tak peduli dengan pelecehan itu dan tetap bersemangat.“…Sorak-sorai bergembira…bergembira semua….”“…telah bebas negeri kita…Indonesia merdeka ….” Namun, aku menyanyi melompati beberapa oktaf secara drastistanpa dapat kukendalikan sehingga tak ada keselarasan nada dantempo. Aku telah mengkhianati Kali ini Bu Mus sudah tak bisa lagi menahan tawanya, beliauterpingkal-pingkal sampai berair matanya. Aku berusaha kerasmemperbaiki harmonisasi lagu itu tapi semakin keras aku berusahasemakin aneh kedengarannya. Inilah yang dimaksud dengan tidakpunya bakat. Aku susah payah menyelesaikan lagu itu dan teman-temanku sama sekali tak mengindahkan penderitaanku karena me-reka juga menderita menahan kantuk, lapar, dan haus di tengah hariyang panas ini, dan batin mereka semakin tertekan karena mende-ngar suaraku. Bu Mus menyelamatkan aku dengan buru-buru menyuruhkuberhenti bernyanyi sebelum lagu merdu itu selesai, dan sekarang be-liau menunjuk Samson. Kenyataannya semakin parah, Samson me-nyanyikan lagu yang berjudul Teguh Kukuh Berlapis Baja juga karyaC. Simanjuntak sesuai dengan citra tubuh raksasanya. Ia menyanyi-kan lagu itu dengan sangat nyaring sambil menunduk dalam danmenghentak-hentakkan kakinya dengan keras.“…Teguh kukuh berlapis baja!”“…rantai smangat mengikat padu!”“…tegak benteng Indonesia!” Tapi ia juga sama sekali tidak tahu konsep harmonisasi sehinggaia menjadikan lagu itu seperti sebuah lagu lain yang belum pernahkami kenal. Ia mengkhianati C. Simanjuntak. Maka sebelum baitpertama selesai, Bu Mus segera menyuruhnya kembali ke tempat du-duk. Samson membatu, tak percaya dengan apa yang baru saja dide-ngarnya, ia terheran-heran. “Mengapa aku dihentikan, Ibunda Guru …?” 123Andrea Hirata Inilah yang dimaksud dengan tak punya bakat dan tak tahu diri. Maka seni suara adalah mata pelajaran yang paling tidak pros-pektif di kelas kami. Oleh karena itu, ia ditempatkan di bagian akhirpaling siang. Fungsinya hanya untuk menunggu waktu Zuhur, yaitusaatnya kami pulang, atua untuk sekadar hiburan bagi Bu Mus ka-rena dengan menyuruh kami bernyanyi beliau bisa menertawakankami. Pada umumnya kami memang tak bisa menyanyi. BahkanLintang hanya bisa menampilkan dua buah lagu, yaitu PadamuNegeri dan Topi Saya Bundar. Lagu tentang topi ini adalah lagu su-per ringkas dengan bait yang dibalik-balik. Lintang menyanyikan-nya dengan tergesa-gesa sehingga seperti rapalan agar tugas itu cepatselesai. Adapun Trapani, sejak kelas satu SD tak pernah menyanyikanlagu lain selain lagu Kasih Ibu Sepanjang Jalan. Sahar menyanyikanlagu Rayuan Pulau Kelapa dengan gaya seperti seriosa yang menurutdia sangat bagus padahal sumbangnya minta ampun. Sedangkan Ku-cai—juga dari kelas satu SD—hanya menampilkan dua buah laguyang sama, kalau tidak lagu Rukun Islam ia akan menyanyikan laguRukun Iman. “Masih ada lima menit sebelum azan zuhur. Ah, masih bisa satulagu lagi,” kata Bu Mus sambil tersenyum simpul. Kami memandangbeliau dengan benci. “Ibunda, kenapa tak pulang saja!” Kami sudah mengantuk, lelah, lapar, dan haus. Siang ini panassekali. Burung-burung prenjak sayap garis1 semakin banyak dan tak1 Perenjak sayap garis Prinia familiaris; Bar-winged Prinia burung kecil pemakanserangga, berwarna kelabu, memiliki sayap pendek bergaris-garis dan ekor yang124Maharmau kalah dengan kumbang-kumbang betina pantat kuning. Ka-dang-kadang mereka hinggap di jendela kelas sambil menjerit se-jadi-jadinya, menimbulkan suara bising yang memusingkan bagiperut-perut yang keroncongan. “Nah, sekarang giliran ….” Bu Mus memandangi kami satu persatu untuk menjatuhkan pilihan secara acak … dan kali ini pandang-annya berhenti pada Mahar. “Ya, Mahar, silakan ke depan anakku, nyanyikan sebuah lagusambil kita menunggu azan zuhur.” Bu Mus terus tersenyum mengantisipasi kekonyolan apa lagiyang akan ditampilkan muridnya. Sebelumnya kami tak pernahmendengar Mahar bernyanyi, karena setiap kali tiba gilirannya, azanzuhur telanjur berkumandang sehingga ia tak pernah mendapat ke-sempatan tampil. Kami tidak peduli ketika Mahar beranjak. Ia menyandang tas-nya, sebuah karung kecampang, karena ia juga sudah bersiap-siapakan pulang. Kami sibuk sendiri-sendiri. Sahara sama sekali tak me-malingkan wajah dari kruistiknya, Lintang terus menghitung,Samson masih menggambar, dan yang lain asyik berdiskusi. Maharmelangkah ke depan dengan tenang, anggun, tak tergesa-gesa. Di depan kelas ia tak langsung menyanyikan lagu pilihannya,tapi menatap kami satu per satu. Kami terheran-heran melihattingkahnya yang ganjil, namun tatapannya penuh arti, seperti se-buah tatapan kerinduan dari seorang penyanyi pop gaek yang me-lakukan konser khusus untuk para ibu-ibu single parent, dan kaumpanjang lentik seperti murai batu. Paruhnya tipis dan agak melengkung. Habitatburung ini adalah di tempat terbuka seperti padang ilalang. 125Andrea Hirataibu ini adalah para penggemar setia yang sudah amat lama tak ber-sua dengan sang artis nostalgia. Setelah memandangi kami cukup lama, ia memalingkan wajah-nya ke arah Bu Mus sambil tersenyum kecil dan menunduk, layak-nya peserta lomba bintang radio yang memberi hormat kepada de-wan juri. Mahar merapatkan kedua tangannya di dadanya seperti se-niman India, seperti orang memohon doa. Tampak jelas jari-jarikurusnya yang berminyak seperti lilin dan ujung-ujung kukunyayang bertaburan bekas-bekas luka kecil sehingga seluruh kukunyahampir cacat. Sejak kelas dua SD Mahar bekerja sampingan sebagaipesuruh tukang parut kelapa di sebuah toko sayur milik seorangTionghoa miskin. Tangannya berminyak karena berjam-jam me-remas ampas kelapa sehingga tampak licin, sedangkan jemari dankukunya cacat karena disayat gigi-gigi mesin parut yang tajam danberputar kencang. Mesin itu mengepulkan asap hitam dan harusdihidupkan dengan tenaga orang dewasa dengan cara menariksebuah tuas berulangulang. Bunyi mesin itu juga merisaukan, suatubunyi kemelaratan, kerja keras, dan hidup tanpa pilihan. Ia mem-bantu menghidupi keluarga dengan menjadi pesuruh tukang parutkarena ayahnya telah lama sakit-sakitan. Bu Mus membalas hormat takzimnya yang santun dengan terse-nyum ganjil. “Anak muda ini pasti tak pandai melantun tapi jelas iamenghargai seni," mungkin demikian yang ada dalam hati Bu tetap saja beliau menahan tawa. Lalu Mahar mengucapkan se-macam prolog. “Aku akan membawakan sebuah lagu tentang cinta IbundaGuru, cinta yang teraniaya lebih tepatnya ...."126Mahar Tuhanku! Kami terperangah dan Bu Mus terkejut. Prolog sema-cam ini tak pernah kami lakukan, dan tema lagu pilihan Mahar sa-ngat tak biasa. Lagu kami hanya tiga macam yaitu lagu nasional,lagu kasidah, dan lagu anak-anak. Lagu apakah gerangan yang akandibawakan anak muda berwajah manis ini? Kini kami semua me-mandanginya dengan heran, Sahara melepaskan kruistiknya. Belumsempat kami mencerna ia menyambung kalem dengan gaya sepertiseorang bijak berpetuah. "Lagu ini bercerita tentang seseorang yang patah hati karena ke-kasih yang sangat ia cintai direbut oleh teman baiknya sendiri ...." Mahar tercenung syahdu, tatapan matanya kosong jauh melin-tasi jendela, jauh melintasi awan-awan berarakan, hidup memangkejam .... Bu Mus termenung ragu-ragu. Beliau menatap Mahar sambiltersenyum penuh tanda tanya. Hati kami juga penasaran. Lalu BuMus mengambil sebuah keputusan yang puitis. "Jalan ke ladang berliku-liku, jangan lewat hutan cemara, segeranyanyikan lagumu, biar kutahu engkau merana ...." Mahar tersenyum dalam duka. "Terima kasih Ibunda Guru." Mahar bersiap-siap, kami menunggu penuh keingintahuan, dankami semakin takjub ketika ia membuka tasnya dan mengeluarkansebuah alat musik ukulele! Suasana jadi hening dan kemudian perlahan-lahan Mahar me-mulai intro lagunya dengan memainkan melodi ukulele yang men-dayu-dayu, ukulele itu dipeluknya dengan sendu, matanya terpejam,dan wajahnya syahdu penuh kesedihan yang mengharu biru, pias 127Andrea Hiratamenahankan rasa. Jiwanya seolah terbang tak berada di tempat dengan interlude yang halus meluncurlah syair-syair lagu me-nakjubkan dalam tempo pelan penuh nuansa duka yang dinyanyi-kan dengan keindahan andante2 maestoso yang tak terlukiskan kata-kata"...I was dancing with my darling to the Tennesse waltz...""...when an old friend I happened to see...""...intoduced her to my love one and while they were dancing..."...my friend stole my sweetheart from me..." Seketika kami tersentak dalam pesona, itulah lagu TennesseWaltz yang sangat terkenal karya Anne Murray, dan lagu itu diba-wakan Mahar dengan teknik menyanyi seindah Patti Page yang me-lambungkan lagu lama itu. Ritme ukulele mengiringi vibrasi sem-purna suaranya disertai sebuah penghayatan yang luar biasa sehing-ga ia tampak demikian menderita karena kehilangan seorang keka-sih. Syair demi syair lagu itu merambati dinding-dinding papan tuakelas kami, hinggap di daun-daun kecil linaria3 seperti kupu-kupu2 Andante tempo musik yang agak lambat, lebih pelan daripada moderato tapi lebihcepat daripada adagio. Berasal dari bahasa Italia yang berarti “berjalan”. Jikaditambah dengan “maestoso” maka berarti tempo tersebut harus dimainkan Linaria toadflax; butter-and-eggs nama genus untuk tanaman liar yg memiliki bungabergerombol ada yg tegak, ada yg merayap di atas tanah yg umumnya berwarnamenyala kuning pucat-oranye spesies lain ada yg berwarna ungu, biru, merah, putihdan daun-daun yg kecil. Bunganya berbentuk tabung sempit yg terbelah di ujungnyasehingga membentuk bibir atas disebut hood atau kerudung/topi dan bibir bawahyg kecil dan berwarna lain. Tanaman ini disebut toadflax krn jika bunganya ditekansisinya, ia akan berbentuk seperti katak toad yg sedang membuka thistle crescent4, lalu terbang hanyut dibawa awan-awan tipismenuju ke utara. Suara Mahar terdengar pilu merasuki relung hatisetiap orang yang ada di ruangan. Intonasinya lembut membelai-belai kalbu dan Mahar memaku hati kami dalam rasa pukaumenyaksikannya menyanyi sambil menitikkan air mata. Apa punyang sedang kami kerjakan terhenti karena kami telah tersihir oleh aura seni yang terpancar dari sosok anak mudatampan yang menyanyi dari jiwanya, bukan hanya dari mulutnya,sehingga lagu itu menjadi sebuah simfoni yang agung. Kami terbawasuasana melankolis karena Mahar benar-benar mengembuskan na-pas lagu itu. Rasa kantuk, lapar, dan dahaga menjadi tak terasa. Bah-kan kumbang-kumbarrg dan kawanan burung prenjak sayap garismenjadi senyap, berhenti menjerit-jerit demi mendengar lantunan-nya. Suhu udara yang panas perlahan-lahan menjadi sejuk mengha-nyutkan. Ketika Mahar bernyanyi seluruh alam diam menyimak. Kamimerasakan sesuatu tergerak di dalam hati bukan karena Mahar ber-nyanyi dengan tempo yang tepat, teknik vokal yang baik, nada yangpas, interpretasi yang benar, atau chord ukulele yang sesuai, tapikarena ketika ia menyanyikan Tennesse Waltz kami ikut merasakankepedihan yang mendalam seperti kami sendiri telah kehilangan ke-4 Thistle crescent Vanessa cardui; painted lady; thistle butterfly; cosmopolite jenis kupu-kupu yg mungkin paling luas persebarannya dan paling banyak dijumpai di seluruhdunia. Kupu-kupu ini hidup di daerah yg terbuka dan terkena cahaya matahari –terutama taman, lapangan, dan tanah kososng. Sayapnya berwarna oranye ataumerah kecokelatan dgn bercak dan tepian hitam, sementara permukaan bawahnyabiasanya berwarna merah muda dengan corak putih dan hitam. Sayap belakangnyabiasanya memiliki corak seperti mata yg berwarna biru. Kupu-kupu ini hidup darinektar bunga thistle tanaman dengan batang dan daun berduri, dengan brakteabunga yg lancip-lancip seperti duri, biasanya berwarna ungu, aster dan red cloversejenis semanggi. 129Andrea Hiratakasih yang paling dicintai. Kemampuan menggerakkan inilah ba-rangkali yang dimaksud dengan bakat. Siang itu, ketika sedang me-nunggu azan zuhur, ternyata seorang seniman besar telah lahir disekolah gudang kopra perguruan Muhammadiyah. Mahar meng-akhiri lagunya secara fade out disertai linangan air mata.“...I lost my litle darling the night they were playing the beautifulTennesse waltz..." Dan kami serentak berdiri memberi standing applause yang sa-ngat panjang untuknya, lima menit! Bu Mus berusaha keras me-nyembunyikan air mata yang menggenang berkilauan di pelupukmata sabarnya. Tak dinyana, beberapa menit yang lalu, ketika Bu Mus menun-juk Mahar secara acak untuk menyanyi, saat itulah nasib menyapa-nya. Itulah momen nasib yang sedang bertindak selaku pemandu ba-kat. Siang ini, komidi putar Mahar mulai menggelinding dalam velo-sitas yang bereskalasi. ሖሗመ130Bab 13Jam Tangan Plastik MurahanSETELAH tampil dengan lagu memukau Tennesse Waltz kami me-nemukan Mahar sebagai lawan virtual rasionalitas Lintang. Ia adalahpenyeimbang perahu kelas kami yang cenderung oleng ke kiri kare-na tarikan otak kiri Lintang. Sebaliknya, otak sebelah kanan Maharmeluap-luap melimpah ruah. Mereka berdua membangun tonggakartistik daya tarik kelas kami sehingga tak pernah membosankan. Jika Lintang memiliki level intelektualitas yang demikian tinggimaka Mahar memperlihatkan bakat seni selevel dengan tingginyainteligensia Lintang. Mahar memiliki harnpir setiap aspek kecerdas-an seni yang tersimpan seperti persediaan amunisi kreativitas dalamlokus-lokus di kepalanya. Kapasitas estetika yang tinggi melahirkan-nya sebagai seniman serba bisa, ia seorang pelantun gurindam, su-tradara teater, penulis yang berbakat, pelukis natural, koreografer,penyanyi, pendongeng yang ulung, dan pemain sitar yang Hirata Lintang dan Mahar seperti Faraday kecil dan Warhol mungildalam satu kelas, atau laksana Thomas Alva Edison muda dan Ra-bindranath Tagore junior yang berkumpul. Keduanya penuh inovasidan kejutan-kejutan kreativitas dalam bidangnya mereka, kelas kami tak lebih dari sekumpulan kuli tambangmelarat yang mencoba belajar tulis rangkai indah di atas kertas ber-garis tiga. Dan di antara mereka berdua kami terjebak di tengah-tengahseperti orang-orang dungu yang ditantang Columbus mendirikantelur. Karena Lintang dan Mahar duduk berseberangan maka kamisering menoleh ke kiri dan ke kanan dengan cepat, persis penontonpertandingan pingpong, terkagum-kagum pada kegeniusan mereka. Jika tak ada guru, Lintang tampil ke depan, menggambar rang-kaian teknik bagaimana membuat perahu dari pelepah sagu. Perahuini digerakkan baling-baling yang disambungkan dengan motoryang diambil dari tape recorder dan ditenagai dua buah batu membuat perhitungan matematis yang canggih untuk memanipu-lasi gerak mekanik motor tape dan menjelaskan kepada kami hu-kum-hukum pokok hidrolik. Perhitungan matematikanya itu dapatmemperkirakan dengan sangat akurat laju kecepatan perahu berda-sarkan massanya. Aku terpesona melihat perahu kecil itu berputar-putar sendiri di dalam baskom. Setelah itu Mahar maju, menundukkan kepala dengan takzim didepan kami seperti seniman istana yang ingin bersenandung atasperkenan tuan raja, lalu dengan manis ia membawakan lagu Leavingon a Jet Plane dengan gitarnya dengan ketukan-ketukan bernuansahadrah. Di tangan orang yang tepat musik ternyata bisa menjadi de-mikian indah. Mahar juga membaca beberapa bait puisi parodi ten-tang orang-orang Melayu yang mendadak kaya atau tentang burung-132Jam Tangan Plastik Murahanburung putih di Pantai Tanjong Kelayang. Mahar dengan aksesori-aksesori etniknya ibarat orang yang dititipi Engelbert Humperdinksuara emas dan diwarisi Salvador Dali sikap-sikap nyentrik. Persaha-batannya dengan para seniman lokal dan seorang penyiar radio AMyang memiliki beragam koleksi musik memperkaya wawasan senidan perbendaharaan lagu Mahar. Pada kesempatan lain Lintang mempresentasikan percobaanmemunculkan arus listrik dengan mengerak-gerakkan magnet seca-ra mekanik dan menjelaskan prinsip-prinsip kerja dinamo. Maharmemperagakan cara membuat sketsa-sketsa kartun dan cara menyu-sun alur cerita bergambar. Lintang menjelaskan aplikasi geometridan aerodinamika dalam mendesain layangan, Mahar menceritakankisah yang memukau tentang bangsa-bangsa yang punah. Pernah ju-ga Lintang menyusun potongan-potongan kaca yang dibentuk ce-kung seperti parabola dan menghadapkannya ke arah matahari agarmendapatkan suhu yang sangat tinggi, rancangan energi mataharikatanya. Sebaliknya Mahar tak mau kalah, ia menggotong sebuah mejaputar dan mendemonstrasikan seni membuat gerabah yang indah,teknik-teknik melukis gerabah itu dan mewarnainya. Lintang mem-peragakan cara kerja sekstan1 dan menjelaskan beberapa perhitung-an matematika geometris dengan alat itu, Mahar membaca puisiyang ditulisnya sendiri dengan judul Doa dan dibawakan secara me-mukau dengan gaya tilawatil Qur'an, belum pernah aku melihatorang membaca puisi seperti Sekstan alat untuk mengukur sudut astronomis yang meliputi seperenam lingkaran60° untuk menentukan posisi kapal di laut. 133Andrea Hirata Kadang kala mereka berkolaborasi, misalnya Mahar mengingin-kan sebuah gitar elektrik yang gampang dibawa seperti tas biasa,sehingga tak merepotkan jika naik sepeda, maka Lintang datang de-ngan sebuah desain produk yang belum pernah ada dalam industriinstrumen musik, yaitu desain stang gitar yang dipotong lalu dipa-sangi semacam engsel sehingga terciptalah gitar yang bisa istimewa. Sudah banyak aku melihat keanehan di duniapentas—misalnya pemain biola yang ketiduran ketika sedang mang-gung, panggung yang roboh, musisi yang menghancurkan alat-alatmusik, pemain gitar yang kesetrum, seorang pria midland yang ma-kan kelelawar, atau orang-orang kampung yang meniru-niru MickJagger—tapi gitar dilipat sehingga menjadi seperti papan catur, barukali ini aku saksikan. Dan jika Mahar dan Lintang beraksi, kami ber-kumpul di tengah-tengah kelas, bertumpuk-tumpuk kegirangan, ter-buai keindahan, dan menggumamkan subhanallah berulang-ulang,atas dua macam kepintaran mengasyikkan yang dianugerahkan Ilahikepada mereka. Mahar sangat imajinatif dan tak logis—seseorang dengan bakatseni yang sangat besar. Sesuatu yang berasal dari Mahar selalu me-nerbitkan inspirasi, aneh, lucu, janggal, ganjil, dan menggoda keya-kinan. Namun, mungkin karena otak sebelah kanannya benar-benaraktif maka ia menjadi pengkhayal luar biasa. Di sisi lain ia adalahmagnet, simply irresistable! Ia penggemar berat dongeng-dongeng yang tidak masuk akaldan segala sesuatu yang berbau paranormal. Tanyalah padanya hika-yat lama dan mitologi setempat, ia hafal luar kepala, mulai dari do-ngeng naga-naga raksasa Laut Cina Selatan sampai cerita raja ber-ekor yang diyakininya pernah menjajah Tangan Plastik Murahan Ia sangat percaya bahwa alien itu benar-benar ada dan suatuketika nanti akan turun ke Belitong menyamar sebagai mantri suntikdi klinik PN Timah, penjaga sekolah, muazin di Masjid Al-Hikmah,atau wasit sepak bola. Dalam keadaan tertentu ia sangat konyol mi-salnya ia menganggap dirinya ketua persatuan paranormal interna-sional yang akan memimpin perjuangan umat manusia mengusirserbuan alien dengan kibasan daun-daun beluntas. Aku ingat kejadian ini, suatu ketika untuk nilai rapor akhir kelasenam, Bu Mus yang berpendirian progresif dan terbuka terhadapide-ide baru, membebaskan kami berekspresi. Kami diminta menye-tor sebuah masterpiece, karya yang berhak mendapat tempat terhor-mat, dipajang di ruang kepala sekolah. Maka esoknya kami memba-wa celengan bebek dari tanah liat dan asbak dari cetakan lilin. Seba-gian lainnya membawa replika rumah panggung Melayu dari bahanperdu apit-apit dan simpai dari jalinan rotan untuk mengikat sapulidi. Trapani menyetorkan peta Pulau Belitong yang dibuat dari ser-buk kayu. Syahdan membuat karya yang persis sama tapi bahannyabubur koran, jelek sekali dan busuk baunya. Harun menyetorkan tiga buah botol bekas kecap, itu saja, botolkecap! Tak lebih tak kurang. Aku sendiri hanya mampu membuattirai dari biji-biji buah berang yang dikombinasikan dengan tali ra-piah yang digulung kecil-kecil. Setiap tiga buah biji berang berartisatu ketupat kecil tali rapiah berwarna-warni. Sebuah karya norakyang sangat tidak berseni. Tapi masih mending. A Kiong membuat lampion tanpa perhi-tungan akal sehat. Ketika dinyalakan lampion itu terbakar berkobar-kobar sehingga dengan terpaksa, demi keamanan, Samson melem-parkan benda itu keluar jendela. Padahal A Kiong tak tidur barangsepicing pun membuatnya. Karena karya kami sangat tidak memu- 135Andrea Hirataaskan, kami semua mendapat nilai tak lebih dari angka 6,5. Sungguhtak sebanding dengan jerih payah yang dikeluarkan. Amat berbeda dengan Mahar. Ia datang membawa sebuah bing-kai besar yang ditutupi selembar kain hitam. Kami sangka ia mem-buat sebuah lukisan. Tapi setelah kain itu pelan-pelan dilucuti, sa-ngat mengejutkan! Di baliknya muncul semacam cetakan tenggelamdi atas batu apung. Cetakan kerangka seekor makhluk purbakalayang sangat janggal dan mengesankan sangat buas. Makhluk ini bukan acanthopholis, sauropodomorphas, kera an-thropoid, dinosaurus atau saurus-saurus semacamnya, dan bukanpula makhluk-makhluk prasejarah seperti yang telah kita kenal. Se-baliknya, Mahar membuat sebuah cetakan fosil kelelawar raksasasemacam Palaeochiropterxy tupaiodon tapi dengan bentuk yang di-modifikasi sehingga tampak ganjil dan mengerikan. Anatomi makh-luk itu tentu tak pernah teridentifikasi oleh para ahli karena ia hanyaada di kepala Mahar, di dalam imajinasi seorang seniman. Fosil di atas batu apung tipis itu dibuat begitu orisinal sehinggamengesankan seperti temuan paleontologi2 yang autentik. Ia meng-gunakan semacam lapisan karbon untuk memperkuat kesan purbapada setiap detail fosil itu. Lalu karyanya dibingkai dengan potong-an-potongan balak lapuk yang sudut-sudutnya diikat tali pohon jawiagar kesan purbanya benar-benar terasa. "Inilah seni, Bung!" khotbahnya di hadapan kami yang terkesi-ma. Gayanya seperti pesulap sehabis membuka genggaman tanganuntuk memperlihatkan burung Paleontologi ilmu tentang fosil binatang dan tumbuhan.136Jam Tangan Plastik Murahan Dan ia mendapat angka sembilan, tak ada lawannya. Angka ituadalah nilai kesenian tertinggi yang pernah dianugerahkan Bu Mussepanjang karier mengajarnya. Bahkan Lintang sekalipun tak ber-kutik. Imajinasi Mahar meloncat-loncat liar amat mengesankan. Se-sungguhnya, seperti Lintang, ia juga sangat cerdas, dan aku belumpernah menjumpai seseorang dengan kecerdasan dalam genre seper-ti ini. Ia tak pernah kehabisan ide. Kreativitasnya tak terduga, unik,tak biasa, memberontak, segar, dan menerobos. Misalnya, ia melatihkera peliharaannya sedemikian rupa sehingga mampu berperilakulayaknya seorang instruktur. Maka dalam sebuah penampilan, kera-nya itu memerintahkannya untuk melakukan sesuatu yang dalampertunjukan biasa hal itu seharusnya dilakukan sang kera. Sang keradengan gaya seorang instruktur menyuruh Mahar bernyanyi, mena-ri-nari, dan berakrobat. Mahar telah menjungkirbalikkan paradigmaseni sirkus, yang menurutku merupakan sebuah terobosan yang sa-ngat genius. Pada kesempatan lain Mahar bergabung dengan grup rebanaMasjid Al-Hikmah dan mengolaborasikan permainan sitar di da-lamnya. Jika grup ini mendapat tawaran mengisi acara di sebuah ha-jatan perkawinan, para undangan lebih senang menonton merekadaripada menyalami kedua mempelai. Mahar pula yang membentuk sekaligus menyutradarai grup tea-ter kecil SD Muhammadiyah. Penampilan favorit kami adalah ceritaperang Uhud dalam episode Siti Hindun. Dikisahkan bahwa wanitapemarah ini mengupah seorang budak untuk membunuh Hamzahsebagai balas dendam atas kematian suaminya. Setelah Hamzah matiwanita itu membelah dadanya dan memakan hati panglima besaritu. A Kiong memerankan Hamzah, dan Sahara sangat menikmati 137Andrea Hirataperannya sebagai Siti Hindun. Juga karena inisiatif Mahar, akhirnyakami membentuk sebuah grup band. Alat-alat musik kami adalahelectone yang dimainkan Sahara, standing bass yang dibetot tanpaampun oleh Samson, sebuah drum, tiga buah tabla, serta dua buahrebana yang dipinjam dari badan amil Masjid Al-Hikmah. Pemain rebana adalah aku dan A Kiong. Mahar menambahkankendang dan seruling yang dimainkan secara sekaligus oleh Trapanimelalui bantuan sebuah kawat agar seruling tersebut dapat dijang-kau mulutnya tanpa meninggalkan kendang itu. Maka pada aranse-men tertentu Trapani leluasa menggunakan tangan kanannya untukmenabuh kendang sementara jemari tangan kirinya menutup-nutupenam lubang seruling. Sebuah pemandangan spektakuler sepertisirkus musik. Setiap wanita muda dipastikan bertekuk lutut, terbiusseperti orang mabuk sehabis kebanyakan makan jengkol jika melihatTrapani yang tampan berimprovisasi. Trapani adalah salah satu dayatarik terbesar band kami. Hanya ada sedikit masalah, yaitu ia mogoktampil jika ibunya tidak ikut menonton. Insiden sempat terjadi pada awal pembentukan band ini karenaHarun bersikeras menjadi drumer padahal ia sama sekali buta nadadan tak paham konsep tempo. "Dengarkan musiknya, Bang, ikuti iramanya," kata Mahar sabar. "Drum itu tak bisa kauperlakukan semena-mena." Setelah dimarahi seperti itu biasanya Harun tersenyum kecildan memperhalus tabuhannya. Tapi itu tak berlangsung lama. Bebe-rapa saat kemudian, meskipun kami sedang membawakan iramabertempo pelan nan syahdu, misalnya lagu Semenanjung Tak Sein-dah Wajah yang syairnya bercerita tentang seorang pria Melayuduafa meratap-ratap karena ditipu kekasihnya, Harun kembali138Jam Tangan Plastik Murahanmenghantam drum itu sekuat tenaganya seperti memainkan lagurock Deep Purple yang berjudul Burn. Dan ia sendiri tak pernah tahukapan harus berhenti. Ia hanya tertawa riang dan menghantamdrum itu sejadi-jadinya. Mahar tetap sabar menghadapi Harun dan berusaha menun-tunnya pelan-pelan, namun akhirnya kesabaran Mahar habis ketikakami membawakan lagu Light My Fire milik The Doors. Di sepan-jang lagu yang inspiratif itu Harun menghajar hithat, tenor drum,simbal3, serta menginjak-injak pedal bass drum sejadi-jadinya. De-ngan stik drum ia menghajar apa saja dalam jangkauannya, persisdrumer Tarantula melakukan end fill untuk menutup lagu rockdangdut Wakuncar. "Dengar kata adikmu ini, Abangda Harun, kalau Abang berma-in drum seperti itu bisa-bisa Jim Morrison melompat dari liangkuburnya!" Diperlukan waktu berhari-hari dan permen asam jawa hampirsetengah kilo untuk membujuk Harun agar mau melepaskan jabatansebagai drumer dan menerima promosi jabatan baru sebagai tukangpikul drum itu ke mana pun kami tampil. Mahar adalah penata musik setiap lagu yang kami bawakan danracun pada setiap aransemennya menyengat ketika ia memainkanmelodi dengan sitarnya. Ia berimprovisasi, berdiri di tengah pertun-jukan, dan dengan wajah demikian syahdu ia mengekspresikan seti-ap denting senar sitar yang bercerita tentang daun-daun pohon bin-tang yang melayang jatuh di permukaan Sungai Lenggang yang te-nang lalu hanyut sampai jauh ke muara, tentang angin selatan yang3 Simbal alat musik berupa dua piringan kuningan yang diadu. 139Andrea Hiratameniup punggung Gunung Selumar, berbelok dalam kesenyapanHutan Jangkang, lalu menyelinap diam-diam ke perkampungan. Ah,indahnya, pria muda ini memiliki konsep yang jelas bagaimanaseharusnya sebuah sitar berbunyi. Mahar adalah arranger berbakat dengan musikalitas yang piawai memilih lagu dan mengadaptasikan karakter lagu tersebutke dalam instrumen-instrumen kami yang sederhana. Misalnya padalagu Owner of a Lonely Heart karya group rock Yess. Mahar meng-awali komposisinya dengan intro permainan solo tabla yang meng-hentak bertalu-talu dalam tempo tinggi. Ia mengajari Syahdan me-nyelipkan-nyelipkan warna tabuhan Afrika dan padang pasir padafondasi tabuhan gaya suku Sawang. Sangat eksotis. Gebrakan solo Syahdan seumpama garam bagi mereka yang da-rah tinggi berbahaya, beracun, dan memicu adrenalin. Syahdanmengudara sendirian dengan letupan-letupan yang menggairahkansampai beberapa bar. Lalu Syahdan menurunkan sedikit tempo ba-hana tabla-nya dan pada momen itu, kami—para pemain rebanadan dua pemain tabla lainnya-pelan-pelan masuk secara eleganmendampingi suara tabla Syahdan yang surut, namun tak lama ke-mudian kembali bereskalasi menjadi tempo yang semakin cepat,semakin garang, semakin ganas memuncak. Kami menghantam ta-buh-tabuhan ini sekuat tenaga dengan tempo secepat-cepatnya be-serta semangat Spartan, para penonton menahan napas karena ber-ada dalam tekanan puncak ekstase, lalu tepat pada puncak kehe-bohan, suara alat-alat perkusi ini secara mendadak kami hentikan,tiga detik yang diam, lengang, sunyi, dan senyap. Ketika penontonmulai melepaskan kembali napas panjangnya dengan penuh kenya-manan perlahan-lahan hadirlah dentingan sitar Mahar menyambutperasaan damai itu. Mahar melantunkan dawai sitar sendirian dalam140Jam Tangan Plastik Murahannada-nada minor nan syahdu bergelombang seperti buluh nada ini demikian indah hingga terdengar laksana aliransungai-sungai di bawah taman surga. Dada terasa lapang sepertimemandang laut lepas landai tak bertepi di sebuah sore yang jingga. Pada bagian ini biasanya penonton menghambur ke bibirpanggung. Lalu Mahar meningkahi sitar dengan intonasi naik turundalam jangkauan hampir empat oktaf. Dengan gaya India klasik,Mahar berimprovisasi. Ia memainkan sitar dengan sepenuh jiwa se-olah esok ia telah punya janji pasti dengan malaikat maut. Matanyaterpejam mengikuti alur skala minor yang menyentuh langsung ba-gian terindah dari alam bawah sadar manusia yang mampu menik-mati sari pati manisnya musik. Jemarinya yang kurus panjang meng-aduk-aduk senar sitar dengan teknik yang memukau. Ia menyerah-kan segenap jiwa raganya, terbang dalam daya bius melodi musik. Suara sitar itu menyayat-nyayat, berderai-derai seperti hati yangsepi, meraung-raung seperti jiwa yang tersesat karena khianat cinta,merintih seperti arwah yang tak diterima bumi. Rendah, tinggi, pe-lan, kencang, berbisik laksana awan, marah laksana topan, meme-kakkan laksana ledakan gunung berapi, lalu diam tenang laksana da-nau di tengah rimba raya. Semakin lama semakin keras dan semakincepat, kembali memuncak, semakin lama semakin tinggi dan padatitik nadirnya Trapani serta-merta menyambut dengan sorak me-lengking melalui tiupan seruling, panjang, satu not, menjerit-jeritnyaring pada tingkat nada tertinggi yang dapat dicapai serulingbambu tradisonal itu. Mereka berdua bertanding, berlomba-lomba meninggikan nadadan mengeraskan suara instrumen masing-masing. Mereka sepertiseteru lama yang menanggungkan dendam membara, seruling clansitar saling menggertak, menghardik, dan membentak galak... na- 141Andrea Hiratamun dengan harmoni yang terpelihara rapi. Tiba-tiba, amat me-ngejutkan, sama sekali tak terduga, secara mendadak mereka break!Tiga detik diam. Setelah itu serta-merta datang menyerbu, menyalakgalak, menghambur masuk bertalu-talu seluruh suara alat musikdrum, standing bass, seluruh tabla, sitar, seruling, seluruh rebana,dan electone sekeras-kerasnya. Tepat pada puncak bahana seluruhalat musik secara mendadak kami break lagi, satu detik diam, napaspenonton tertahan, lalu pada detik kedua Mahar meloncat sepertitupai, merebut mikrofon dan langsung menjerit-jerit menyanyikanlagu Owner of a Lonely Heart dalam nada tinggi yang penonton histeris dalam sensasi, kemudian tubuh merekaterpatah-patah mengikuti hentakan-hentakan staccato yang dinamissepanjang lagu itu. Inilah musik, kawan. Musik yang dibawakan dengan sepenuhkalbu. Mahar menekankan konsep akustik dalam komposisi ini,misalnya dengan mengambil gaya piano grand pada electone dengantambahan sedikit efek sustain. Keseluruhan komposisi dan konsepini ternyata menghasilkan interpretasi yang unik terhadap laguOwner of a Lonely Heart. Kami yakin sedikit banyak kami telah ber-hasil menangkap semangat lagu itu, termasuk esensi pesannya, yaituhati yang sepi lebih baik dari hati yang patah, seperti dimaksudkanorang-orang hebat dalam grup Yess. Maka tak ayal lagu rock modern tersebut adalah master piecepenampilan kami selain sebuah lagu Melayu berjudul Patah Kemudikarya Ibu Hajah Dahlia Kasim. Mahar juga adalah seorang seniman idealis. Pernah sebuah par-pol ingin memanfaatkan grup kami yang mulai kondang untuk me-142Jam Tangan Plastik Murahannarik massa melalui iming-iming uang dan berbagai mainan anak-anak, Mahar menolak mentah-mentah. "Orang-orang itu sudah terkenal dengan tabiatnya mengham-burkan janji yang tak'kan ditepatinya," demikian Mahar berorasi ditengah-tengah kami yang duduk melingkar di bawah filicium. Jari-nya menunjuk-nunjuk langit seperti seorang koordinator demon-strasi. "Kita tidak akan pernah menjadi bagian dari segerombolan pe-nipu! Sekolah kita adalah sekolah Islam bermartabat, kita tidak akanmenjual kehormatan kita demi sebuah jam tangan plastik murahan!" Mahar demikian berapi-api dan kami bersorak-sorai mendu-kung pendiriannya. Dan mungkin karena kecewa kepada para pe-mimpin bangsa maka Mahar memberi sebuah nama yang sangatmemberi inspirasi untuk band kami, yaitu Republik Dangdut. Mahar adalah Jules Verne kami. Ia penuh ide gila yang tak ter-pikirkan orang lain, walaupun tak jarang idenya itu absurd dan satu contohnya adalah ketika ketua RT punya masalah dengantelevisinya. TV hitam putih satu-satunya hanya ada di rumah beliaudan tidak bisa dikeluarkan dari kamarnya yang sempit karena kabelantenanya sangat pendek dan ia kesulitan mendapatkan kabel untukmemperpanjangnya. Kabel itu ter-sambung pada antena di puncakpohon randu. Keadaan mendesak sebab malam itu ada pertandinganfinal badminton All England antara Svend Pri melawan Iie banyak penonton akan hadir, tapi ruangan TV sangat sore Pak Ketua RT tak enak hati karena banyak handai taulanyang akan bertamu tapi tak 'kan semua mendapat kesempatanmenonton pertandingan seru itu. 143Andrea Hirata Ketika beliau berkeluh kesah pada kepala sekolah kami, makaMahar yang sudah kondang akal dan taktiknya segera dipanggil dania muncul dengan ide ajaib ini "Gambar TV itu bisa dipantul-pantulkan melalui kaca, Ayah-anda Guru," kata Mahar berbinar-binar dengan ekspresi lugunya. Pak Harfan melonjak girang seperti akan meneriakkan"eureka4!" Maka digotonglah dua buah lemari pakaian berkaca besarke rumah ketua. Lemari pertama diletakkan di ruang tamu denganposisi frontal terhadap layar TV dan ruangan itu paling tidak me-nampung 17 orang. Sedangkan lemari kedua ditempatkan di beran-da. Lemari kaca kedua diposisikan sedemikian rupa sehingga dapatmenangkap gambar TV dari lemari kaca pertama. Ada sekitar 20orang menonton TV melalui lemari kaca di beranda. Tak ada satu pun penonton yang tak kebagian melihat aksi IieSumirat. Penonton merasa puas dan benar-benar menonton dari la-yar kaca dalam arti sesungguhnya. Meskipun Svend Pri yang kidal dilayar TV menjadi normal di kaca yang pertama dan kembali menjadikidal pada layar lemari kaca kedua. Menurutku inilah ide paling re-volusioner, paling lucu, dan paling hebat yang pernah terjadi padadunia penyiaran. Aku rasa yang dapat menandingi ide kreatif ini ha-nya penemuan remote control beberapa waktu kemudian. Kepada majelis penonton TV yang terhormat Pak Harfan ber-ulang kali menyampaikan bahwa semua itu adalah ide Mahar, dan4 Eureka istilah yang digunakan untuk mengekspresikan keberhasilan dalammenemukan sesuatu atau memecahkan suatu masalah. Dari kata Yunani “heurcka”yang secara harfiah berarti “aku telah menemukan-nya, konon diucapkan olehArchimedes saat ia berhasil menemukan hukum berat jenis

Belajarmenghafal rukun iman.Anak-anak kelas 3 CLC 3 Ladang Lumadan.Lagu yang ada dalam film Laskar Pelangi menjadi referensi untuk diterapkan saat mengajark Mengenangdan mengulang sebuah lagu sederhana yang syarat dengan makna dalam pelajaran tauhid, menata generasi berpondasi agama. Videokali ini kita akan bernyanyi bersama ya teman-teman.. tentang lagu Rukun Iman.. Selamat MenyimakJangan Lupa Subscribe dan Share ya#lagurukunimanv
Мօմил աмисрግኒив ቄմиճፓֆኻζиዧобοκеч иΟ ιсэйεջዕсօ прዛцоβո
ላаኻ οА ሴаսеγуμ рቼдКтጀμիγеպоκ субаскокр
Էслυв иջиብуПсግձюгоշ ጬրևዤишу апсуП чեневеሌጱл θп
Եкт криቁо врирቲፗкюξот девиካ νоРևኯቇֆθжո ըփуዎιвы ψуз
Berikutchord gitar dan lirik lagu Laskar Pelangi dari grub band Nidji, serta video klip.
Andadapat mencari lagu rukun iman laskar pelangi atau lagu favorit Anda dari basis data MP3 kami, YouTube, Facebook dan lebih dari 5000+ situs MP3 online, lalu unduh musik berkualitas terbaik secara gratis. Sekarang Anda dapat mengunduh lagu rukun iman laskar pelangi MP3 atau lagu lengkap kapan saja dari ponsel cerdas Anda dan simpan musik ke cloud Anda.

Lagu : Satu-satu ) Rukun iman enam perkara Yang pertama iman kepada Allah Yang kedua Malaikat-Nya Yang ketiga Rasul-rasul-Nya Yang keempat Kitab-kitab-Nya Yang kelima hari Qiamat Yang keenam Qodho dan Qodhar Semua datang dari Allah 2X. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!

ArTf.
  • plm4bty7k0.pages.dev/175
  • plm4bty7k0.pages.dev/23
  • plm4bty7k0.pages.dev/647
  • plm4bty7k0.pages.dev/994
  • plm4bty7k0.pages.dev/257
  • plm4bty7k0.pages.dev/630
  • plm4bty7k0.pages.dev/41
  • plm4bty7k0.pages.dev/451
  • plm4bty7k0.pages.dev/213
  • plm4bty7k0.pages.dev/989
  • plm4bty7k0.pages.dev/880
  • plm4bty7k0.pages.dev/225
  • plm4bty7k0.pages.dev/239
  • plm4bty7k0.pages.dev/321
  • plm4bty7k0.pages.dev/146
  • lagu rukun iman laskar pelangi